"Sial! Sial! Apes aku" satu kalimat itu yang hanya keluar dari mulut Lisa.
Semakin bingung Miya dengan temannya satu ini, tanya Miya "Kenapa? ada apa sih sebenarnya? Cerita sini ngga papa kayak sama siapa aja kamu"
"Aku lihat sesuatu yang bikin aku sial hari ini" dengan wajahnya ditutupi kedua tangannya.
Miya menjelaskan, biasanya seorang Lisa ngga senang ngga marah selalu flat, dan akhir-akhir ini ngga teratur, lusuh berbeda hari hari biasanya.
"Kamu aneh banget akhir-akhir ini tau ngga, ngga seperti biasanya gatau ada masalah apa yang kamu sembunyikan" ditutup pertanyaan.
"Ahh..! Masa iya kah ? ngga ada apa-apa kok ngga ada yang aku sembunyiin juga santai mungkin perasaanmu saja yang khawatir sama aku" jawab Lisa sekenanya.
"Habis ini kelas olahraga, kita ke lapangan yuk" ajak Miya sambil menarik tangan Lisa. Sedangkan Lisa hanya menganggukkan kepala saja bertanda mau di ajak.
Keadaan dilapangan terlihat sepi, terlihat Miya memaksa Lisa buat jujur apa yang terjadi akhir-akhir ini yang membuat dia berubah.
"Hay! Lisa, Miya mau ke mana kalian berdua" seseorang menyapa dari arah belakang.
Ternyata kak Galih bersama Aldy juga, 'mereka berdua kenapa bisa bersama sih dan mau apa berada disini' dalam lamunan Lisa seolah tidak menyangka akan ketemu mereka berdua.
"Hai Kak senior, Aldy! mau ke sana nih, kalian berdua juga lagi ngapain disini? " sapa Miya
"Halo kak.... " Sapa Lisa terlihat panik melihat mereka berdua bersama.
'Si jelek itu pernah bilang dia bakal bantu aku, maksud dia bukan langsung ngomong ke kak Galih kalau aku suka kak Galih? Sepertinya lebih baik aku menghindar dulu' gumam Lisa dalam hati.
Mundur pelan...
Mundur pelan...
Mundur pelan...
"Hey! kamu yang disana hati-hati, Awas!" peringatan keras dari seseorang yang jauh dari arah belakang.
Dan tiba-tiba....
Sttt...
Duakkk...!!
Sebuah bola melayang tepat mengenai wajah Lisa, dan dia tidak sempat menghindari bola itu.
Ehh..!!
Aldy dan Galih yang tepat tidak jauh didepan Lisa, refleks cepat ditunjukkan oleh Galih langsung menangkap gadis itu hampir jatuh kebelakang. Tangan kanan memegang tangan lisa dan tangan kirinya memegang punggung, seperti adegan film film yang bertema romantis.
"Kamu ngga apa-apa kan Lis ?" tanya Galih dengan senyum ciri khasnya.
Gadis itu hanya menatap wajah Galih seseorang yang dia suka selama ini, baru kali ini dia bisa menatap wajahnya sedekat ini. Perasaan yang entah bagaimana yang dia rasakan senang sudah pasti, grogi dan mulut seperti tidak bisa diajak kerja sama untuk berbicara.
"Hah! jaman apaan sih masih pakai legging seperti itu xiixi" oceh Aldy sambil tertawa kecil melihat gadis itu.
Tangan Galih melepas semua yang dia tumpu, sedangkan Lisa menepis.
'Dasar cowok jelek, nyebelin ngga bisa apa lihat orang lain senang ngomongnya begitu banget' geram lisa dalam hatinya.
"Lisa, dengar-dengar kamu masuk sekolah ini, dan sekarang kamu sudah terbiasa belum disini?" tanya ramah Galih terlihat juga senyum diwajahnya.
Tinggi ideal, ganteng, putih bersih kulitnya, ramah, mudah tersenyum, cool, pintar, pria idaman banget bagi kalangan cewek terutama Lisa yang menyukainya sejak dibangku SMP, hanya saja dia tidak berani mengungkapkan perasaannya sampai saat ini masuk SMA yang sama lagi.
Degg.. Degg!!
Degg.. Gegg!!
Degg.. Degg!!
"Lumayan kak... disisi lain juga ada Miya yang selalu membantuku kok kak semua pasti akan baik-baik saja" jawab Lisa dengan perasaan canggung.
Wajah Lisa berubah seketika, pipinya terlihat memerah, jawabanya juga terbata-bata, tatapan matanya hanya melihat wajah Galih tanpa berkedip berdikitpun, tidak akan pernah menyangka akan kejadian tadi seperti mimpi saja.
