Dua Pilar Cinta

Dua Pilar Cinta

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-11-28
Oleh:  Ramdani AbdulTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
11 Peringkat. 11 Ulasan-ulasan
99Bab
6.6KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sinopsis

Raihan dan Rania menjadi saksi bagaimana suratan takdir berbicara. Keduanya harus terseret dalam ikatan yang tak sekalipun pernah diterka, yakni pernikahan yang membuat hidup mereka berubah jauh dari kata biasa. Namun, siapa sangka cinta hadir seiring waktu dilalui bersama. Raihan dan Rania saling mengikat rasa meski sebab pernikahan tetap menjadi rahasia. Akan tetapi, hadirnya cinta tak lantas membuat kisah mereka berakhir bahagia. Hadirnya Rumi, gadis yang sudah lama memendam perasaan pada Raihan, justru ikut memberi warna pada cerita. Di sisi lain, muncul seorang pria bernama Ramon yang tanpa diduga datang dengan membawa kepingan rahasia. Namun, waktu memiliki cara sendiri untuk bercerita. Rangkai peristiwa dengan gigih membuka gerbang yang sebelumnya sukar terbuka. Tentang rahasia, perihal rasa, juga perkara peliknya hubungan dua keluarga. "Kita mulai semuanya dari titik awal lagi," ujar Raihan. "Kenapa?”tanya Rania. "Karena cinta tak bisa genap tanpa ikhlas dan maaf.”

Lihat lebih banyak

Bab 1

1. Dua Pilar Cinta

“Mau lari ke mana lagi kamu, hah?” tanya seorang pria yang berjalan dari arah kegelapan. Suara lumatan sepatunya memercik suara yang langsung mendominasi ruangan pengap ini.

Gadis bersurai panjang yang terikat di kursi itu perlahan mengerjap. Butuh beberapa waktu baginya untuk mengembalikan penglihatan ke keadaan normal. Ketika matanya benar-benar terbuka, ia dengan jelas melihat seorang pria bertubuh tambun tengah menatapnya dengan seringai tajam.

“Mau ke mana lagi kamu, hah?” ulang pria itu dengan suara menggema. Pria paruh baya itu memelotot sembari memutari sang korban yang tengah meronta.

Rania merotasikan bola mata. Dibanding merasa takut, ia justru jengkel karena untuk kesekian kalinya pria gendut itu berhasil menyekapnya di gudang bau ini. Pria yang tengah memutarinya memang gila. Walau begitu, tetap saja sosok itu adalah papanya sendiri, Ratnawan.

 “Kamu gak bakalan bisa kabur dari sini, Rania.” Ratnawan terbahak sembari menepuk perutnya bak tengah menabuh gendang. “Papa bakal hukum kamu karena kamu udah berani kabur dari pesantren.”

“Pa,” panggil seorang wanita yang muncul dari belakang Ratnawan. Ia menggenggam tangan sang suami dengan lembut. “Kenapa Rania harus diiket kayak kangkung gitu, sih, Pa? Kita bisa bicarain ini baik-baik.”

Ratnawan melepas genggaman sang istri, kemudian menoleh ke arah Rania sembari berkacak pinggang. “Biarin aja, Ma. Si sendok nyam-nyam ini memang harus diberi pelajaran.”

Rania sontak memelotot dengan tajam. Lakban hitam yang membekap mulutnya tampak bergetar. Ada teriakan yang terhalang keadaan. Gadis itu kemudian mengentak-entak kursi hingga benda yang tengah didudukinya maju beberapa senti.

“Kasian Rania, Pa.” Risa, wanita di kursi roda itu kembali memohon.

Teriakan Rania lolos dari celah lakban. Bunyinya seperti kursi tua yang berderit. Sisi benda hitam itu sampai terbuka sebagian.

“Kamu ngomong apa, sih?” Ratnawan tergelak dengan tangan masih memukul perut.

Rania sontak menjerit saat Ratnawan menarik lakban dengan tiba-tiba. Ia mengaduh dengan pandangan berkaca-kaca. Mulut gadis itu serasa akan terlepas sampai hanya menyisakan deretan gigi. “Papa, ih!”

“Tenang, mulut kamu gak bakalan lepas kalau cuma ditarik kayak gitu. Gimana kalau pake cara lain? Mau?”

“Papa gak bosen apa nyekap-nyekap aku kayak gini?” tanya Rania. Pipinya langsung menggembung seirama dengan bibirnya yang maju beberapa senti ke depan.

“Mana mungkin Papa bosen. Udah jelas itu hobi Papa,” jawab Ratnawan enteng.

