“Xander, temanmu sudah pulang?” Audrey menatap Xander yang melangkah mendekat padanya. Satu harian ini Audrey berdiam diri di kamar pribadi Xander yang ada di ruang kerja tunangannya itu.Tak ada yang Audrey lakukan selain bermain sosial media, belanja online, ataupun membaca majalah. Semua Audrey lakukan demi menuruti permintaan Xander yang menginginkan dirinya untuk patuh selama ikut ke kantor tunangannya itu.“Sudah.” Xander menjawab dingin pertanyaan Audrey kala tiba di depan wanita itu.Audrey bangkit berdiri dari tempat duduknya, lalu memeluk erat Xander sambil berkata, “Aku tidak ingat temanmu yang bernama Dylan. Apa benar aku pernah bertemu dengannya?”“Dia yang melihatmu. Kau tidak pernah melihatnya,” jawab Xander lagi datar. Pria itu tak membalas pelukan Audrey. Pun tak menolak pelukan Audrey.“Ah, begitu.” Audrey menganggukan kepalanya dari dalam pelukan Xander. Lantas Audrey mengurai pelukannya sebentar dan bertanya ingin tahu, “Tadi Dylan ke sini karena memiliki bisnis de
Awan terang mulai menghilang tergantikan awan gelap. Jam dinding menunjukan pukul delapan malam. Xander sudah menyudahi semua pekerjaannya. Pria itu ingin segera kembali ke apartemennya namun ingatan Xander mengingat kalau Audrey berada di dalam kamarnya. Sejak tadi Audrey tak pernah mau pulang duluan. Terpaksa Xander harus ke kamar pribadinya—di mana Audrey berada.“Tuan Xander?” sapa Chad sopan di kala berpapasan dengan Xander yang ingin masuk ke dalam kamar.“Apa yang dilakukan Audrey?” tanya Xander dingin, dengan raut wajah tanpa ekspresi.“Nona Audrey sudah tidur, Tuan,” jawab Chad memberi tahu.Xander mendecakan lidahnya. Dia meminta Audrey untuk pulang duluan tapi wanita itu tak mau. Tapi malah sekarang wanita itu tertidur. Shit! Menyusahkan saja! “Aku akan menemui Audrey,” ucap Xander dingin dan datar.“Baik, Tuan.” Chad mempersilahkan Xander untuk masuk ke dalam kamar.Xander segera masuk ke dalam kamar pribadinya. Chad pun langsung menundukan kepala kala Xander sudah pergi
Persiapan pernikahan Audrey dan Xander bisa dikatakan hampir seratus persen. Segala kebutuhan yang diperlukan sudah selesai. Mulai dari gedung, souvenir, dekorasi, gaun pengantin dan segalanya yang diperlukan dalam proses pernikahan telah diurus.Tentu Audrey tak mengurus pernikahannya sendiri. Keluarga besar Audrey dan keluarga besar Xander turut terlibat dalam proses persiapan pernikahan. Terlebih Audrey dan Xander sama-sama anak pertama di keluarga. Itu yang membuat persiapan pernikahan haruslah matang dan sempurna.Di awal sebelum persiapan pernikahan memang Athes dan Marco memang sudah meminta pernikahan Audrey dan Xander haruslah meriah. Bahkan tamu udangan yang hadir akan sangat banyak. Pun pernikahan Audrey dan Xander haruslah disorot oleh media.Well, sebenarnya Xander hanya menginginkan pernikahan yang sederhana tapi Athes dan Marco tak sependapat dengan keinginan Xander. Akhirnya Xander pun memilih mengalah dan membiarkan keluarganya serta keluarga Audrey yang mempersiapkan
Para pelayan mondar-mandir begitu sibuk mengantarkan segala kebutuhkan sang pengantin yang kini tengah dirias. Ya, hari ini adalah hari yang telah dinanti-nantikan Audrey. Hari di mana Audrey akan menikah dengan pria yang begitu dia cintai.Tak pernah Audrey sangka kalau hari ini akan terjadi dalam hidupnya. Mimpi yang selama ini Audrey impikan selangkah lagi akan terwujud. Dan hal itu yang membuat Audrey menunjukan wajah yang bahagia.“Perfect,” ucap sang make-up artist kala sudah merias wajah Audrey. “Anda sangat cantik, Nona. Mata Anda benar-benar indah. Oh astaga, wajah Anda mirip seperti boneka. Tuhan benar-benar memberikan kesempurnaan pada Anda.”Audrey tersenyum. “Terima kasih banyak. Ini juga karena berkat tanganmu.”“Tidak, Nona. Ini bukan hanya karena riasan wajah tapi karena memang Anda sangat cantik,” puji sang make-up artist. “Baiklah, Nona, mari saya bantu untuk menggantikan gaun pengantin Anda.”Audrey menganggukan kepalanya merespon ucapan sang make-up artist. Lantas