"Bos mau pergi kemana kok langsung lari?" tanya Budi melihat bosnya tiba-tiba berlari. Terhenti.... Kemudian berbalik ke arah ke arah Budi... "Ngga mau jadi pria bucin lagi!" Aldy menjawab dengan santainya. Semangat...!! ....Ku pikir aku cuma bisa mengakhiri perasaan ini semuanya hanya dengan kata selamat tinggal... Namun tidak semudah itu aku harus menyerah, berlari mengejar harapan meski sudah tahu apa yang akan jadi jawaban.... Meskipun sudah tahu nanti akhirnya, tapi aku tak mau juga membuatnya terluka. Aku tak akan meninggalkanmu begitu saja... Walaupun aku sudah tahu kamu akan bersama dia, ijinkan aku tetap mencintaimu dengan tulus walau tak ter balas..... Hossh.. Hossh.. Hossh.. (suara napas tergesa gesa)Genggam tangan gadis itu dari belakang, dengan reflek Lisa menengok ke arah belakangnya.. "Aa.. Aldy?!" tergugup Lisa mengucap nama itu. Lisa langsung menarik tanganya dari genggaman Aldy hingga terlepas, hatinya meyakinkan dirinya
Aldy yang saat ini hanya berdiri didepan jendela memandang kearah lapangan dengan tatapan yang penuh harapan itu juga diiringi bibirnya yang melebar tersenyum. "Bukankah itu Aldy? Kenapa dia berdiri disana dan tersenyum sendiri? Ayok kita mendekat ke sana" Budi melihat tingkat yang tak wajar seorang Aldy berusaha membujuk temanya juga untuk mendekat ke sana. Tak satupun mengikuti Budi untuk mendekat ke tempat Aldy, karena mereka merasa beberapa hari terakhir mood orang itu sedang tidak baik jadi takut kalau menggangu dia malahan mereka menjadi sasaran pelampiasan jika itu terjadi sesuatu hal sangat mengerikan bagi mereka ber tiga. "Dah kami tinggal dulu ada urusan mendadak!" ucap mereka bertiga langsung lari secepatnya menghilang seketika. Aldy yang sudah berdiri agak lama ternyata sedang mengamati seseorang dari kejauhan, dia menatap ke arah lapangan sekolah yang sedang digunakan untuk penilaian pelajaran olah raga. M
"Hai Lisa! Masih sibuk ya" sapa Budi dengan tersenyum dia sudah berada di pintu ruang kelas. Emang anak monyet tuh orang!! Aldy merasakan sangat kesal dengan kelakuan Budi yang kini sudah berada didalam ruang kelas Lisa. Bertambah tambah kesal ketika dia melihat Budi yang menunjuk ke arahnya, tapi hanya terdiam saat pandangannya beralih menatap Lisa. Mereka berdua saling beradu tatapan satu sama lain, seper sekian lama gelagat mereka berdua canggung salah tingkah dan mengalihkan pandangan. "Ahhh.. Ahh -- ganteng banget sih ya ampun idaman sekali jika jadi suami" teriak terpesona teman-teman Lisa yang melihat Aldy yang ada didepan kelasnya. Suara berisik dari teman-teman Lisa terdengar dari ruangan itu, saat kebayakan orang berusaha keluar dari ruang kelas didepan sudah ada Budi menutup nutup pintu keluar. "...itu ada penjual tahu bulat tapi berbentuk lingkaran kan bego ya haaha" Budi mencoba menenangka
Sampai dimana baru pertama kalinya Maya melihat Lisa dekat dengan seorang pria waktu pesta ulang tahun Galih kemarin. "Waktu itu Aku merasa seperti menemukan satu alasan yang sangat tepat untuk menghiraukan kata-kata yang telah aku tanam selama ini yang sudah ku pendam dalam-dalam selama ini.... Jadi sudah jelas ada Aldy yang selalu berada disisimu? Sedangkan Galih juga belum jadi pasangan kamu juga, jadi ngga ada masalah dong jika aku mengejarnya kembali? Aku yang selama ini selalu mencari alasan yang tepat ... tapi apa hasil... sesuatu yang bukan hakku tak akan pernah jadi milikku...." ungkap Maya yang matanya berlinang air mata tak tersadari keluar menyangkut perasaannya yang terluka. "...Aku suka pada dia karena Lisa yang tak ada duanya perempuan seperti dia... Jawaban Galih saat itu sangat jelas terdengar oleh telingaku. Sekali lagi aku minta maaf Lisa.... " sambung Maya yang masih menjelaskan waktu dirinya menyatakan perasaan terhadap Galih.&nbs
Apa?! Dia orangnya sangat lembut?! Teriak kaget Miya mendengar perkataan Lisa itu, apakah selama ini cuma Lisa yang diperlakukan sangat lembut? tambah masuk satu beban lagi dalam hati Lisa. Hufft...!! "Iya... Aku kira cuma mengungkapkan perasaan saja hal yang paling sulit untuk diputuskan tapi ternyata menolak orang lebih sulit" keluh Lisa semakin resah harus bersikap bagaimana. -- RUANG TATA USAHA -- Seorang guru sudah berumur menunjuk sebuah ruangan dimana buku mata pelajaran terletak disana, meminta tolong Lisa untuk diambil kemudian dibawa ke kelasnya. Sepintas selesai keluar dari ruang TU, dia mendengar sekilas keluh kesah para seniornya murid kelas tiga yang membahas padatnya jadwal yang harus dihadapi seperti try out, pelajaran tambahan, latihan soal-soal, kemudian ujian kelulusan. mendengar itu semua, pikiranya langsung tertuju pasti Galih juga sekarang masih sibuk banget me
"Kamu itu benar benar suka sama dia atau mungkin kamu sudah membiasakan perasaan suka padanya hingga terlanjur larut sampai sekarang?" sebuah pertanyaan mengerucut begitu tajam dari ucapan Miya. Apa maksudnya itu?! Seseorang jika sudah menaruh perasaan dalam hati yang paling dalam dengan jangka waktu yang sangat lama bisa jadi itu akan terbiasa. Lalu perasaan itu berlanjut susah untuk dirubah, tentu saja tidaklah baik untuk kehidupan seseorang itu bahkan akan menolak cinta sejati yang akan datang. »Beda lagi sama Witing tresno jalaran soko kulino yah, yang artinya Cinta itu datang karena terbiasa.« Entah tak tahu lagi Lisa harus menjawab pertanyaan itu, apakah memang benar yang diucapkan Miya itu? Kalo itu semua tidak benar lantas kenapa saat Galih mengungkapkan perasaannya, Lisa tidak bisa menjawab. Tatapan kosong dari kedua mata Lisa, mencoba untuk menanyakan kepada hatinya sendiri. Cinta terbiasa dengan Cinta sejati beda tip