“Mama,” panggil Rania dengan nada memelas, “Papa udah gila.”

Risa tersenyum, lantas mengelus pipi sang putri dengan lembut. Untuk saat ini, ia sepertinya belum bisa banyak membantu. Ini konsekuensi dari ulah Rania sendiri.

“Kejutan!” teriak Ratnawan sembari mengangkat dua kantung keresek berwarna putih pucat.

“Papa, aku gak lagi ulang tahun! Lepasin cepet!” pekik Rania. Ia tahu kalau plastik itu berisi tepung terigu dan telur ayam.

“Jawab dulu pertanyaan Papa. Kenapa kamu kabur dari pesantren?”

“Lepasin dulu nanti aku jawab. Aku janji gak bakalan kabur,” tawar Rania.

“Jawab atau muka kamu bakal Papa jadiin adonan.” Ratnawan mengayun-ayunkan dua kantung itu di depan wajah Rania. “Jawab atau Papa—”

“Mama!” jerit Rania seraya berusaha melepas kungkungan tali.

Di detik ketiga setelah Rania memekik, satu butir telur sukses mendarat di kepala gadis itu, kemudian disusul oleh taburan tepung terigu di rambut. Menyadari hal itu, Rania sontak memelotot. Mulutnya hampir saja jatuh saking kaget dengan tindakan sang papa. “Aku gak lagi ulang tahun!” rengeknya kemudian.

“Pa, ini udah cukup. Kita bicarain semuanya baik-baik, ya.” Risa menengahi.

“Papa belum puas kalau tusukan cimol ini belum nangis, Ma.”

“Aku bosen tinggal di pesantren, Pa. Gak betah,” ungkap Rania.

Satu kucuran telur kembali berlabuh di surai panjang Rania. Kali ini ditambah dengan adukan tangan Ratnawan. Gadis itu merasa anyir, ingin muntah saking sebalnya.

“Pokoknya aku gak mau tinggal di pesantren!” pungkas Rania dengan wajah merengut.

“Gak betah gimana maksud kamu? Baru dua jam kamu tinggal di pesantren, dan kamu bilang kamu gak betah?” Ratnawan menggeleng.

“Aku udah lakuin apa yang Papa pinta. Pake kerudung, ikutan les ngaji, les kosidah sampai aku bela-belain masuk pesantren. Terus apalagi nanti?”

“Gak ada satu pun yang kamu lakuin dengan bener,” balas Ratnawan, “pake kerudung tapi bawahannya pake rok mini, les ngaji malah nyiram gurunya pake kuah bakso, ekskul kosidah ngancurin alat-alatnya, sampai masuk pesantren malah bikin rusuh seisi pondok. Kamu hadir gak, sih, pas pembagian otak?”

“Saat itu ‘kan aku lagi sama Papa,” jawab Rania.

Ratnawan mengembus napas panjang. “Papa bakal lepasin kamu asal kamu ikutin perintah Papa.”

“Apa lagi?” Rania setengah pasrah. “Apa?” ulangnya ketus.

“Satu hal.” Ratnawan tersenyum lebar.

“Apa?” Rania memutar bola mata. Ia masih berusaha melepas ikatan. Kursinya beberapa kali mengentak lantai hingga menimbulkan suara.

“Satu ... hal,” ulang Ratnawan.

“Iya, apa?” Rania mencebik.

“Kamu bakal Papa jodohin,” bisik Ratnawan, “kamu bakal Papa jodohin,” tandasnya kemudian.

Rahang Rania seakan lapuk saat mendengar ucapan barusan. Mulutnya menganga bak gua. Otaknya dengan cepat bekerja keras untuk memahami maksud Ratnawan. Tiga detik setelahnya, Rania mengambil napas panjang, lantas berteriak, “Papa, gak lucu!”

“Memang siapa yang lagi ngelawak?” tanya Ratnawan.

“Papa, aku gak mau dijodoh-jodohin. Aku baru aja dua puluh tahun. Pokoknya aku gak mau!” Rania menoleh ke arah lain.

“Pa.” Risa menggoyangkan tangan sang suami.    

“Jodohin,” ujar Ratnawan sembari meloloskan telur ke surai panjang Rania. Tak puas, pria itu kemudian menabur tepung ke wajah gadis itu. “Sempurna.”

“Papa!” Rania terbatuk beberapa kali. Perutnya kembali mual karena mencium bau anyir. Setelah berhasil menguasai diri, ia bertanya, “Papa mau ngejodohin aku sama siapa, sih? Kalau Papa mau jodohin aku sama Kim Taehyung atau Kim Seokjin, aku janji gak bakalan nolak.”

