"Menikahlah denganku Amber, maka akan aku lunasi hutang-hutang keluargamu." "Tapi kamu seorang gay, mana mungkin kamu menikah denganku... " Dave dikenal dengan julukan pria gay setelah perceraiannya dengan Bella. Namun kehadiran Amber telah mencairkan gunung es yang sudah lama bercokol di hatinya yang membuatnya malas untuk menjalin hubungan dengan wanita lain. Namun bukan hal mudah bagi Amber untuk mendapatkan cinta Dave yang memiliki trauma pernikahan. Perlu waktu dan perjuangan sampai akhirnya Dave menyadari kalau tidak semua wanita seperti Bella. Lalu apa jadinya jika cinta telah tumbuh antara Dave dan Amber dan Bella hadir kembali dan ingin kembali pada Dave?
View MoreDi dalam mobil yang melaju cepat, Dave mengepalkan tangannya dengan erat. Napasnya memburu, dadanya terasa begitu sesak. Lalu, tanpa bisa ditahan lagi, ia berteriak keras, meluapkan segala amarah dan rasa frustrasinya. "Sial!" Tangannya menghantam dashboard dengan keras, membuat Julian yang duduk di kursi pengemudi meliriknya sekilas dengan cemas. "Dia mengkhianatiku, Julian! Amber benar-benar mengkhianatiku!" suara Dave bergetar penuh emosi. Julian tetap fokus mengemudi, meskipun ia bisa merasakan betapa marahnya Dave saat ini. "Aku bertahan selama dua tahun! Aku menolak semua wanita yang mendekatiku, aku bahkan mati-matian menolak Bella, aku menjaga cinta ini hanya untuknya. Tapi dia? Dengan mudahnya dia berpindah ke pria lain dan memiliki anak dari pria itu!" Julian menarik napas panjang. Ia ingin mengatakan sesuatu, tetapi kata-katanya tertahan. Dave menoleh ke arahnya dengan tatapan penuh tuntutan. "Amber pasti berbohong, kan? Kau juga berpikir begitu, kan, Julian
Dave dan Julian segera meluncur menuju rumah Nenek Rose dengan kecepatan tinggi. Di sepanjang perjalanan, Dave tidak berkata apa pun. Matanya menatap lurus ke depan, rahangnya mengeras, dan tangannya mengepal di atas pahanya. Julian melirik bosnya itu sekilas. Ia tahu Dave sedang menahan emosi. Ia juga tahu bahwa Dave pasti sangat terluka dengan sikap Amber. Tapi Julian juga tidak bisa menyalahkan Amber. Perempuan itu pasti memiliki alasan kuat untuk bersikap seperti itu. Ketika mobil mereka berhenti di depan rumah kecil milik Nenek Rose, kebetulan Amber dan Brian baru saja tiba. Mereka keluar dari mobil Brian, sementara Ethan masih tertidur di dalam gendongan Amber. Tanpa berpikir panjang, Dave segera turun dari mobil dan melangkah cepat ke arah Amber. "Amber, kita perlu bicara," ucap Dave dengan suara tegas, nyaris memerintah. Amber baru saja hendak menjawab, tapi Brian langsung berdiri di depannya, menghadang Dave. "Maaf, tapi Amber tidak ingin bicara denganmu." Suara Brian t
Amber melepaskan pelukan Dave dengan cepat, seolah sentuhan pria itu adalah sesuatu yang harus segera dijauhinya. Mata cokelatnya menatap Dave dengan dingin, tanpa sisa kehangatan yang dulu pernah ia berikan. Dave mengerutkan kening, tidak mengerti dengan sikap Amber yang begitu ketus padanya. Setelah dua tahun berpisah, Amber seharusnya juga merindukannya. Tapi yang ia lihat sekarang adalah perempuan yang tidak ingin ada di dekatnya. "Amber, kenapa kau bersikap seperti ini?" suara Dave terdengar penuh emosi. Amber tidak menjawab. Ia hanya menghela napas panjang, menahan diri agar tidak meluapkan amarah yang sudah mendidih di dadanya. Dave mencoba untuk mendekati Amber lagi, tetapi perempuan itu justru mundur satu langkah. "Pergi, Dave," ucap Amber dingin. "Jangan pernah datang menemuiku lagi." Dave menggeleng tegas. "Aku tidak akan pergi." Matanya menatap Amber dengan penuh keyakinan. "Kali ini, aku tidak akan melepaskanmu lagi. Aku ingin kau kembali padaku. Aku akan mencintaim
