Share

Bab 5

Author: Ipak Munthe
last update Last Updated: 2022-03-23 01:42:37

Setelah tersadar dari pingsannya Kinanti duduk di kursi taman yang terletak di bagian belakang rumah, sesekali tangannya memijat kepalanya yang masih terasa sedikit pusing.

"Kinan!"

Renata memanggil, hingga membuat Kinanti tersadar dari lamunan panjangnya.

"Iya Bu Renata." Dengan sigap Kinanti bangun dari duduknya, menatap Renata yang kini berdiri di hadapan nya.

"Buatkan saya makanan, saya sedang lapar!"

Kenapa harus Kinanti, bukankah ada ART lainnya?

Kinanti Anastasia seorang perawat cantik yang bekerja merawat dua bocah kecil keluarga Sanjaya, namun anehnya Renata malah memerintah nya untuk memasak.

Sedangkan tugas Kinanti hanya mengurusi kebutuhan dua bocah lucu.

Tidak ingin berdebat, kaki Kinanti segera berjalan kearah dapur.

"Mbak Kinan, masak apa?" sepulang sekolah Davina langsung mencari Kinanti di dapur, kali ini pun sama.

"Eh, Vina, Mbak Kinan masak makanan buat Tante Renata."

"Mbak Kinan, buatin Vina telur mata keranjang dong!" celetuk Davina, tetapi maksudnya adalah telur mata sapi.

Kinanti tersenyum, sejenak menjauh dari pekerjaannya lalu berjongkok menatap Davina.

"Mata sapi cantik," Kinanti menarik hidung Davina dengan gemas.

Davina cengengesan tidak jelas, karena memang ia sangat menyukai Kinanti.

Makanan tersusun rapi di atas meja makan, Adam dan Renata siap menikmatinya.

"Hey, mau kemana?"

Kinanti urung untuk melangkah pergi, dengan perasaan tidak karuan Kinanti tetap berusaha berdiri di tempatnya. Memandang kemesraan Adam dan Renata sudah menjadi hal yang biasa.

Tidak bermaksud cemburu. Akan tetapi perasaan Kinanti saat ini sangat tidak karuan, kadang ingin marah tanpa ada alasan yang jelas. Bahkan kadang ingin menangis, pernah juga Kinanti tertawa tanpa sebab jelas.

"Buatkan jus jeruk!" Renata masih cukup kesal pada Kinanti yang terus di khawatirkan Adam seperti pagi tadi, dan saat ini Renata ingin melepaskan dengan memerintahkan Kinanti sesukanya.

Kinanti masih mengangguk, kemudian membuatkan apa yang diperintahkan oleh Renata.

"Mbak Kinan!!!"

Suara teriakan Davina seakan membuat satu isi rumah terkejut, dengan langkah cepat Adam, Renata, Sarah, serta Kakak sulung Adam bernama Hanna langsung berlari menuju dapur.

"Mbak Kinan!!!"

Kinanti terkulai di lantai tidak sadarkan diri untuk yang kedua kalinya pada hari yang sama, hingga Davina berteriak histeris.

Dengan cepat tubuh Kinanti di angkat menuju sofa.

Adam terdiam, hasil pemeriksaan masih saja sama. Kinanti memang tengah mengandung.

"Sayang!" pekik Renata kesal, karena Adam hanya diam larut dalam pikirannya.

Adam seketika tersadar, berulang kali hanya bisa meneguk saliva yang terasa pahit. Apa yang akan terjadi jika semua anggota keluarga tahu tentang kemalangan nya.

Apa itu anak ku?

Apa yang harus ku lakukan?

Kepala Adam penuh dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak memiliki jawaban.

Mata Kinanti mulai bergerak, sesaat kemudian mata itu terbuka melihat banyak orang di sekelilingnya dengan kebingungan.

"Mbak Kinan enggak papa kan?" terlihat raut wajah panik Davina, gadis kecil yang di asuh Kinanti dari semenjak kecil.

Kinanti menggeleng, sambil mendudukkan tubuhnya.

"Kamu istirahat di kamar dulu," ujar Sarah.

