Rasa khawatir dan cemas yang selama ini menggelayut dalam hati pria itu, kini mulai mencair. Mata tuanya menatap lekat pada sang menantu.
"Sudah lebih dari satu bulan kalian menikah, sejak papi mendengar kabar itu dari Doni. Terus terang, saat itu hati papi merasa takut. Elmer seorang anak yang tertutup. Dia selalu memendam apa pun sendirian. Dengan sakitnya Elmer selama ini, setiap malam papi tidak pernah bisa tidur dengan nyenyak. Papi selalu ketakutan dan cemas.
Dan ketakutan papi semakin besar, ketika mengetahui kalian menikah. Bagaimana jika kamu tahu siapa Elmer sebenarnya. Yang papi yakini, kamu pasti akan meninggalkannya. Sedangkan Elmer terlihat sangat mencintaimu." Tuan Dhanu terdiam sesaat untuk menghirup udara agar masuk dalam paru-parunya yang sedikit sesak.
"Kamu tahu, Nak? Seumur hidup papi … baru kali ini melihat binar cinta di matanya. Baru kali ini, melihat senyum mengembang tanpa seringai kejam dan meremehkan. Saat kalian
Elmer menempelkan punggung tangan Lena ke bibirnya. Istrinya itu masih terpejam tak sadarkan diri. Satu jam yang lalu ia baru saja menandatangani surat persetujuan untuk kuret. Ia tidak tahu dan menyangka sama sekali jika Lena sedang mengandung. Mengandung buah hati yang kini harus ia relakan karena luruh.Terdengar erangan kecil. Lena membuka mata perlahan dan mendapati suaminya yang menatap dengan mata berkabut."Apa ada bagian tubuhmu yang terasa sakit?" Elmer menatapnya cemas."Pinggangku terasa ngilu. Dan di bawah sana. Kenapa terasa perih? Apa yang terjadi padaku?" rintih Lena dengan wajah pucat.Elmer menarik napas panjang dan mengusap pipi istrinya. "Sabar ya sayang. Kamu keguguran," lirihnya sendu."Keguguran? Aku … hamil?" Wajah Lena tertegun tak percaya.Sebutir air mata meluncur tak terkendali dari matanya, yang langsung diseka oleh Elmer menggunakan bibirnya."Bodohnya aku kenapa tidak tahu jika  
"Apa seorang suami tidak boleh menemani istrinya?" tanya Elmer tepat di wajah Kai dengan senyum mengejek.Kai tidak hanya terhenyak. Namun, wajahnya sudah memerah dan tegang. Hatinya mencelos dan ada rasa nyeri menusuk jantungnya."Kalian sudah menikah?" lirihnya dengan suara datar."Ya," jawab Elmer masih dengan seringai mengejek."Benarkan Alena?" Sorot Kai menatap tajam Lena.Wanita itu mengangguk. "Benar, Tuan.Raut wajah Kai berubah datar. "Oke," jawabnya lalu keluar dari ruangan itu.Kai berjalan dengan wajah datar … dan terpukul. Ia tidak pernah menyangka, Alena akan melabuhkan hatinya pada Elmer. Pria itu membuang buket bunga yang ia bawa untuk Lena pada sampah dengan perasaan kecewa.Tony membukakan pintu mobil dengan sigap ketika tuannya datang. Pria setia itu mengernyitkan dahi melihat wajah Kai yang tanpa ekspresi."Kita pulang ke rumah," ucapnya datar."Ponsel Anda dari tadi berde
Ruang kerja yang besar itu kini hening. Hanya terdengar suara tarikan napas dari Tuan Dhanu. Jimmy duduk dengan diam, seakan bisa merasakan apa yang dirasa tuannya. Sementara Kai, berkali menyulut berbatang-batang rokok dan meneguk segelas red wine."Aku tidak tahu harus mulai darimana, Jim." Tuan Dhanu menoleh dan menatap pelayan setianya dengan gamang.Terdengar suara tawa kecil dari bibir Kaindra. "Papi ini aneh. Semua rahasia yang Papi simpan, diketahui semua oleh Bang Jimmy. Bahkan saat ingin menceritakan padaku pun, harus ada dia. Apa Papi butuh dukungan atau pembelaan?" kata Kai dengan nada suara biasa, tapi sangat menusuk di dengar oleh Papinya."Maaf, Tuan muda. Bukan begitu. Memang benar semua rahasia tuan, saya mengetahui semua. Tapi, saat tuan meminta saya mendampingi, karena cerita yang akan Tuan besar sampaikan ini sangat tragis. Tuan besar hanya butuh penguatan dan support dari saya. Tidak ada maksud lain," balas Jimmy melakukan pemb
