Share

Bab 5. Unwanted Arranged Marriage

Mata Audrey mengerjap beberapa kali ketika merasakan silau matahari menyentuh wajahnya. Audrey memijat pelan pelipisnya saat rasa sakit di kepalanya menyerang. Hingga ketika sakit di kepala Audrey mulai membaik, wanita itu membuka kedua matanya seraya mengendarkan pandangan ke sekitarnya—namun seketika raut wajah Audrey berubah kala melihat dirinya berada di sebuah kamar nuansa abu-abu kombinasi hitam. Kamar yang tak asing. Ditambah aroma parfume yang dia hafal menyeruak ke indra penciumannya. 

“Kenapa aku ada di apartemen Xander?” Audrey langsung menyadari bahwaa dirinya berada di apartemen pribadi Xander. Tentu Audrey tak akan mungkin lupa kamar di apartemen pribadi Xander. Tatanan kamar maskulin. Ranjang. Aroma parfume. Semua sangat Audrey hafal. 

Sesaat, Audrey terdiam berusaha mengingat kenapa dirinya bisa ada di apartemen Xander. Seingatnya tadi malam dirinya mendatangi klub malam akibat begitu frustrasi dengan sikap Xander yang selalu mengabaikannya.

Pun Audrey mengingat dirinya minum sangat banyak dan pastinya mabuk. Tapi kenapa sekarang bisa ada di apartemen Xander? Apa mungkin Xander menjemputnya di klub malam? Tidak. Itu sangat mustahil! Tidak mungkin Xander menjemputnya. Audrey sangat mengenal dengan baik tunangannya itu.

“Selamat pagi, Nona Audrey.” Seorang pelayan melangkah menghampiri Audrey seraya membawakan nampan yang berisikan susu cokelat hangat. “Silahkan diminum, Nona. Saya membuatkan susu cokelat hangat untuk Anda.” 

“Terima kasih.” Audrey menerima susu cokelat itu, dan meminumnya perlahan. Lalu ketika susu yang diberikan oleh pelayan telah habis, Audrey mengembalikan gelas itu pada sang pelayan sambil bertanya, “Di mana Xander? Kenapa aku tidak melihatnya?” 

“Tuan Xander berada di ruang kerjanya, Nona. Beliau sedang memeriksa pekerjaannya. Mungkin sebentar lagi Tuan Xander akan ke sini,” jawab sang pelayan sopan. 

Audrey menganggukan kepalanya. “Kau boleh pergi sekarang. Terima kasih sudah membuatkanku susu hangat.” 

“Dengan senang hati, Nona Audrey. Kalau begitu saya permisi.” Sang pelayan menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Audrey. 

Saat pelayan itu sudah pergi, Audrey menyibak selimut, turun dari ranjang dan hendak menuju kamar mandi. Namun gerak Audrey terhenti kala kenop pintu bergerak menandakan akan ada yang masuk ke dalam kamar.

Ceklek!

Pintu terbuka. Tampak senyuman samar di wajah Audrey terlukis melihat Xander melangkah masuk ke dalam kamar. Rasa sakit di hatinya seakan lenyap kala melihat Xander. Sejak dulu, Audrey memang tak pernah bisa marah lama dengan Xander. Berkali-kali diabaikan dan ditolak tetap saja tidak akan membuat cinta Audrey berkurang. 

“Xander, tadi malam kau yang menjemputku?” Audrey melangkahkan kakinya mendekat pada Xander. Wanita itu menatap Xander dengan tatapan lembut dan penuh kasih sayang.

“Bisakah kau satu kali saja tidak menyusahkan hidupku, Audrey? Kenapa kau pergi ke klub malam sendirian? Kalau terjadi sesuatu padamu maka aku yang akan disalahkan!” seru Xander meninggikan suaranya. Tatapan pria itu menatap Audrey begitu tajam.

Audrey sedikit menunduk. Harus Audrey akui dirinya lah yang bersalah karena pergi ke klub malam seorang diri. Rasa putus asa dan patah hati yang mendorong Audrey melampiaskan pergi ke klub malam.

Sebenarnya Audrey pun cukup sering mendatangi klub malam tapi biasanya Audrey akan bersama dengan sepupunya dan tentu dijaga dua pengawal yang menemeninya. Namun, tadi malam Audrey memutuskan melarikan diri beralasan pada kedua orang tuanya ingin mengerjakan pekerjaan di apartemen pribadinya. 

“Aku pergi ke klub malam karena aku kesepian, Xander. Setelah pesta ulang tahunku, kau tidak pernah membalas pesanku,” ucap Audrey pelan dan raut wajah yang begitu muram.

Tak lagi terhitung berapa ratus kali Audrey mengirimkan pesan untuk Xander. Meski hati Audrey terluka dengan kata-kata Xander tetap saja Audrey mengirimkan pesan untuk sang tunangan. Tapi tak ada satu pun pesan yang dijawab oleh Xander. 

“Aku sibuk,” jawab Xander dingin dan begitu acuh. 

“Kau bisa membalas pesan dari asistenmu ataupun karyawanmu di kantor. Tapi kenapa kau satu kali saja tidak bisa membalas pesanku, Xander?” seru Audrey dengan wajah yang memerah menahan rasa kesal. 

“Aku tidak mau bertengkar, Audrey! Berhenti bersikap kekanakan!” Xander menatap Audrey tajam dan penuh peringatan. 

Mata Audrey memerah menahan air matanya agar tak tumpah. Setiap kali berdebat dengan Xander; maka Xander akan selalu mengatakan dirinya selalu kekanakan. “Aku tunanganmu, Xander. Aku bukan bersikap kekanakan tapi aku hanya ingin kau memberikan kabar padaku! Apa sulit bagimu untuk memberikan kabar padaku? Aku setiap hari selalu memberikan kabar padamu. Tapi kenapa kau tidak bisa melakukan apa yang seperti aku lakukan padamu?” 

Xander memejamkan mata singkat. Berusaha untuk tidak terpancing emosi. “Jangan meminta aku untuk melakukan hal yang sering kau lakukan. Kau jelas tahu, sejak dulu aku tidak pernah menginginkan itu. Berhenti mengharapkan sesuatu hal yang tidak mungkin!”  

Audrey mati-matian menahan air matanya agar tidak jatuh. Sejak dulu Audrey memiliki keyakin kalau sifat dingin dan kasar Xander adalah bentuk dari ungkapan perasaan pria itu padanya. Namun, setelah Audrey beranjak dewasa, Audrey merasakan kekosongan. Bahkan Audrey merasakan Xander tidak pernah benar-benar peduli padanya. 

“Tuan Xander?” Seorang pelayan melangkah mendekat pada Xander. Refleks, Xander mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. 

“Ada apa?” tanya Xander dingin dengan raut wajah tanpa ekspresi. 

“Maaf mengganggu, Tuan. Tapi saya ke sini ingin memberitahu kalau Tuan Marco datang. Beliau sudah menunggu Anda di depan,” jawab sang pelayan yang langsung membuat raut wajah Xander berubah menjadi kesal. 

Shit!’ Xander mengumpat dalam hati mendengar ayahnya datang. Sejak kejadian di pesta ulang tahun Audrey; Xander memang tidak pernah muncul di depan keluarganya. Tak hanya itu saja tapi Xander selalu menghindari kedua orang tuanya. Pasalnya setiap kali bertemu keluarganya, Xander akan selalu terpancing emosi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status