Share

51. Dua Pilar Cinta

Rumi menatap kosong pantulan dirinya di cermin. Mata sembapnya menjadi bukti bila semalaman ia bercumbu dengan air mata. Sepulang dari rumah Raihan, gadis itu langsung mengurung diri di kamar. Ia ingin menenangkan diri, tak ingin diganggu siapa pun. Meski begitu, ia dengan jelas  mendengar emosi dari sang bapak yang meluap-luap di luar kamar.

Rumi disambut tatapan iba dari orang tuanya ketika sarapan. Gadis itu benar-benar kehilangan hasrat untuk mengisi tenaga, yang ia lakukan justru memandang buliran nasi dan lauk di piring, tak beselera. Gadis itu hanya meneguk air sebagai ucapan terima kasih atas hidangan yang tersaji. Setelahnya, ia menggeser kursi, kemudian berjalan menuju kamar.

“Siapa sebenarnya si Rania itu, Rum?” tanya sang bapak, Rizal. Pandangan pria paruh baya itu menatap layar TV yang mati. Ada kemarahan yang masih terdengar dari suaranya.  “Kenapa kamu bilang kalau dia itu sepupu Raihan?”

Rumi menarik napas dalam,

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status