Share

53. Dua Pilar Cinta

Awan hitam tampak berkerumunan di langit sore. Angin merangkak di sela dedaunan, menjatuhkan ranting, menerbangkan debu-debu jalanan. Suara guntur sesekali terdengar. Rania tengah mengintip pekarangan di balik pintu depan dengan raut cemas. Dilihat dari tanda-tandanya, hujan besar akan turun. Benar saja, tak lama kemudian tetes air mengguyur deras.

 Rania menutup pintu dengan perlahan, kemudian mengintip keadaan luar di sela-sela tirai yang dibuka. Gadis itu duduk dengan perasaan tak tenang, pasalnya Raihan dan mertuanya belum pulang meski waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.

Suasana dingin membuat Rania jatuh dalam kantuk. Gadis itu tertidur dan terbangun beberapa menit kemudian. Ia mengucek mata perlahan, kemudian mengelap embun yang terperangkap di kaca jendela. Dari jauh, ia melihat seorang lelaki berpakaian hitam putih berlari menerjang hujan. Tasnya digunakan sebagai pengganti payung.

“Raihan,” gumam Rania dengan senyum lebar. Pipinya

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status