"Bukannya kamu bilang ngga akan ketemu aku lagi?" seseorang pria nampak berbicara dengan wanita.
"Bukannya itu Aldy? Ohh.. Pergi malam-malam sama pacar? Tampak mencurigakan ckkkck..." gumam Lisa dalam hati yang sedang mengamati seorang pria dan wanita dengan bersembunyi di belakang pohon terdekat dari mereka berdua.
"Jangan bilang begitu, Aku cuma kangenn.... Ingin tahu bagaimana keadaanmu..."
"Yang cemas itu seharusnya kamu reporter majalah itu ada dimana-mana kan?"
Sebuah pertanyaan seseorang wanita di balas dengan nada yang naik oleh Aldy.
"Tapi... baiklah ... tapi jangan lupa telpon ya!" wanita itu berkata kepada Aldy.
Kreekk..
Kaget!
"Siapa itu, cepat keluar" bergegas wajah Aldy memandang sekitarnya.
"Maaf aku ngga sengaja dengar... kalian kelihatan lagi serius, makanya..." Lisa berbicara dengan terbata-bata. Belum selesai berbicara penjelasan gadis itu terpotong "Dengar apa saja kamu? lihat apa?"
Tubuh Lisa bergetar ketakutan melihat ekspresi Aldy yang kelihatan begitu marah. Melihat dia berjalan mendekatinya, perlahan-lahan Lisa mundur menjauh darinya.
"Kamuu.. Kamuu.. Mau apa?" lirih kata yang diucapkan Lisa. "Melihat sesuatu yang ngga seharusnya dilihat, menurutmu sendiri gimana?" omongan yang terucap dari kejauhan. "Aku ngga akan beritahu siapa-siapa kok" mencoba meyakinkan Aldy.
Syuutt..
Tas Lisa terjatuh tidak disengaja dan ada sesuatu yang keluar jatuh.
Dengan cepat Lisa bergegas mengambil barang miliknya tersebut, tetapi sedikit terlambat barang itu sudah di ambil Aldy.
Oh...
Degg..degg..!!
"Oh.. Ini bukannya Galih yang disebelahnya itu kamu kan?, Kayak anak kecil deh. " sambil tersenyum lebar Aldy melihat lukisan itu.
Iya, barang yang tadi jatuh ternyata sebuah lukisan yang dia lukis tadi sehabis pulang sekolah.
Ambil..
Ambil...
Ambil..
Dengan begegas segera Lisa mengambil lukisa itu, tapi apalah daya dia gadis pendek yang tingginya hanya sedada Aldy. Tangannya meraih-raih tapi malah semakin dijauhkan, dari kejauhan mereka seperti kakak beradik yang berebut mainan.
Srekkkk...!!!
Lukisan itu tepotong menjadi dua bagian, sehingga memisahkan gambar dia sama Galih.
Ekspresi Lisapun berganti dengan raut wajah marah datar dan wajahnya memerah "Kamu memang keterlaluan"
"Oi.. Oi... Oi.. Ngga akan nangis kan? Mencoba mencairkan suasa sedikit.
" Aku ngga akan pernah sudi menangis didepanmu" jawab Lisa dengan nada serius.
"Perempuan memang bikin repot saja yah, dikit-dikit nangis, terserah kamu deh" ujar Aldy berjalan menjauh.
Sudah berjalan agak jauh dari Lisa, entah kakinya terhenti dan dia menengok kebelakang masih terlihat Lisa masih berdiri dengan kepala tertunduk, posisinya tanpa berubah satupun dari sebelumnya.
Hatinya merasa resah dan tak tega melihat Lisa, Aldy merasa bersalah dia berjalan kembali menuju ke arah Lisa.
"Hey!! Aku memang ngga bisa benerin lukisanmu yang sobek tapi aku bisa bantu buat mimpi kamu menjadi kenyataan." ujar Aldy mencoba menjalin perjanjian kerja sama.