Ratnawan menarik telinga Rania, kemudian berbisik, “Papa jodohin kamu sama ustaz.”

Rania sontak memelotot saat bisikan itu terdengar. Bulu kuduknya mendadak meremang. Jantungnya serasa akan pindah ke kerongkongan. Di sisi lain, otaknya mendadak menampilkan bayangan aneh kalau sampai hal itu benar-benar terjadi.  Rania akan dipanggil ustazah, berpakaian tertutup, mengurus anak sampai berbagi tempat tidur dengan orang lain. Entahlah, di pikirannya saat ini, ustaz adalah sosok pria tua dengan wajah keriput dan janggut panjang.

Saat keterkejutan belum sepenuhnya usai, Rania justru kian berimajinasi liar. Mendengar akan dijodohkan dengan seorang ustaz, gadis itu malah takut akan dijadikan istri simpanan, atau bahkan akan tinggal serumah dengan perempuan yang lebih dahulu menjadi istri si ustaz dalam bayangannya. Ia akan disuruh-suruh, dicibir tetangga, dituduh pelakor hingga menjadi buronan polisi karena terbukti meracuni suami atau salah satu dari madunya.

Ketika kesadarannya pulih, Rania sontak menjerit, “Mama, Papa mau jodohin aku sama ustaz!” Gadis itu hendak bangkit, tetapi tubuhnya masih tertanam kuat di kursi.

“Pa.” Risa tersentak kaget. “Kita udah bicarain hal ini sebelumnya. Rania masih—”

Ratnawan tak mengindahkan ucapan maupun gestur yang ditampilkan Risa. Ia berjongkok, kemudian menatap Rania dengan dalam. “Kamu bakal nikah besok.”

Mata Rania serasa turun ke perut. Ia ingin berguling-guling di lantai sembari menangis histeris. Mungkin ini hanya sekadar candaan, tetapi tetap saja terdengar menyebalkan, apalagi kalau sampai menjadi kenyataan. Syok mendengar penuturan tersebut, penglihatan gadis itu tiba-tiba memudar hingga muncul titik-titik terang yang membawanya ke kegelapan mimpi.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

user avatar
malapalas
BACA novel berjudul :FREL. Banyak kejutan di dalamnya. Selain tentang cinta segitiga yang bikin baper, gemes dibumbui humor dan mengharubirukan, kalian akan disuguhi dg persahabatan, keluarga, luka dan rahasia di masa lalu orangtua yang akan membuat cerita lebih seru dan menjungkirbalikkan perasaan.
2022-02-02 13:33:41
0
user avatar
Fidia Haya
Keren pokoke wes. 2 thumbs
2021-12-24 12:14:22
1
user avatar
Amanda Syiefa
hay kak ramdani.. bagus ceritanya
2021-10-14 18:41:51
1
user avatar
Khoirul N.
rapiiii bangets. wes campur-campur ini novel, humor, sweet, lengkaap
2021-09-29 21:55:49
1
user avatar
Goresan emak
Recomend banget nih, ceritanya sangat bagus
2021-09-28 17:48:39
1
user avatar
Eneng Susanti
langsung jatuh cinta akutuh pas baca blurb-nya. Apalagi isinya ... duh. Keren pisan ini mah. Sukaaaa ... suka sama papanya Rania, duh. Gokil banget tuh bapak-bapak. Pantesan anaknya kayak si Rania ... Semangat, thor. Salam dari Khair dan Khaira
2021-09-28 13:54:40
1
user avatar
Sheillya Pradina
bagus bnget critanya
2021-09-27 23:12:39
1
user avatar
Pratiwi
Ceritanya menarik. Semangat up ya
2021-09-27 20:16:25
1
user avatar
Madam Assili
Papa Rania kocak abis, ya. Mantap Thor, karyamu bisa sekeren ini.
2021-09-27 18:43:44
1
user avatar
Madam Morocain
"Karena cinta tak bisa genap tanpa ikhlas dan maaf." Klepek2 adek Baaaaang hehehehe :D Sukses terus buat Author ^_^
2021-09-27 18:37:50
2
user avatar
Chyruszair
cerita kayak gini belum ada pembaca? aku suka dengan ceritanya dan awal ceritanya saja sudah menegangkan, eh tapi malah dibikin ngakak. kena prank sebagai pembaca. tapi, cerita ini memang bagus, baca saja, bab 1 saja sudah dibilang menarik apalagi bab selanjutnya.
2021-09-27 16:52:54
1
99 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status