Share

LUKA 6

"Ini materi training program baru yang akan segera di luncurkan, kamu pelajari dulu. Awal bulan kita meeting, kamu yang sampaikan materinya pada karyawan lain," ucap Pak Ryan, memberikan beberapa bandel buku pedoman.

"Baik, Pak," jawabku

"Tiketnya sudah dipesankan?"

"Sudah Pak, saya emailkan sebentar lagi," jawabku.

"Kamu kirim ke nomor W* saya saja," perintahnya.

"Baik Pak, ada lagi?" tanyaku kemudian.

"Temani saya makan siang nanti, ada Pak Restu dari kantor pusat bersama beberapa manager datang ke cabang," ucapnya.

"Friska dan Hani juga pak?" 

"Kamu saja," jawabnya kemudian. Aku kembali mengangguk. 

Biasanya kami bertiga yang ikut menemani, saat ada tamu dari pusat. Banyak yang berbeda sekarang, meski baru tiga bulan mengantikan BM yang lama, banyak perbaikan di semua lini. Mungkin karena masih muda ambisi dan semangatnya masih besar.

Setelah memastikan tak ada hal lainnya aku pamit dan berajak keluar. Menuruni pelan anak tangga, sekalian aku menyapa anggota timku yang tengah bekerja. Tim operation memang lebih loyal dan bertanggung jawab anak-anaknya, sedikit berbeda dengan tim Friska.

Materi training yang tadi diberikan, kuletakkan di atas meja, kemudian menarik kursi dan menghempaskan pantatku pelan. Kunyalakan monitor didepanku, dan mengambil ponsel di laciku. Tanganku mengusap layar benda pipih di genggamanku. Membuka sebuah aplikasi pesan. Ini pertama kali aku berbagi pesan dengan Pak Ryan.

Profil nya hanya sebuah kalimat mutiara. Aku menggirimkan tiket elektronik yang dia minta barusan. Setelah menunggu beberapa saat baru ada balasan singkat, ok. Kuletakkan benda pipih itu dan kembali pada pekerjaanku.

Dering suara telepon mengagetkanku yang tengah larut dalam pekerjaanku. Telepon dari Pak Ryan yang memintaku bersiap dan segera turun. Kulirik jam di ponselku, baru jam sebeles lewat tigapuluh. Gegasku rapikan mejaku dan juga diriku, menambahkan sedikit riasan wajah walau belum pudar. Memasukkan ponsel kedalam tas kemudian beranjak keuar ruangan. 

"Sudah ditunggu Pak Ryan di mobilnya," ucap Andi salah satu security saat melihatku keluar dari lobby. 

Aku mengangguk pelan dan kembali mengayunkan langkahku ke sebuah mobil pajero sport yang terparkir di sisi kiri gedung. Terlihat Pak Ryan sudah berada di dalam mobilnya. Kubuka pintu mobil belakang dan kemudian naik.

"Apa saya seperti sopir taksi online?" tanyanya saat aku mulai duduk. "Duduk di depan," lanjutnya. Aku segera kembali turun dan pindah kedepan. 

Mobil melaju pelan keluar dari area kantor. Kami sama-sama diam untuk beberapa saat, entah kenapa aku jadi tegang berada di samping sosok dingin ini. Kuedarkan pandanganku keluar jendela, menatapi barisan bangunan disisi kiri jalan.

Mobil mulai memasuki area sebuah hotel, sampai mobil berhentipun tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut kami. Aku mengekori langkahnya, menuju ke lift selepas memasuki lobby hotel. Lift membawa kami ke tempat paling tinggi di bangunan ini. 

Seorang pelayan menyambut kami, dan mengantarkan kami ke meja private room yang sudah dipesan. Masih tampak sepi, sepertinya baru kami berdua yang datang. Aku berdiri menghadap kejendela, menebar pandanganku keluar gedung. 

"Sudah berapa lama bergabung di perusahaan ini?" tanya Pak Ryan yang berdiri disampingku.

"Hampir empat tahun, Pak," jawabku sedikit menoleh ke arahnya.

"Asli orang sini?"

"Bukan, saya pendatang," jawabku lagi.

Walau terkesan basa basi obrolan kami berlanjut dan mulai sedikit mencair sampai Pak Restu dan yang lainnya datang. Mereka menginap di hotel ini ternyata.

"Kayana, apa kabar?" Pak Restu tersenyum, aku menyambut tangannya yang terulur.

"Baik, pak," jawabku dengan senyum tersungging di bibir. Aku sedikit mundur saat pria itu akan memelukku. Pria itu memang seperti itu, Pak Ryan yang disamping sepertinya mengerti kondisiku. Dia langsung sedikit menggeserku, aku lanjutkan bersalaman dengan para manager lainnya.

"Kay, kamu terlihat semakin cantik," ucap Pak Restu, selepas kami acara makan siang selesai. Kami memang duduk bersisian, sebenarnya sedikit risih karena mulai datang dia terus memperhatikanku. Biasanya aku tak sendiri, jadi dia tak terlalu fokos padaku. Semua sudah tau kegajenan pria itu.

Aku hanya sedikit tersenyum menanggapinya, pandanganku beralih ke Pak Ryan yang sedari tadi juga memperhatikanku. 'Pak, ayo sudah, balik kantor' ucapku dalam hati. Mataku terus menatapnya semoga dia mengerti. Wajah itu sedikit diturunkannya seperti mengangguk, aku membalasnya.

"Pak, kami harus kembali ke kantor, maklum akhir bulan kan," pamit Pak Ryan kemudian.

Aku segera berdiri, dan ikut berpamitan. 

"Maaf," ucap Pak Ryan saat kami berada di dalam lift.

"Maaf untuk apa?" 

"Kamu nggak nyaman ya?"

"Iya, Pak Rizal biasanya mengajak Friska dan Hani juga. Pak Anzar juga selalu ikut," jawabku.

"Bapak seperti orang baru saja, tak mengenal siapa Pak Restu," lanjutku.

"Aku memang orang baru, wajar aku tak tau," jawabnya, sudah tak memakai kata saya lagi sebagai panggilan.

Pembicaraan kami berhenti saat lift sudah sampai di lobby hotel. Kami keluar dan kembali berjalan bersisian dalam diam. 

Seperti saat berangkat tak ada sepatah kata pun keluar sampai kami kembali di kantor.

"Maaf," ucap Pak Ryan sebelum aku keluar dari mobilnya, aku hanya mengangguk pelan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status