Share

Amarah Lengkukup

Pada akhirnya Gianjoyo harus mati dengan penuh penyesalan karena tidak bisa melindungi keluarganya. Rasa penyesalan itu terlihat dari air mata Gianjoyo yang keluar tanpa bisa dikendalikan, pemandangan terakhir Gianjoyo adalah  Kirana yang ditarik rambutnya oleh Xue.

Melihat Gianjoyo sudah tidak berdaya Kirana ingin menangis tetapi tidak bisa karena rambutnya sedang ditarik oleh Xue. Kirana menyesal karena selama ini tidak pernah belajar beladiri, kini dia mendapatkan bukti jika dunia persilatan itu sangat kejam.

Kirana tidak bisa menahan air mata yang sejak tadi terbendung dikelopak matanya. Butiran air mata membasahi wajah Kirana mengharap belas kasih Xue yang saat ini menjilati bibirnya.“Ampuni kami tuan, setidaknya biarkan anakku pergi dari sini” Ucap Kirana sambil menangis tidak dapat berbuat apa-apa.

Genggaman rambut Kirana tiba-tiba dilepaskan, harapannya seolah menjadi kenyataan Kirana lantas berlari menuju Gianjoyo tetapi belum sempat Kirana mencapai Gianjoyo kakinya ditangkap oleh Xue dan mengangkat tubuh Kirana. Tubuh Kirana terombang ambing saat diangkat oleh Xue dan menyingkapkan sebagian pakaiannya.

Saat ini Xue seolah menjadi dewa kematian, tubuh Kirana kemudian dihempaskan begitu saja yang membuat Kirana hampir kehilangan kesadaran. Tidak ada suara yang keluar dari mulut Kirana melainkan hanya suara nafas yang sesak diiringi darah segar mengalir keluar dari tepi bibirnya, pandangan Kirana tepat tertuju kepada Gianjoyo yang telah tewas ditangan Xue.

Wajah cantik Kirana seolah tidak hilang walau sudah berlumuran darah dirinya menutup mata, sesaat baju yang dikenakannya dirobek paksa oleh Xue. Kirana ingin menolak nafsu bejat Xue namun jangankan untuk meronta bahkan untuk menggerakan jari saja hampir tidak bisa.

Sekujur tubuh Kirana hampir tidak bisa digerakkan, dirinya menduga ada 10 tidak, mungkin 15 atau lebih tulang yang patah. Beberapa menit berlalu Xue baru saja menikmati tubuhnya, Kirana hanya bisa pasrah dengan nasibnya. Sementara Lengkukup hanya bisa mematung ketika ayahnya terbunuh, sedangkan untuk menolong ibunya Lengkukup sedikitpun tidak siap terlebih Xue sudah menunjukkan kemampuannya yang begitu mengerikan.

Dengan sisa tenaga, Kirana berusaha untuk bicara, “Lari,, lah…” belum sempat Kirana menyelesaikan kalimatnya. Sebuah golok menebas leher Kirana yang membuat pandangan Kirana menjadi gelap seketika.

Melihat ibunya terbunuh dengan cara yang mengenaskan Lengkukup hampir tidak sadarkan diri, dirinya sedikit terhuyung lalu berusaha untuk kabur lewat pintu yang sudah terbuka lebar. Xue menyadari anak Gianjoyo yang berusaha kabur itu tetapi dirinya belum puas untuk menyiksa, sehingga ingin melihat terlebih dulu penderitaan Lengkukup sebelum membunuhnya.

“Benarkah Lengkukup sepengecut itu? bukanya dia adalah anak berbakat dari sekte Aur Duri.”

Dengan kaki yang sedikit gemetar Lengkukup mencoba untuk berlari tetapi tidak untuk kabur, Lengkukup berniat mati bersama kedua orang tuanya. Lengkukup menuju ayahnya yang masih memegan pedang, Xue menyadari hal itu tetapi dia membiarkan Lengkukup mengambil pedang itu karena tau perbuatan Lengkukup adalah tindakan yang sia-sia.

Disisi lain Gamya tidak tinggal diam, ketika mengetahui Kencana Emas melarikan diri dia menyusul muridnya Xue. Beberapa menit berlalu ketika dia dapat dengan mudah menemukan jejak muridnya, Xue meninggalkan tanda berupa merah disetiap jalan yang dilewatinya tentu hanya kelompok aliran hitam yang mengerti tanda itu.

“Kuakui kau memang haus darah, tetapi aku hanya menyuruh kau, menangkapnya bukan membunuhnya” Ucap Gamya ketika memasuki rumah Gianjoyo yang sudah amis darah.