"Elmer … kemarilah. Ini Davin putra mama." Sonya mengenalkan putranya. Mereka saling berjabat tangan. Davin kecil menyeringai pada Elmer."Namaku bukan Davin, tapi Angga." Ia menatap tajam pada Elmer."Mama bilang, namamu Davin.""Namaku Angga!" Mata Davin berkilat."Tapi, aku tetap akan memanggilmu Davin." Elmer bersikeras.Tiba-tiba wajah Davin yang semula dingin dengan tatapan tajam menusuk, berubah menjadi sayu. Ia menangis kencang membuat Sonya keluar dari kamar. Mereka berada di sebuah mansion yang dibeli Dhanu, khusus untuk Sonya."Kenapa kamu menangis, Davin?""Elmer memukul aku, Ma.""Kamu berani memukul Davin, Elmer!" Sonya murka, lalu memukuli Elmer dengan sebuah sapu. Tak berhenti di situ, ia juga menendang tubuh Elmer hingga terpelanting di lantai.Elmer hanya diam seakan ia menikmati semua siksaan itu. Tidak ada rengekan. Tidak ada air mata. Wajahnya dingin tanpa ekspresi. Tiga ta
Desember 2002."Elmer nggak mau ikut!" Ia membuang muka dengan wajah merah dan tatapan dingin."Tuan muda … di sana nanti Anda bisa bersenang-senang. Lagipula bulan ini memasuki musim dingin. Bukankah Anda suka salju?" bujuk Jimmy.Elmer hanya diam. Ia semakin besar dan mulai mengerti apa yang dilakukan dan diperbuat Papinya di masa lalu.Elmer berjalan tak acuh dengan tatapan dingin di belakang Dhanu dengan menyeret kopernya. Ia akhirnya menyerah dan memutuskan ikut ke California karena bujukan Maminya."Elmer sayang Mami 'kan? Papi akan pergi lagi untuk urusan bisnis. Sudah lama kalian tidak pergi bersama. Elmer jaga Papi untuk mami, bisa?" pinta Merry malam itu.Elmer hanya diam dengan tatapan datar. Sekali lagi, ia harus menurut karena permintaan sang Mami. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Maminya juga bicara seperti itu. "Elmer jaga Papi untuk mami."Setiap Dhanu tidak pulang selama berhari-hari bahkan b
Dhanu sangat ketakutan melihat ujung pisau yang berkilat terkena sinar lampu itu. Wajah Marco yang merah dan sangat beringas, siap menghujamkan pisau itu.Dhanu memejamkan mata ketakutan. Ia seakan bersiap pisau yang sudah berlumuran darah dari Billy dan David itu juga akan mengenai dirinya, ketika tiba-tiba ….Jleb!Heeekk!Terdengar suara erangan tertahan dan tubuh Marco ambruk menimpa Dhanu.Pria itu segera membuka mata dan terhenyak melihatnya.Elmer!Lelaki muda yang sedang menginjak masa remaja, menatap tajam dan dingin pada Dhanu. Dan ia memegang pisau yang tadi di hujamkan ke arah punggung Marco.Dhanu segera menyingkirkan tubuh Marco dan cepat-cepat berdiri."Elmer …." Dhanu sangat shock melihat wajah datar dan dingin dari putranya.Mata Elmer berkilat dan melirik ke arah Sonya penuh dendam. Wanita itu ketakutan setengah mati, melihat tangan Elmer yang memegang pisau berlumuran darah
"Aku akan meminta ijin Papa untuk meminangmu, Marini." Bima mengusap lembut air matanya."Apakah Tuan Hamdan akan merestui kita? Perbedaan kita sangat jauh. Aku hanya gadis miskin." Marini terisak lirih."Aku akan mencoba. Tapi, meski Papa tidak mengijinkan, aku tetap akan nekat. Karena aku mencintaimu," bisik Bima membuat wajah Marini merona merah di antara sedu sedannya..Raut wajah Tuan Hamdan terlihat kelam dan gamang. Berkali ia menghela napas panjang sambil jemarinya ia ketukan di atas meja."Kenapa masih saja gusar, Tuan? Bukankah Anda sudah membaginya menjadi dua?" Sapto--orang kepercayaannya menatap prihatin.Tuan Hamdan menelan ludahnya dan menatap Sapto. "Aku sangat meragukan Seno. Kamu tahu itu bukan?""Saya tahu sebenarnya Anda sangat menginginkan Tuan muda Bima untuk memimpin perusahaan. Tapi, dengan Anda membagi perusahaan menjadi dua, itu menurut saya sudah cukup adil," timpal Sapto."Kita sama-sa
"Begitu banyak wanita cantik dari keluarga terhormat. Banyak artis papan atas yang menyukaimu. Kenapa kamu memilih gadis gembel seperti itu?" Tuan Hamdan menyorot tajam dan tidak suka pada putranya. Tentu saja setelah gadis itu pulang dengan wajah merah karena malu. Lebih tepatnya dipermalukan."Bima Arjabrata adalah calon pengganti ku. Yang itu berarti dia akan duduk di kursi nomer satu perusahaan besar Arjabrata grup sebagai presiden direktur. Jabatan setinggi itu, apakah pantas bersanding dengan putri seorang tukang sayur?"Kalimat Tuan Hamdan menyentak mereka berdua. Bahkan Marini langsung menunduk lebih dalam dengan terisak dan tubuh bergetar hebat."Apakah semua yang ada di dunia ini harus di hubungkan dengan harta, kekuasaan dan jabatan?" Mata Bima memerah menahan luka yang begitu dalam.Bahkan sang Papa yang ia kagumi selama ini karena wibawanya yang tinggi, adil dan bersahaja, tidak memperbolehkan Bima untuk mengantar Ma