Dave terpaku.Anak itu mendongak ke arahnya, menatapnya dengan sepasang mata yang begitu familiar. Mata yang sama seperti miliknya. Mata yang mengingatkannya pada dirinya sendiri saat kecil.Jantung Dave berdegup kencang. Wajah anak itu... Begitu mirip dengannya. Hanya rambutnya saja yang berbeda, kulit cerah, dan ekspresi polos yang menggemaskan.Tanpa sadar, Dave berjongkok, menyamakan tinggi badannya dengan bocah kecil itu. Pandangannya mengunci erat ke wajah anak itu, mencoba memahami perasaan aneh yang tiba-tiba menyergap hatinya."Siapa namamu, Nak?" tanyanya dengan suara yang lebih lembut dari biasanya. Tangannya terulur untuk mengelus pipi anak itu. Anak itu tidak langsung menjawab. Ia hanya menatap Dave dengan mata bulatnya yang penuh rasa ingin tahu. Seolah-olah sedang mempelajari sosok pria asing di depannya.Sebelum Dave sempat mengulang pertanyaannya, sebuah suara perempuan terdengar memanggil dengan nada cemas."Ethan!"Suara itu...Dave terdiam.Jantungnya seperti berh
Julian melangkah masuk ke dalam mansion mewah milik Dave di Kensington dengan perasaan yang berat. Pikirannya dipenuhi kebimbangan setelah pertemuannya dengan Amber. Ia tahu betapa Dave menginginkan Amber kembali, tetapi ia juga berjanji untuk tidak mengungkap keberadaan wanita itu."Selamat Sore Tuan Julian!" Alfred yang baru turun dari lantai atas langsung menyapa Julian yang tampak tergesa. "Apa Dave ada?" tanyanya. "Ada di ruang kerjanya, Tuan," jawab Alfred. Julian pun mempercepat langkahnya memasuki ruang kerjanya. Begitu memasuki ruang kerja Dave, Julian mendapati pria itu sedang berdiri di depan jendela besar, punggungnya tegap namun terlihat tegang. Begitu mendengar langkah kaki Julian, Dave langsung berbalik dengan tatapan tajam. "Bagaimana hasilnya?" suara Dave terdengar dingin dan penuh tekanan. "Apa kau sudah menemukan Amber?" Julian menahan napas sejenak, lalu menggeleng pelan. "Belum, Dave. Aku dan timku sudah mencari ke berbagai tempat, tapi sejauh ini belum ada
Julian duduk di dalam mobilnya sambil membaca laporan dari anak buahnya. Tangannya sedikit bergetar saat melihat sebuah alamat yang tertera di sana. Setelah dua tahun, akhirnya ia mendapatkan titik terang. Amber ditemukan di sebuah kota kecil di pinggiran London."Akhirnya aku menemukan Amber setelah dua tahun ini aku menahan diri untuk mencarinya. Dave, aku akan membawa Amber untukmu." Julian tersenyum tipis. Tanpa membuang waktu, Julian segera menghidupkan mesin mobil dan melajukan kendaraannya menuju alamat yang diberikan. Perjalanan memakan waktu hampir dua jam, namun itu tidak terasa lama baginya. Hatinya berdebar, membayangkan bagaimana reaksi Amber jika melihatnya nanti. Setibanya di kota kecil itu, Julian memarkir mobilnya di seberang sebuah restoran kecil yang disebutkan dalam laporan. Ia memperhatikan suasana di sekitar, memastikan bahwa ia berada di tempat yang tepat. Kemudian, matanya membulat ketika melihat sosok yang begitu dikenalnya keluar dari pintu restoran.
