Home / Romansa / Beautiful Pain / Bab 6. Unwanted Arranged Marriage II

Share

Bab 6. Unwanted Arranged Marriage II

last update Last Updated: 2022-08-12 18:15:18

Xander mengembuskan napas kasar. Berusaha mengendalikan diri. Setiap kali bertemu dengan ayahnya tidak akan mungkin jika tidak berdebat. Ingin sekali Xander menghindar tapi Xander tahu dirinya tak mungkin bisa menghindar sekarang. Terlebih Audrey pun berada di sini. 

“Minta ayahku untuk tunggu. Aku akan segera menemuinya,” ucap Xander dingin dan raut wajah begitu terpaksa. 

“Baik, Tuan. Kalau begitu saya permisi.” Pelayan itu menundukan kepalanya, pamit undur diri dari hadapan Xander dan Audrey. 

Xander mengalihkan pandangannya, menatap Audrey yang sejak tadi hanya diam namun menunjukan kemuraman di wajahnya. “Mandilah. Aku akan menemui ayahku.” 

Audrey mengangguk mematuhi ucapan Xander. Pun Audrey lelah berdebat dengan Xander. Karena perdebatannya akan selalu sama yaitu tentang sifat Xander yang begitu acuh padanya. 

***

Xander melangkahkan kakinya menuju ruangan di mana ayahnya berada. Tampak aura wajah Xander begitu dingin dan tegas serta tersirat menahan rasa kesalnya. Hingga ketika Xander tiba di ruang tamu, tatapan Xander menatap Marco—ayahnya yang menyambut dirinya dengan tatapan tajam dan sorot mata penuh peringatan. 

“Kau dari mana saja, Xander? Kenapa kau menghindariku dan ibumu?” seru Marco menahan amarahnya. 

“Kau masih bisa menemuiku di sini artinya aku tidak menghindarimu. Jangan berlebihan. Aku bukan anak kecil,” tukas Xander dingin. 

Marco mengepalkan tangannya dengan kuat. Pria paruh baya itu terlihat berusaha menendalikan diri berhadpan dengan putra sulungnya yang suka sekali membantahnya. 

“Pernikahanmu dan Audrey sudah diatur. Dua minggu lagi kalian akan menikah. Aku ingin kau fokus dengan pernikahanmu. Ambil cuti di perusahaan,” ucap Marco tegas. 

Xander terdiam beberapa saat mendengar ucapan Marco. Xander sudah tahu ayahnya hanya akan membahas tentang pernikahannya dengan Audrey. Pembahasan yang tak akan pernah berakhir. Meski Xander menolak sekalipun; maka tetap saja ayahnya akan memaksanya. 

“Kau tahu aku belum mau menikah sekarang. Kenapa kau terus-terusan memaksaku, Dad?” geram Xander berusaha mengendalikan diri. 

“Mau sampai kapan kau belum mau menikah, Xander? Usiamu sudah 30 tahun. Sudah waktunya kau menikah. Kau dan Audrey sudah tujuh tahun bertunangan. Tidak mungkin kau menggantungkan hubunganmu dengan Audrey terlalu lama!!” seru Marco dengan nada penekanan. 

Xander tersenyum sinis. “Perjodohan ini atas paksaanmu. Aku berkali-kali meminta dibatalkan tapi kau tidak pernah membiarkan aku membatalkan pertunangan ini. Kenapa, Dad? Kalau kau menyukai Audrey, kau saja yang menikah dengannya.” 

“Jaga mulutmu, Xander! Aku sudah menganggap Audrey seperti putri kandungku sendiri!” bentak Marco emosi. Kilat mata Marco tajam penuh amarah yang tak main-main. Selama ini, Marco sudah memberikan yang terbaik untuk putra sulungnya, namun malah putra sulungnya sulit sekali untuk mendengarkan apa yang dirinya katakan. 

“Terserah apa pun katamu! Aku belum mau menikah. Jangan memaksaku untuk menikah!” tukas Xander penuh peringatan. 

“Tidak ada penolakan. Kau dan Audrey harus menikah dua minggu lagi. Kalau kau masih membantahku, lebih baik kau angkat kaki dari perusahaan. Ingat bukan hanya kau angkat kaki dari perusahaan tapi kau juga tidak bisa menemui ibumu ataupun adikmu lagi. Semua pilihan ada di tanganmu, Xander. Apa kau membiarkan keluarga kita menghadapi malu di hadapan publik?” Marco membalikan ucapan Xander. Kali ini Marco berkata dengan penuh ancaman dan sengaja membuka pikiran Xander agar tak salah mengambil keputusan. 