Kinanti mengangguk, dengan perlahan bangun lalu berjalan menuju kamar. Belum satu menit pun pintu kamar Kinanti tertutup tetapi sudah terbuka kembali.

Seorang pria dengan tubuh jangkung tiba-tiba masuk tanpa ijin, memutar kunci dengan secepat mungkin.

"Itu anak siapa?"

Suara serak dan tertahan itu terdengar begitu dingin.

Kinanti terdiam tanpaknya Adam sudah tahu tentang kehamilan yang sengaja di tutupi begitu rapat.

Kinanti juga begitu shock saat melihat dua garis meras yang muncul, saat pagi tadi mencoba alat uji kehamilan.

Tapi saat ini Kinanti bagai di tikam ribuan belati, tubuh lelah nya langsung duduk di atas lantai. Sakitnya, tiada banding. Perihnya jangan ditanya lagi, luka ini sangat menyakitkan.

"Saya tidak semurahan itu Tuan, saya akan pergi. Anda tidak perlu takut!" Jawab Kinanti dengan menguatkan perasaan yang sakit, pertanyaan Adam sangat tajam melebihi tajamnya belati.

Dengan cepat Kinanti menuju Almari, menyambar baju yang terlipat dengan rapi dan memasukannya kedalam Tas.

Setelah selesai Kinanti langsung melengos pergi, meninggalkan Adam yang masih berdiri mematung di tempatnya.

------

Di ruang keluarga Sarah dan juga kedua cucunya tengah menonton televisi, akan tetapi tiba-tiba di kejutkan dengan kedatangan Kinanti sambil membawa tas cukup besar.

"Saya mohon Bu, saya pulang hanya beberapa waktu sampai saya sembuh. Setelah sembuh saya akan kembali, saya rindu ibu saya."

"Mbak Kinan, Davi enggak mau di tinggal," rengek Davina.

"Davi sayang sama Mbak Kinan?"

Davina mengangguk, pipi gembul nya sangat menggemaskan.

Kinanti berjongkok di hadapan Davina, agar tinggi mereka sejajar.

"Mbak Kinan lagi sakit, nanti kalau Mbak Kinan sudah baikan pasti Mbak Kinan balik lagi."

"Janji ya Mbak Kinan."

Kinanti mengangguk lemah, hatinya terasa sakit harus berjauhan dengan dua anak majikannya yang sangat menyayangi dirinya.

-----

Rumah sederhana, tempat dimana Kinanti di besarkan. Terletak di pinggir kota, masih saja sama semenjak satu tahun lalu mengunjungi Ibunya.

Sebenarnya Kinanti ragu untuk pulang ke rumah itu, semenjak kedua orang tuanya bercerai. Kasih sayang Ibunya pun tidak lagi ada, apa lagi Ayah tiri Kinanti yang tidak suka pada dirinya.

"Akhirnya kau kembali, setelah sekian purnama." Lihatlah wanita paruh baya itu, Fatimah wanita yang melahirkan Kinanti terlihat tidak perduli pada dirinya.

"Ibu apa kabar?"

Kinanti tetap berusaha menghormati Fatimah, sekalipun tidak sebaliknya.

"Baik."

Kinanti berjalan menuju kamar lama miliknya, akan tetapi kamar itu sudah di berpindah menjadi milik adik tirinya. Putri.

"Ngapain Lo!" tidak ada raut wajah bahagia saat melihat kedatangan Kinanti, bahkan hanya terlihat raut wajah kebencian yang ada.

Kinanti hanya diam dengan tangannya meletakan tas besar berisi pakaian. Kemudian mengambil handuk dan pergi menuju kamar mandi yang terletak di dapur, rumah sederhana itu memang hanya memiliki satu kamar mandi saja.

Sehingga siapa saja yang ingin mandi harus bergantian.

"Kinanti!!!"

Wajah marah Fatimah terlihat jelas, tangannya memegang alat tes kehamilan yang ia temukan tergeletak di lantai kamar mandi. Fatimah yakin itu milik Kinanti, sebab setelah Kinanti menggunakan kamar mandi Fatimah lah yang masuk.