"Papa! Apa benar Tuan Martin Oliver sudah memberi izin pada Julian untuk mencari Amber?" suaranya meninggi, dipenuhi kemarahan. Terdengar helaan napas berat dari Tuan Richard. Pria paruh baya itu menatap wajah putrinya dengan perasaan bersalah. "Bella, maafkan Papa. Papa sudah berusaha membujuk Martin, tapi dia lebih memilih putranya." "Jadi begitu? Ayah tidak bisa lagi mengendalikan Martin Oliver?" Bella mengepalkan tangannya. "Bukan seperti itu, Bella." Tuan Richard mencoba menjelaskan dengan nada sabar. "Martin hanya ingin yang terbaik untuk Dave. Kau harus mengerti, selama dua tahun ini, Dave tidak pernah benar-benar menerima kepergian Amber. Usaha kita untuk mendekatkannya denganmu selalu gagal. Dan sekarang, keadaan Dave semakin memburuk. Martin tidak punya pilihan lain." "Tidak punya pilihan lain?" Bella mencibir. "Jangan bodoh, Papa! Kalau Amber kembali, semuanya akan berantakan! Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!" "Bella, dengarkan aku dulu—" "Tidak!" teriak Be
"Sudah dua tahun! Dua tahun, Julian! Dan kau masih belum bisa menemukan Amber!" Dave membanting dokumen di tangannya ke meja. Rahangnya mengeras, wajahnya merah padam karena emosi yang ditahannya sejak tadi. Suara bentakan Dave menggema di seluruh ruangan. Para anak buahnya, termasuk Julian, hanya bisa menundukkan kepala, menerima amarah yang meledak-ledak dari pria itu. Julian menelan ludah. Ia tahu ini akan terjadi. Dave sudah sangat frustasi. "Aku minta maaf, Dave," ucap Julian, berusaha tetap tenang. "Kami sudah mencoba berbagai cara, tapi Amber seperti menghilang begitu saja." "Itu bukan alasan!" Dave menggebrak meja. "Sebarkan lebih banyak orang! Aku tidak peduli berapa pun biayanya! Aku ingin Amber ditemukan secepatnya!" "Baik, aku akan mengerahkan seluruh tim, menyebar ke seluruh Inggris untuk menemukannya." Julian mengangguk mantap. "Kenapa tidak kau lakukan itu dari dulu?" Dave mendengkus kesal. Ia tidak mengerti apa yang saja dilakukan oleh Julian selama ini hingga m
Dua tahun kemudian. Angin musim semi berembus lembut di sebuah taman kecil di pinggiran kota London. Matahari bersinar hangat, menyinari wajah seorang wanita muda yang tengah tertawa bahagia bersama seorang anak lelaki kecil. Amber duduk di atas rerumputan hijau, membantu anak itu berdiri dengan kedua tangan mungilnya yang terangkat tinggi. “Bagus, sayang! Ayo jalan ke sini,” ujar Amber dengan penuh semangat. Anak lelaki itu terkekeh senang, matanya yang bulat dan cerah bersinar seolah menggambarkan kebahagiaan tanpa beban. Ia melangkah dengan kaki kecilnya yang masih goyah, berjalan ke arah ibunya yang menunggu dengan tangan terbuka. Setiap kali berhasil melangkah beberapa langkah, ia akan tertawa, menunjukkan senyum yang begitu menggemaskan. Senyum yang sangat mirip dengan seseorang yang pernah mengisi hati Amber. Brian yang duduk di bangku taman memperhatikan mereka dengan senyum hangat. Sudah hampir dua tahun sejak Amber tinggal di tempat ini, dan selama itu pula Brian sel
"Pertunangan kita batal Amber, aku tidak sudi menikah dengan wanita miskin sepertimu," ucap Jeff dengan menyakitkan. Pria tampan di depan Amber itu nyaris tanpa beban saat mengatakan hal itu. Wajahnya terlihat datar dan tak peduli pada Amber yang kini mendapat tatapan penuh cemooh dari orang-orang yang ada di pesta ulang tahun Jeff saat itu. "Tapi Jeff..." Amber berusaha menahan jatuhnya air mata yang sudah bergelayut di pelupuk matanya. "Tidak ada kata tapi, Amber. Keputusanku sudah aku pikirkan baik-baik dan keluargaku juga sudah setuju. Memangnya hal baik apa yang bisa kamu banggakan di depanku sekarang? Perusahaan keluargamu bangkrut dan kamu sudah tidak punya apa-apa lagi. Apa berniat memanfaatkanku untuk membayar semua hutang-hutang ayahmu, hah?" Jeff menatap kesal ke arah Amber. Amber menggigit bibirnya. Jeff sudah keterlaluan. Keluarganya memang terlilit hutang tapi ia tidak pernah berpikir untuk memanfaatkan Jeff sama sekali. "Satu juta poundsterling itu jumlah yang...
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments