Share

55. Dua Pilar Cinta

Makan malam kembali harus dilalui berdua. Rojak masih sibuk dengan urusan ladang, katanya karena dekat dengan jadwal panen. Untuk beberapa saat, Raihan dan Rania larut dalam aktivitas mengisi perut tanpa ada obrolan. Barulah saat piring-piring beralih ke tempat cuci, percakapan mulai mengudara.

“Kamu ... gak bantu Bapak di ladang?” tanya Rania yang kembali ke meja makan dengan sepiring potongan buah.

Raihan mengembus napas panjang. Ia mengambil sepotong buah sebelum menjawab, “Bapak yang gak mau dibantu. Saat aku ke sana, Bapak malah langsung ngusir aku.”

Rania mengerucutkan bibir seraya menyandarkan punggung ke kursi. Sejujurnya, gadis itu tak tahu harus berbuat apa untuk mendamaikan bapak dan anak ini, pasalnya ia tak pernah berada dalam situasi seperti ini.

“Oh, iya, ini.” Raihan menyerahkan selembar uang. “Disimpen, ya.”

Rania dengan malu-malu menerima pemberian tersebut.

“Kita ke pam

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status