Share

Bab 6

“Mama ... seneng, deh kalau ada Papa. Aku mau main sama Papa, kayak Kak Naima tadi.”

Aku belai rambut panjang putriku. Memberi kenyamanan dan ketenangan ditengah kerinduan dia pada Papanya.

Melihat Naima yang bermain kuda-kudaan dengan Kak Rasyid tadi, membuat Thalita kembali merindukan sosok Papanya. Hampir setiap hari Thalita akan menghabiskan waktu dengan Mas Mirza.

Mas Mirza tidak hanya bisa memikat hatiku, tapi hati Thalita juga. Dia selalu punya cara agar kedua wanitanya nyaman di sisinya. Tidak jarang, aku dan Thalita sering berebut tempat untuk bisa dekat dengan Mas Mirza.

Namun, sayang sekarang hanya jadi angan saja. Jangankan kahadirannya, bayangannya pun enggan menyapa.

“Ma, Papa kapan pulang, sih? Thalita, ‘kan kangen,” ujar putriku lagi.

“Sabar, Sayang. Nanti kalau pekerjaan Papa sudah selesai, Papa pasti akan segera pulang,” kataku pada Thalita.

Setelah mendapatkan jawaban yang dia inginkan, akhirnya Thalita mau memejamkan matanya. Dia tidur dengan memeluk tubuhku.

Sampai kapan aku akan terus berbohong pada Thalita. Sedangkan kedatangan Mas Mirza tidak bisa aku pastikan kapan. Jangankan untuk datang, memberi kabar pun tak ada.

Ragaku lelah, hatiku pun sama. Rumah tanggaku diambang kehancuran, keberadaan Mas Mirza yang masih menjadi misteri, membuatku harus bekerja keras untuk mengungkap tabir rahasia yang dibuatnya.

Entah berapa jam aku tidur, saat bangun kurasakan kepalaku pusing. Kulihat Thalita masih terlelap menikmati mimpinya. Sejak Mas Mirza pergi, Thalita memang tidur denganku. Berbeda jika ada Papanya, dia akan tidur sendiri di kamarnya.

Aku berjalan ke kamar mandi, membasuh muka dan bersuci dengan air wudhu. Lalu kembali ke luar, membentangkan sejadah dan menunaikan kewajibanku shalat subuh. Aku memang bukan hamba yang taat beribadah. Sering aku lalai dalam melaksanakan shalat. Bahkan sering dengan sengaja aku meninggalkannya.

Mungkin karena kelalayanku ini, Allah menghukumku dengan hancurnya rumah tanggaku. Aku masih bersimpuh memohon ampun dan memohon untuk diberikan petunjuk atas masalah yang kini menimpaku.

“Papa!”

Teriakan Thalita membuatku kaget. Aku langsung menghampiri Thalita yang masih terbaring di kasur.

“Sayang, kenapa?” Aku mengelus kepalanya dan mencium pipinya.

“Tadi, aku mimpi Papa, Ma. Aku panggil, tapi Papa tidak nengok-nengok. Aku sedih, deh.” Mata Thalita berkaca-kaca saat mengatakan mimpinya.

Hatiku teriris, Thalita pasti sangat merindukan Papanya, sampai terbawa mimpi. Sesakit apapun nanti, aku tetap harus bisa menemukan Mas Mirza. Walaupun nantinya kita tidak akan bisa bersama lagi, tapi dia harus tetap menemui anaknya.

“Doakan saja agar Papa cepat pulang ya, Nak?” Thalita mengangguk dengan mengucek matanya.

*

“Kita akan ke rumah orang tuanya Mirza hari ini,” ucap Kak Rasyid saat kita sedang sarapan.

Kak Rasyid sengaja menginap di sini karena akan sangat melelahkan jika mereka pulang pergi. Apalagi keadaanku yang memang membutuhkan dukungan dari saudaraku ini.

Aku melirik pada Thalita yang sedang menikmati sarapannya. Untungnya dia tidak banyak bertanya kenapa Kak Rasyid sampai menyebut Papanya.

“Untuk apa, Kak?” tanyaku malas. Aku rasa sangat percuma karena mereka tidak akan memberi tahu tentang keberadaan Mas Mirza.

“Jangan tanya untuk apa, Kakak yang akan bicara pada mereka. Seenaknya saja memulangkanmu hanya dengan lewat pesan. Apa putra mereka menikahimu, dulu lewat online? Tidak bukan? Keluarga terhormat, berpendidikan, tapi tidak punya adab,” pungkas Kak Rasyid.

Aku tidak lagi berani bicara. Watak Kak Rasyid memang keras, seperti Papa. Dia akan sangat kristis untuk hal yang tidak dia mengerti. Mencari tahu, sampai dia mendapatkan jawabannya.

“Ingat, Yah, jangan pakai emosi. Masalah tidak akan selesai dengan urat. Yang ada, malah akan nambah masalah,” ujar Kak Melati.

“Iya, Sayang. Tak akan.” Kak Rasyid menjawab dengan lembut perkataan istrinya.

Dulu, aku juga sangat harmonis seperti mereka. Bahkan Mas Mirza sangat romantis. Namun, semua hanya sandiwara saja. Kebaikan dan kelembutan Mas Mirza ternyata hanya sementara.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
mudah2an Mirza inget dgn snsk Talits kasian .klo laki2 itu sampe lupa dgn anak bir dia kena ajab dn karma nya ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status