Ya, perkataan Marco sukses membuat Xander bungkam. Xander bukan takut kehilangan harta tapi Xander tidak ingin melihat ibu dan adik perempuannya menanggung malu karena pembatalan pernikahan yang sudah di depan mata. Publik pasti akan menjadikan beritaknya dan Audrey menjadi panas.

Mengingat Audrey adalah putri dari seorang pengusaha ternama di Roma, rasanya tidak akan mungkin kalau berita ini tidak ramai. Selama ini yang Xander pikirkan hanya ibunya dan adik perempuannya—yang masih duduk di bangku kuliah. 

Xander mengatur napasnya meredakan emosi yang terbendung dalam dirinya. Benak Xander begitu kacau. Di sisi lain, Xander tidak bisa menikah dengan Audrey. Hati dan pikiran Xander masih dan akan selalu tertuju pada satu wanita yang selalu ada di hati dan pikirannya. Namun, dalam keadaan seperti ini rasanya Xander pun tidak memiliki pilihan lain.

Xander seperti berada di tepi jurang dan di belakangnya adalah musuh yang ingin membunuh. Satu kali melangkah Xander akan terjun ke jurang. Tapi kalau dia mundur pun kemungkinan kematian yang akan menjemputnya. Dari segala aspek, Audrey memiliki segalanya. Hanya saja hati Xander tidak pernah tertambat untuk Audrey. 

Fine, kau atur saja persiapan pernikahanku dan Audrey sesuai yang kau inginkan,” jawab Xander yang akhirnya memilih menyetujui permintaan ayahnya. Walau tak dipungkiri hatinya sangat berat tapi Xander tidak memiliki pilihan lain.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Beautiful Pain    Bab 129. Ending Scene (TAMAT)

    Beberapa bulan kemudian … Tokyo, Japan. “Rikkard … Rachel … jangan bermain di air mancur. Nanti kalian terjatuh.” Audrey hendak menghampiri kedua anaknya yang tengah asik bermain di air mancur. Akan tetapi gerak Audrey terhenti kala Xander menahan lengannya.“Sayang, ada pengawal yang menjaga anak-anak kita. Tidak usah mencemaskan mereka.” Xander menarik tangan Audrey, masuk ke dalam pelukannya, dan mengecupi puncak kepala sang istri. Musim semi di Tokyo sangatlah indah. Bunga-bunga sakura bermekaran tumbuh dengan sangat sempurna.Audrey tersenyum samar. Rikkard dan Rachel memang anak yang sangat aktif. Dua kakak beradik itu kerap membuat Audrey sedikit pusing akibat dua anaknya terlalu aktif. Well, meski demikian tentu hidup Audrey penuh warna. Kehadiran Rikkard dan Rachel melengkapi kebahagiaannya dengan Xander. “Xander, aku senang sekali Serry dan Frank sudah menikah. Aku berharap mereka bisa segera mendapatkan anak dan hidup bahagia seperti kita,” ujar Audrey hangat mengingat

  • Beautiful Pain    Bab 128. Extra Part VIII

    Pagi yang cerah membaur dengan suara kicauan burung. Sinar matahari menyinari bumi begitu indah. Tampak Audrey sibuk di ruang makan membuat pudding cokelat dan strawberry kesukaan anak-anaknya. Hari ini kedua anaknya akan pulang dari rumah orang tuanya. Itu kenapa Audrey khusus membuatkan pudding. Satu hari tak bertemu kedua anaknya itu membuat Audrey benar-benar merindukan kedua anaknya. Walau sebenarnya memang kedua anaknya kerap menjadi rebutan kedua orang tuanya dan kedua orang tua Xander.“Nyonya, apa Anda membutuhkan bantuan?” tanya seorang pelayan pada Audrey.“Tidak usah. Ini sudah selesai.” Audrey menyimpan pudding buah ke kulkas “Kau kerjakan pekerjaanmu yang lain saja.”“Baik, Nyonya. Saya permisi.” Pelayan itu menundukan kepalanya, lalu pamit undur diri dari hadapan Audrey.Saat Audrey sudah memasukan pudding buah ke dalam kulkas, Audrey berbalik, dan hendak melangkah keluar meninggalkan dapur, menghampiri Xander yang berada di ruang kerjanya. Namun tiba-tiba tanpa sengaja

