Share

Bab 25

Aku bergegas mengusap air mata dan mengatur napasku, agar sesak karena tangisan yang tertahan bisa berkurang. Dengan bismillah aku memberanikan diri untuk keluar dari kamar, melihat apa yang sedang terjadi.

"Bu, ada apa?" tanyaku dengan pandangan aneh ke arah Mas Attar yang terkapar di lantai.

"Sebentar, aku telepon Pak Ustadz Idris!" ujar Mbak Naura sembari mengambil ponselnya yang ada di atas nakas, sedangkan mengangkat kepala Mas Attar ke atas pangkuannya.

Aku bingung harus apa, rasa sakit masih sangat berdarah, tapi melihat Mas Attar seperti itu aku tetap tidak tega. Ibu menggenggam tanganku erat sekali, terpancar ke khawatiran seorang ibu dari reaksinya. Sekilas kulirik ibu, dia menggigit bibir bawahnya, dan menatap sayu ke wajah Mas Attar. Bagaimana pun, darah lebih kental dari pada Air.

Tidak lama, sekitar 15 menit terdengar salam dari beberapa orang. Mbak Naura langsung menemui mereka dan mengajak masuk ke dalam rumah.

"Sejak tadi," tanya Usatadz Idris.

Mbak Naura mengangguk d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status