Share

Chapter 2

Rahasia yang dijaga selama tiga tahun malah mendadak ketahuan sama orang macam pria itu, pakai baju seragam aja ngga... sudah pasti bukan orang baik-baik. Dia ngga akan sembarangan bicarakan.. Dalam hati Lisa bertanya dengan diri sendiri, entah apa yang dipikirkannya. 

"Lisa...  Saya kembali" dari kejauhan suara Miya terdengar. "Wah ada Aldy!! Kalian salung kenal?" timpal Miya yang sudah ada di sebelah Lisa. "Hmmm.. Dah" berjalan menjauh pria tersebut sambil melambaikan tangan kepada mereka berdua.

"Ah.. dibandingkan kak Galih yang ramah, saya lebih suka yang auranya agak nakal" gumam Miya. "Orang seperti itu apa yang disukai sih.." Lisa menyela omongan Miya.

Disisi lain, Lisa melihat Galih yang telah selesai main bulutangkis, tak lama kemudia ada seorang gadis menawarkan dia air mineral dan membersihkan wajah pria tersebut yang dipenuhi keringat yang keluar. 

Terkadang Lisa merasa iri dan kesal pada orang lain dan dirinya sendiri. Kenapa dirinya tidak berani mengungkapkan rasanya atau paling tidak bisa dekat dengan seseorang yang dia cintai dan kenapa orang lain mudah untuk bisa dekat dengannya sedangkan dirinya tidak punya nyali walaupun cuma sebatas dekat sekalipun, dalam benak Lisa berkata demikian. 

"Yang lagi tidur ayok bangun!" guru itu berkata demikian.

"Aduh" Lisa terbangun karena mendapat lemparan sebuat kertas dan dia melihat sekelilinya. Dia melihat ke arah Miya dia tersenyum dan melambaikan tangannya. Lisa membuka kertas tersebut dan membaca tulisanya "Pulang sekolah ayo ke toko, minuman dingin baru itu hari ini ada diskon lho!" 

Terlihat lisa sedang menulis sesuatu dibalik kertas itu kemudian dia memberikan ketas tersebut kepada miya lewat beberapa teman yang duduk diantara Lisa dan Miya. "Maaf ya, hari ini saya masih ada kelas tambahan, lain hari dehh~" dengan muka masam Miya membacanya. 

- Pulang sekolah -

Meskipun mamanya Lisa ingin dia masuk kedokteran, tapi sebenarnya dia lebih suka melukis. Karena belajar melukislah dia bisa bertemu dengan Galih yang begitu lembut. Tetapi perasaan yang terpendam sejak SMP itu tidak bisa tersampaikan. 

"Disini garisnya harus lebih lurus" membayangkan seseorang mengomentari lukisan wajah Galih pas di dekat telinga Lisa. 

Degg.. Degg... 

Degg.. Degg.. 

Meskipun sebatas angan-angan belaka dia masih berharap keajaiban terjafi karena tidak mungkin Galih tau perasaanya saat ini bila dia tidak mengungkapkannya. 

Sulit mengungkapkan perasaanya saat ini, bingung harus bagaimana dia takut bertindak ceroboh. Mau mengungkapkan perasaanya tidak bisa dan takut akan kecewa, dan haya bisa melukis wajahnya juga sudah senang. 

Hanya hobinya melukislah yang bisa mengungkapkan perasaanya saat ini, hobi melukis sangat cocok untuk seseorang yang seperti dia pendiam. Hanya dengan imajinasi tanganya bisa menari diatas kertas, kuasnya pun seolah bergerak dengan sendirinya menari nari diatas kertasnya. 

Waktu pun seolah terasa begitu cepat berlalu, kemudian dia begegas merapih kan peralatan melukisnya dan beranjak untuk pulang. 

Dia pulang sendiri tak selang berapa jauh dari sekolah melihat dua orang yang sedang berduaan.

"Itu bukannya cowok nyebelin itu ya... " kata Lisa dan mendekat ke arahnya untuk memastikan. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status