Jepretan kamera tersorot pada Audrey yang melangkah masuk ke dalam ballroom hotel bersama dengan Athes. Ribuan tamu undangan tak henti melihat penampilan Audrey yang begitu memukau layaknya seorang putri raja.Gaun pengantin yang tak terlalu terbuka tapi begitu menunjukan kelas. Tak bisa menampik sosok Audrey Russel selalu dikenal dengan sosok yang mahal. Para wartawan tampak sibuk mengambil gambar Audrey dan Athes yang tengah memasuki ballroom hotel. Pernikahan Xander dan Audrey memang sangat meriah dan mewah sesuati yang diinginkan oleh kedua keluarga besar mereka.Para keluarga sejak tadi pun menatap kagum dan memuja penampilan Audrey. Tak sedikit yang memuji penampilan Audrey hari ini. Diusia yang sudah 23 tahun tapi Audrey memiliki paras yang awet muda. Orang berpikir kalau Audrey belum sampai diusia 20 tahun. Wajah mirip boneka itu jarang memakai riasan tebal. Bahkan di hari penting pernikahan saja Audrey memakai riasan flawless namun malah membuat wanita itu semakin sangat can
Resepsi pernikahan Audrey dan Xander telah selesai. Audrey tampak sedikit kelelahan. Tentu saja karena begitu banyak para tamu undangan yang hadir. Xander mengundang beberapa teman terdekat di masa kuliah dan termasuk mengundang rekan bisnisnya. Pun Audrey mengundang teman-temannya dan juga rekan bisnisnya. Bisa dikatakan tamu yang paling banyak hadir adalah kerabat dari kedua orang tua Audrey dan Xander.Aroma ruangan musk bercampur dengan aroma rose menyeruak ke indra penciuman Audrey dan Xander—yang memasuki kamar pengantin mereka. Kamar pengantin yang begitu mewah, dan elegan.Nuansa gold kombinasi cokelat tua menyempurnakan kamar pengantin Audrey dan Xander. Taburan bunga mawah memenuhi lantai kamar pengantin. Tatanan lilin aromaterapi bercampur dengan pengharum ruangan meninggalkan aroma yang hangat dan menyejukan. Aroma itu tak menyengat melainkan membuat orang yang menciumnya begitu tenang.“Audrey, mandilah. Aku juga ingin mandi,” ucap Xander pada Audrey seraya melepaskan tux
“Audrey, kenapa kau memakai pakaian itu,” geram Xander menahan emosi tepatnya pria itu menahan hasratnya. Tak munafik, Xander adalah pria normal. Seks tidak memerlukan cinta.“Memangnya aku harus memakai apa? Bikini?” Audrey dengan berani duduk di pangkuan Xander. Melingkarkan tangannya ke leher Xander dan memberikan kecupan di bibir sang suami.“Audrey. Tidurlah, ini sudah malam.” Xander hendak menurunkan tubuh Audrey yang duduk di pangkuannya. Namun alih-alih menurut malah Audrey semakin menekan dadanya menempel pada dada Xander.“Aku belum mau tidur sekarang, Xander.” Audrey membawa tangan Xander, dan meletakannya ke dadanya. “Touch me, Xander, please,” bisiknya sensual.‘Shit!’ Xander mengumpat dalam hati kala Audrey menggodanya. Tanpa sadar, Xander pun memberikan remasan di payudara Audrey.“Audrey, jangan melakukan hal yang akan kau sesali nanti.” Xander ingin menjauhkan tangannya dari payudara Audrey, namun Audrey menahan tangan Xander.“Aku tidak akan pernah menyesalinya, Xand
Xander menyesap vodka di tangannya. Waktu menunjukan pukul lima pagi. Di luar masih gelap. Xander terbangun dikala dirinya memimpikan satu sosok wanita yang dia selama ini rindukan. Sayang semua itu hanyalah mimpi. Bukan kenyataan.Xander tahu wanita itu telah pergi dan tak mungkin kembali padanya. Sampai detik ini, takdir tak pernah mempertemukannya pada sosok wanita yang dia rindukan. Semua mengartikan mungkin memang dirinya tak bisa bersatu dengan sosok wanita yang selalu ada di pikiran dan hatinya.Xander mengembuskan napas panjang. Tatapan Xander teralih pada Audrey yang tertidur pulas di ranjang tanpa sehelai benang pun di tubuh Audrey. Hanya selimut tebal yang membungkus tubuh Audrey.Xander memejamkan mata singkat. Benak Xander memikirkan apa yang terjadi tadi. Pria itu tak pernah mengira kalau dia lepas kendali. Padahal sejak awal Xander berusaha menahan diri.Sebagai pria normal rasanya sulit untuk mengendalikan diri. Xander tak menampik kalau Audrey memang sangat cantik dan