"Dasar murahan, kau hamil anak siapa!!!!"

Fatimah langsung menarik handuk yang menutupi rambut Kinanti.

"Sakit Bu," rintih Kinanti dengan air mata yang terus mengalir.

"Jalang sialan! Keluar dari rumah ku. Jangan sampai tetangga di sini tahu kau hamil tanpa suami!"

Fatimah berapi-api, tangannya menyeret Kinanti keluar dari dalam rumah. Di susul dengan pakaian yang di lemparkan pada wajah Kinanti.

"Pergi dan jangan kembali lagi ke rumah ini jalang!"

Teriak Fatimah tanpa ampun.

"Bu."

"Pergi! Kau sangat memang jalang. Pantas saja kau kembali ke rumah ini, dasar anak pembawa sial!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (43)
goodnovel comment avatar
Polorida Hutahaean
udah pernah baca seperti nya
goodnovel comment avatar
Lina Wati
ibunyah juga jahat
goodnovel comment avatar
Tati Setiawati
.........sedih banget nasib mu kinanti
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Ucapan Terima Kasih

    Hay semuanya.Semoga kita semua selalu ada dalam lindungan sang pencipta.Saya ucapkan terima kasih kepada semua para pembaca setia saya, dimana kalian sudah mengikuti cerita ini sampai selesai.Sedikit bercerita tentang buku ini.Saya tidak pernah menyangka bahwa novel ini bisa mendapatkan banyak pembaca.Menurut saya pribadi, pembaca sampai 3M itu tidak sedikit dan tidak semua orang bisa mendapatkannya.Di buku ini banyak kekurangannya, mulai dari tulisan dan juga mungkin isi yang kurang berkenan di hati pembaca setia saya ucapkan maaf kepada kalian semua.Namun, saya juga ingin mengatakan bahwa, saya bukan seorang penulis hebat.Saya pun tidak pernah hobi dalam menulis, begitu juga dengan membaca.Kedua hal ini sangat saya hindari sejak dulu.Tetapi, mendadak hati saya tertantang karena pernah membaca novel yang menurut saya tidak masuk akal.Hingga saya pun memutuskan untuk menuliskan sebuah buku.Dari sana saya mulai berpikir bahwa menulis tidak seburuk dan melelahkan seperti yan

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 669

    Kinanti berdiri di balkon kamarnya, malam terasa semakin dingin. Namun, matanya engan terpejam, bayang-bayang luka penuh dengan nestapa membuatnya kembali pada masa lalu yang sudah lama terkubur dalam.Kejadian itu yang menyeretnya masuk pada kehidupan Adam, keinginan ingin pergi jauh dan melupakan apa yang terlah terjadi justru semua tidak sesuai dengan harapan.Nyatanya, semakin mencoba untuk menjauh, semakin banyak pula rintangan yang dia lalui.Hingga, akhirnya benar-benar tak bisa lepas dari jerat Adam.Semuanya tak sampai dengan baik-baik saja, nyatanya luka berbalut air mata begitu menusuknya hingga seperti tidak tahu lagi harus berbuat apa.Karena, kenyataan terus saja memaksa, meskipun luka yang tertusuk sudah tak mampu lagi untuk di tahan."Sayang."Kehadiran Adam membuat Kinanti pun tersadar dari lamunanya.Lamunan yang membuatnya hanyut dalam masa lalu untuk sejenak saja.Sejenak namun cukup membuat dirinya merasa kembali pada masa lalu itu."Mas, udah pulang?""Udah, dari