Memang mereka mempunyai kartu AS masing-masing. Aldy bantu Lisa buat deket sama Galih, dan Lisa Harus jaga rahasia pertemuanya Aldy dengan wanita tadi yang ternyata artis ibu kota yang terkenal. Tidak beberapa lama kata Deal terucap dari mulut mereka berdua.
Pagi hari itu suasana hati Lisa sangat cerah, burung-burung pun bersiul seolah ikut bahagia, cahaya matahari pagi pun ikut dalam bahagia bersinar terang menyilaukan seperti senyum Lisa yang lebar.
Tapi kenyataanya itu cuma lamunan Lisa didepan gerbang sekolah. Tetapi dia tetap merasa optimis tinggi untuk hari ini dan akan merasa banyak keberuntungan yang akan menghampirinya.
Lisa berjalan dilorong menuju ke arah kelasnya.
"Dia itu cewek tanpa ekspresi dari kelas 10-12 kan?" "Hah! Cewek kayak begitu masih berani deket-deket senior?" terdengar celotehan dari sekumpulan geng cewek-cewek yang sepertinya sinis melihat Lisa bejalan melewati mereka.
Tidak kalah heboh, "Dia itu cewek yang ngejar-ngejar Galih kan?" "Iya, dia juga kelihatan mukanya selalu datar dan ngga pernah senyum." geng cowo juga heboh bergosip ketika Lisa lewat dan memandangnya dengan sinis.
"Bos mau pergi kemana kok langsung lari?" tanya Budi melihat bosnya tiba-tiba berlari. Terhenti.... Kemudian berbalik ke arah ke arah Budi... "Ngga mau jadi pria bucin lagi!" Aldy menjawab dengan santainya. Semangat...!! ....Ku pikir aku cuma bisa mengakhiri perasaan ini semuanya hanya dengan kata selamat tinggal... Namun tidak semudah itu aku harus menyerah, berlari mengejar harapan meski sudah tahu apa yang akan jadi jawaban.... Meskipun sudah tahu nanti akhirnya, tapi aku tak mau juga membuatnya terluka. Aku tak akan meninggalkanmu begitu saja... Walaupun aku sudah tahu kamu akan bersama dia, ijinkan aku tetap mencintaimu dengan tulus walau tak ter balas..... Hossh.. Hossh.. Hossh.. (suara napas tergesa gesa)Genggam tangan gadis itu dari belakang, dengan reflek Lisa menengok ke arah belakangnya.. "Aa.. Aldy?!" tergugup Lisa mengucap nama itu. Lisa langsung menarik tanganya dari genggaman Aldy hingga terlepas, hatinya meyakinkan dirinya
Aldy yang saat ini hanya berdiri didepan jendela memandang kearah lapangan dengan tatapan yang penuh harapan itu juga diiringi bibirnya yang melebar tersenyum. "Bukankah itu Aldy? Kenapa dia berdiri disana dan tersenyum sendiri? Ayok kita mendekat ke sana" Budi melihat tingkat yang tak wajar seorang Aldy berusaha membujuk temanya juga untuk mendekat ke sana. Tak satupun mengikuti Budi untuk mendekat ke tempat Aldy, karena mereka merasa beberapa hari terakhir mood orang itu sedang tidak baik jadi takut kalau menggangu dia malahan mereka menjadi sasaran pelampiasan jika itu terjadi sesuatu hal sangat mengerikan bagi mereka ber tiga. "Dah kami tinggal dulu ada urusan mendadak!" ucap mereka bertiga langsung lari secepatnya menghilang seketika. Aldy yang sudah berdiri agak lama ternyata sedang mengamati seseorang dari kejauhan, dia menatap ke arah lapangan sekolah yang sedang digunakan untuk penilaian pelajaran olah raga. M
"Hai Lisa! Masih sibuk ya" sapa Budi dengan tersenyum dia sudah berada di pintu ruang kelas. Emang anak monyet tuh orang!! Aldy merasakan sangat kesal dengan kelakuan Budi yang kini sudah berada didalam ruang kelas Lisa. Bertambah tambah kesal ketika dia melihat Budi yang menunjuk ke arahnya, tapi hanya terdiam saat pandangannya beralih menatap Lisa. Mereka berdua saling beradu tatapan satu sama lain, seper sekian lama gelagat mereka berdua canggung salah tingkah dan mengalihkan pandangan. "Ahhh.. Ahh -- ganteng banget sih ya ampun idaman sekali jika jadi suami" teriak terpesona teman-teman Lisa yang melihat Aldy yang ada didepan kelasnya. Suara berisik dari teman-teman Lisa terdengar dari ruangan itu, saat kebayakan orang berusaha keluar dari ruang kelas didepan sudah ada Budi menutup nutup pintu keluar. "...itu ada penjual tahu bulat tapi berbentuk lingkaran kan bego ya haaha" Budi mencoba menenangka
Sampai dimana baru pertama kalinya Maya melihat Lisa dekat dengan seorang pria waktu pesta ulang tahun Galih kemarin. "Waktu itu Aku merasa seperti menemukan satu alasan yang sangat tepat untuk menghiraukan kata-kata yang telah aku tanam selama ini yang sudah ku pendam dalam-dalam selama ini.... Jadi sudah jelas ada Aldy yang selalu berada disisimu? Sedangkan Galih juga belum jadi pasangan kamu juga, jadi ngga ada masalah dong jika aku mengejarnya kembali? Aku yang selama ini selalu mencari alasan yang tepat ... tapi apa hasil... sesuatu yang bukan hakku tak akan pernah jadi milikku...." ungkap Maya yang matanya berlinang air mata tak tersadari keluar menyangkut perasaannya yang terluka. "...Aku suka pada dia karena Lisa yang tak ada duanya perempuan seperti dia... Jawaban Galih saat itu sangat jelas terdengar oleh telingaku. Sekali lagi aku minta maaf Lisa.... " sambung Maya yang masih menjelaskan waktu dirinya menyatakan perasaan terhadap Galih.&nbs
Apa?! Dia orangnya sangat lembut?! Teriak kaget Miya mendengar perkataan Lisa itu, apakah selama ini cuma Lisa yang diperlakukan sangat lembut? tambah masuk satu beban lagi dalam hati Lisa. Hufft...!! "Iya... Aku kira cuma mengungkapkan perasaan saja hal yang paling sulit untuk diputuskan tapi ternyata menolak orang lebih sulit" keluh Lisa semakin resah harus bersikap bagaimana. -- RUANG TATA USAHA -- Seorang guru sudah berumur menunjuk sebuah ruangan dimana buku mata pelajaran terletak disana, meminta tolong Lisa untuk diambil kemudian dibawa ke kelasnya. Sepintas selesai keluar dari ruang TU, dia mendengar sekilas keluh kesah para seniornya murid kelas tiga yang membahas padatnya jadwal yang harus dihadapi seperti try out, pelajaran tambahan, latihan soal-soal, kemudian ujian kelulusan. mendengar itu semua, pikiranya langsung tertuju pasti Galih juga sekarang masih sibuk banget me
"Kamu itu benar benar suka sama dia atau mungkin kamu sudah membiasakan perasaan suka padanya hingga terlanjur larut sampai sekarang?" sebuah pertanyaan mengerucut begitu tajam dari ucapan Miya. Apa maksudnya itu?! Seseorang jika sudah menaruh perasaan dalam hati yang paling dalam dengan jangka waktu yang sangat lama bisa jadi itu akan terbiasa. Lalu perasaan itu berlanjut susah untuk dirubah, tentu saja tidaklah baik untuk kehidupan seseorang itu bahkan akan menolak cinta sejati yang akan datang. »Beda lagi sama Witing tresno jalaran soko kulino yah, yang artinya Cinta itu datang karena terbiasa.« Entah tak tahu lagi Lisa harus menjawab pertanyaan itu, apakah memang benar yang diucapkan Miya itu? Kalo itu semua tidak benar lantas kenapa saat Galih mengungkapkan perasaannya, Lisa tidak bisa menjawab. Tatapan kosong dari kedua mata Lisa, mencoba untuk menanyakan kepada hatinya sendiri. Cinta terbiasa dengan Cinta sejati beda tip