“Tapi guru, dia berusaha melawan saat aku ingin menangkapnya” Xue berusaha menepis kenyataan.

Dilain sisi Lengkukup yang sudah mendapatkan pedang ayahnya berniat menyerang Xue. Tampak Xue tidak sedikitpun ingin menghindari serangan yang akan Lengkukup berikan, karena setiap serangan yang menyentuh tubuhnya akan berbalik arah. Namun Xue sudah salah menduga, rupanya Lengkukup tidak menyerang secara langsung tetapi melemparkan pedangnya.

Pedang itu melesat tidak begitu cepat tetapi karena serangan yang Lengkukup lakukan membuat Xue tidak siap dengan serangan dari Lengkukup. Pedang itu menembus salah satu matanya, Xue tidak berusaha menahan sakit, terlihat dirinya meronta sambil mencabut pedang itu dari matanya yang sudah bersimbah darah.

“Berengsek mati kau…” Xue Jiang mengutuk Lengkukup dan berusaha membunuhnya dengan pedang yang berhasil dicabut dari matanya. Rupanya Xue dapat terkena serangan jika tidak menyentuhnya secara langsung, Lengkukup menyadari hal itu ketika ayahnya dapat dengan mudah terbunuh olehnya.

“Aku akan menyusul kalian, ayah, ibu…” ucap Lengkukup pasrah, tetapi belum sempat pedang itu menebas Lengkukup Gamya menangkapnya dan berniat menjadikan Lengkukup sebagai sandera.

“Mau kau apakan anak ini?” Gamya bertanya kepada  Xue Jiang yang langsung menundukkan kepala. Xue ingin membantah tetapi tidak ada satupun kalimat keluar dari mulutnya.

“Kita apakan dia Guru?” Xue lantas bertanya kepada gurunya yang masih memegangi Lengkukup.

Lengkukup tidak tinggal diam melihat kesempatan dirinya meronta sebisa mungkin demi ayah dan ibunya yang terbunuh. Lengkukup sangat murka dan mengutuk kedua orang yang ada didepannya, terlebih Xue sebagai pelaku utama. “Aku masih memiliki kesempatan, tetapi bagaiman caranya…” batin Lengkukup.

Melihat Lengkukup dengan sebelah matanya Xue ingin sekali merobek Lengkukup menjadi 2 bagian. Xue yang tidak pernah kalah kini harus menghapus sejarahnya sebagai pendekar aliran hitam yang tidak pernah terluka karena saat ini Lengkukup membuktikan jika Xue dapat terluka.

Lengkukup menarik nafasnya dalam, berbekal pengetahuan yang dia pelajari selama ini, Lengkukup menebak jika orang akan melepaskan genggaman ketika mereka terkejut. Hampir 1 menit Lengkukup menahan nafas dan berharap datang keajaiban, dengan sekuat tenaga Lengkukup menginjak kaki Gamya serta menendang Buah Gintama Gamya.

Serangan Lengkukup begitu mendadak sehingga genggaman pada tangannya terlepas, Lengkukup tidak menyianyiakan kesempatan. Dia mencoba berlari sejauh mungkin, Xue yang melihat Lengkukup terlepas langsung mengejar tanpa perduli dengan keadaan gurunya.

Gamya yang mendapatkan serangan telak disegitiga bermudanya tidak bisa menahan rasa sakit begitu saja. Meskipun seorang pendekar itu hebat tetapi jika serangan pada titik vital akan berdampak besar dan membuatnya jatuh juga, begitulah informasi yang Lengkukup dapat.”Kau akan menerima ganjarannya…” Gamya berdiri dengan sedikit menopang tubuh diantar kedua lututnya.

Dilain sisi Lengkukup berusaha mencari pertolongan dengan penduduk desa, beberapa yang mendengar langsung memberikan pertolongan kepada Lengkukup dengan menghadang Xue tetapi mereka seperti debu bagi Xue. Saat mereka menghadang sebuah kilatan kecil muncul dari tangan Xue, dari kilatan itu muncul sebuah benang tipis namun memiliki ketajaman melebihi pedang.

Benang itu menebas kepala setiap orang yang berusaha menghadangnya, tiba saat Lengkukup terpojok tepat diantara rumah penduduk. Mereka yang melihat tidak ada yang berani memberikan pertolongan kepada Lengkukup melihat kemampuan Xue yang begitu mengerikan. Disalah satu rumah seseorang terlihat ingin sekali menolong Lengkukup tetapi Xue tidak begitu menghiraukannya dan tetap tertuju kepada Lengkukup.

“Menyerahlah maka aku akan memberikan kematian yang cepat…”

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Mas Dion
lanjut terus thor. mantab
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status