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 668

    Bulir-bulir air mata pun jatuh dari pelupuk mata, Mentari begitu terharu saat dokter mengatakan dirinya tengah berbadan dua.Bahkan kehamilannya sudah memasuki 6 Minggu.Selama ini sering kali merasa tidak nyaman pada bagian perutnya, tapi Mentari memilih tidak perduli.Hingga akhirnya jatuh pingsan saat sedang memeriksa pasiennya.Bertapa dirinya begitu terkejut bercampur bahagia karena mendengarkan hasil pemeriksaan dokter.Di saat beneran bulan yang lalu program kehamilan yang telah di jalaninya gagal, membuat harapannya seakan berakhir pula dengan putus asa."Sayang, kamu baik-baik saja?"Fikri yang baru saja sampai di buat bingung karena melihat tingkah istrinya.Dirinya sengaja meninggalkan rapat karena mengetahui keadaan Mentari yang sempat tidak sadarkan diri."Abang, Tari hamil," Mentari langsung menghambur memeluk suaminya.Rasanya sungguh sangat luar biasa dan membuat bahagia tanpa bisa di tutupi sama sekali.Begitu pun juga dengan Fikri yang begitu terkejut mendengarnya."

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 667

    "Tidak usah terbebani dengan yang saya katakan, ya sudahlah. Karena, kalian pun sudah menikah dan Mami minta hadiah aja dari kalian. Cepat berikan Mami cucu ya," ujar Zahra.Membuat Sarah terkejut mendengarnya, sungguh tidak pernah terpikirkan sebelumnya tentang semua itu.Bahkan Zahra sendiri yang meminta padanya, Zahra menyadari keterkejutan yang dirasakan oleh Sarah.Tapi Zahra tidak perduli sama sekali, karena menantunya dan juga anaknya harus meminta maaf padanya."Kalian berdua harus berjuang keras untuk cucu, kalau tidak Mami pingsan lagi."Mata Sarah pun melebar mendengarnya, sungguh ini adalah sesuatu yang teramat sangat tidak pernah terlintas di benaknya."Tante, jangan pingsan lagi. Saya akan merasa bersalah nanti," kata Sarah dengan panik."Tante?"Zahra pun bertanya karena kesal Sarah memanggilnya dengan sebutan --Tante--Sarah yang terlalu panik, kini bercampur bingung hanya bisa diam karena tidak mengerti."Mami! Kamu panggil saya, Mami. Seperti suami mu!" Tegas Zahra.

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 666

    Sarah pun melihat Dava dengan wajah cemas, perasaannya masih saja tidak tenang karena memikirkan keadaan Zahra.Merasa bersalah karena membuat Zahra sampai jatuh pingsan, bahkan kedua tangannya saling meremas.Bertambah lagi keringat dingin yang terus saja membanjiri tubuhnya."Mami, mau ketemu sama kamu."Dava pun memegang tangan Sarah, berniat untuk pergi bersama dengan dirinya menunju kamar kedua orang tuanya.Dimana Zahra sudah menunggu di sana, sungguh Sarah sangat tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini.Rasa bersalah terlalu besar di hatinya, hingga dirinya menjadi demikian."Kenapa?" Dava pun mengurungkan langkah kakinya saat akan melangkah.Karena, Sarah yang hanya tampak diam. Sepertinya tidak ingin untuk ikut dengan dirinya."Pak Dava, aku pulang aja, ya," kata Sarah dengan ragu."Kenapa? Mami, mau bertemu dengan kamu.""Sarah, nggak berani, Pak. Sarah, takut."Dava pun memilih untuk menatap wajah Sarah dengan serius, dirinya mengerti dengan keadaan Sarah saat ini."Kam

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 665

    "Mami, abis mimpi. Mimpi aneh, dalam mimpinya kamu tiba-tiba pulang bawa istri," Zahra pun memijat kepalanya yang masih terasa pusing.Dirinya melihat Dava yang berdiri tak jauh dari ranjangnya.Seakan wanita itu benar-benar terbangun dari tidur dan juga mimpi buruknya yang cukup menyeramkan itu."Gimana bawa istri? Menikah juga belum, Mami pusing kenapa bisa bermimpi seperti itu? Mungkin, karena terlalu lelah. Mami, butuh istirahat, soalnya mimpinya seperti nyata," Zahra pun mengusap wajahnya hingga beberapa kali.Menenangkan diri setelah terbangun dari hal yang dia anggap adalah sebuah mimpi.Lantas bagaimana dengan Dava setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Zahra?Dava pun berjalan ke arah Zahra, kemudian duduk di sisi ranjang berdekatan dengan sang Mami.Dava ingin berbicara dengan serius, berharap pula tidak lagi pingsan. Bagaimana pun dirinya memang salah, menikah tanpa meminta izin kepada orang tuanya sama sekali. Sangat tidak dibenarkan.Maka dari itu Dava ingin dimaafkan