  • Beautiful Pain    Bab 127. Extra Part VII

    Pelupuk mata Audrey bergerak-gerak, menandakan wanita itu akan segera membuka matanya. Malam yang sunyi dan gelap, membuat Audrey tertidur sangat nyaman. Akan tetapi, suara ketukan pintu yang berasal dari luar menjadi pemicu Audrey yang terlelap itu langsung terbangun dari tidur lelapnya.Audrey membuka mata, menyeka sedikit kedua matanya, lalu melihat ke samping—Xander sudah tidak ada di sana. Tampak Audrey mengembuskan napas panjang. Tatapan Audrey melihat ke tubuhnya sendiri—yang sudah memakai gaun tidur. Audrey ingat setelah pergulatan panasnya dengan sang suami, Audrey langsung tertidur pulas. Kalau sekarang dirinya sudah memakai gaun tidur, pasti suaminya itu yamg memakaikannya.“Xander pasti ada di ruang kerjanya.” Audrey menghela napas dalam. Audrey yakin kalau tadi ketika dirinya tidur, suaminya pergi ke ruang kerja. Padahal Audrey sudah dibuat lemas oleh sang suami. Tapi malah suaminya masih saja memiliki energy untuk memeriksa pekerjaan.Suara ketukan pintu masih terdengar.

  • Beautiful Pain    Bab 126. Extra Part VI

    Menjadi ibu rumah tangga sekaligus memimpin perusahaan membuat Audrey sempat kesulitan. Ditambah perusahaannya yang ada di Jepang benar-benar berkembang pesat. Membuat Audrey harus mengawasi dengan teliti.Dulu, Audrey memang fokus membesarkan perusahaannya di Jepang karena Audrey pikir dirinya akan menetap selamanya di Jepang, tapi siapa sangka kalau apa yang Audrey pikirkan salah. Takdir tetap membawanya kembali pada Xander. Menikah lagi dengan pria yang sejak dulu dia cintai.Beberapa tahun terakhir ini, sejak Rachel lahir, Audrey memang sangat fokus pada membesarkan kedua anaknya. Tentu, Audrey tidak melepas tanggung jawabnya akan perusahaannya. Selama ini, Audrey dibantu oleh Tina—asistennya—dalam mengurus perusahaan yang ada di dalam atau luar negeri.Tak hanya Tina saja, Xander pun kerap membantunya. Sedangkan Zack dan Rainer, dua adik Audrey itu memang fokus pada pendidikan di Boston. Adapun cabang perusahan yang Zack dan Rainer urus adalah cabang perusahaan di Amerika.“Sayan

  • Beautiful Pain    Bab 125. Extra Part V

    “Rikkard, Rachel, ayo ini sudah waktunya kalian berangkat sekolah. Hari ini Mommy dan Daddy akan mengantar kalian ke sekolah.” Audrey berseru meminta Rikkard dan Rachel untuk cepat menghampirinya.Khusus hari ini, Audrey dan Xander memang akan mengantar Rikkard dan Rachel sekolah. Audrey dan Xander sengaja menyekolahkan Rikkard di satu sekolah dengan Rachel. Tujuan utama tentu agar Rikkard bisa selalu menjaga Rachel.“Ya, Momny. Aku dan Kak Rikkard sudah siap.” Rachel menghampiri Audrey bersama dengan Rikkard. Gadis kecil itu sudah rapi dan cantik dengan seragamnya. Rambut pirang Rachel diikat ke atas, membuat gadis itu seperti boneka hidup. Pun di samping Rachel ada Rikkard yang sangat tampan memakai seragam sekolahnya. Diusia yang masih 6 tahun, Rikkard memiliki tubuh yang tinggi menurun dari Xander.“Anak Mommy sangat tampan dan cantik.” Audrey mencium pipi Rachel dan Rikkard bergantian. Memeluk dengan erat kedua anaknya itu.“Aku cantik seperti Mommy. Kak Rikkard tampan seperti Da

  • Beautiful Pain    Bab 124. Extra Part IV

    Piazza Navona, Roma, Italia. “Rikkard, jaga adikmu. Jangan jauh-jauh dari adikmu.” Audrey berseru melihat Rikkard yang tengah berlari-lari bermain dengan Rachel. Meski ada empat pengawal yang menjaga Rikkard dan Rachel tetap saja Audrey mencemaskan kedua anaknya itu.“Sayang, mereka aman. Kau tenang saja.” Xander membelai pipi Audrey dan memberikan kecupan di sana.“Audrey, biarkan Rikkard dan Rachel bermain. Rikkard pasti menjaga adiknya dengan sangat baik. Lagi pula mereka tidak pergi jauh dari kita,” sambung Angela hangat.“Benar, Sayang. Kau tidak usah khawatir,” ucap Miranda lembut mengingatkan putrinya.Audrey tersenyum dan menganggukan kepalanya. Kini Audrey bersama dengan suami, anak, serta orang tua dan mertuanya berada di Piazza Navona. Mereka tengah duduk bersantai menikmati cuaca pagi yang cerah. Berada di tempat ini adalah permintaan Audrey.Audrey merasa jenuh selalu duduk di restoran mahal. Kali ini Audrey ingin lebih menikmati hidup dalam kesederhanaan. Piazza Navona

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status