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 664

    Sarah mendadak menghentikan langkah kakinya saat berada di depan pintu utama rumah milik kedua orang tua Dava.Membuat Dava pun ikut berhenti melangkah dan melihat Sarah."Ayo masuk.""Pak Dava, Sarah tunggu di luar aja, kali ya."Dava pun bingung mendengar keinginan Sarah, lagi pula tidak mungkin juga dirinya berada di luar bukan?"Kenapa?""Nggak papa, sih, Pak. Cuman, Sarah segan aja.""Segan?" alasan yang konyol menurut Dava, "kita akan menemui Mami, ayo masuk!" tanpa menunggu jawaban dari Sarah, Dava langsung menarik lengan Sarah.Hingga akhirnya Sarah pun harus mengikuti langkah kaki Dava.Sarah terus saja melihat sekitarnya, dirinya memang tidak asing melihat rumah mewah.Karena, rumah Nada juga tidak kalah mewah dari rumah Dava Hanya saja kali ini lain cerita, sebab Dava adalah suaminya.Tentunya ada rasa minder juga tidak nyaman untuk berinteraksi dengan keluarga Dava."Kamu duduk dulu," Dava pun menuntun Sarah untuk duduk di sofa.Tepatnya kini mereka berada di ruang keluar

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 664

    Dava pun mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan, mencari seseorang yang tak lain adalah istrinya.Pagi tadi wanita itu bersikap aneh, bahkan berangkat ke kampus dengan sangat terburu-buru.Bahkan alasannya karena ada kelas, takut tak diijinkan masuk jika dosennya sudah masuk duluan.Membuat Dava hanya terdiam mendengar penjelasan Sarah.Sehingga kini dirinya benar-benar mencari keberadaan wanita tersebut, sebab dirinya ingin memastikan apakah Sarah sudah sampai di kampus ataupun belum.Sarah kini sudah menjadi istrinya, sehingga tidak ada lagi kata tanya mengapa dan kenapa Dava mencari wanita tersebut.Jika pun tak ada alasan pastinya, tetap saja terbilang wajar.Mengingat status yang sudah memiliki sebuah ikatan yang sakral.Hingga akhirnya Dava pun melihat Sarah yang duduk berdekatan dengan seorang pria, sepertinya wanita itu belum sadar jika posisinya kini adalah istri dari dosennya sendiri."Kamu," Dava pun menunjuk Sarah yang sedang melihatnya juga."Saya, Pak?" tanya Sar

  • Istri Gelap Tuan Arrogant   Bab 663

    "Lho, kamu nggak sama Dava?" Tanya Nada saat melihat Sarah turun dari sepeda motornya."Nggak, aku buru-buru, aku langsung pergi aja tadi. Soalnya aku ada kelas."Nada pun menatap Sarah dengan penuh tanya, dirinya mungkin memikirkan sesuatu sehingga melakukan itu."Kamu ngapain ngeliatin aku gitu banget?""Terus, kalau kamu pergi duluan. Dia kamu tinggal, kamu bisa langsung masuk kelas?""Iya, aku takut telat."Nada mencubit lengan Sarah cukup kuat, bahkan hingga meringis menahan sakit."Sakit!""Berarti kamu nggak lagi tidur!" kesal Nada."Iya, iyalah. Kita udah di kampus. Jadi, ini nggak mimpi," gerutu Sarah yang tak kalah kesal.Sambil menggosok tangannya yang cukup sakit karena cubitan Nada."Dasar tolol! Dosennya masih di rumah kamu, ngapain kamu buru-buru ke kampus?" akhirnya Nada pun menyadarkan Sarah.Benar saja, seketika itu juga Sarah tersadar dari keanehannya."Oh, iya. Dosennya, Pak Dava, kan?"Sarah pun melihat Nada dengan bingung, karena kini dirinya tahu penyebab Nada

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status