Share

BAB 5

Anaxtra kembali menaiki papan seluncurnya, matanya tertuju ke tembok tinggi yang ada di depannya. Secara perlahan Papan Selancarnya melayang ke arah tembok itu.

"Jangan terlalu tegang, rileks aja!" teriak ayahnya dari bawah.

"Ayo semangat Anaxtra!"

"Kamu pasti bisa!" teriak Peter dan Lilia saling sahut memberi semangat kepada Anaxtra.

Anaxtra mengambil posisi badan yang tegak, kaki kiri berada dibelakang sementata kaki kakan di depan seperti layaknya orang mau berlari.

Papan Selancar semakin dekat dengan dinding tebing, Anaxtra segera menekuk kaki kanannya dan bertumpu pada kaki kiri yang masih tegak. Dia memiringkan Papan Selancar hingga membentuk sudut 45 derajat.

Setelah jarak kurang lebih 7 meter dari dinding tebing, kecepatan laju Papan Selancar agak berkurang, namun Papan itu terus mengapung naik, dan semakin naik.

Anaxtra memandang sekeliling, hutan dan tempat dia tinggal terlihat hijau, Papan Selancarnya masih terus naik, melewati kucuran air terjun yang ternyata keluar dari sela-sela bebatuan tebing yang masih menjulang.

"Ternyata tebing ini lebih tinggi dari yang aku perkirakan, puncak air terjun hanya separo dari ketinggiannya," kata Anaxtra dalam hati.

Dia mencoba memandang ke bawah dimana ayah dan teman-temannya berdiri. Namun pandangannya tertutup oleh kabut yang berasal dari cipratan air terjun. Mereka sudah tak terlihat.

Anaxtra kembali melempar pandangannya ke hutan tempat tinggalnya. 

Sama.

Tak terlihat, seperti ada kabut awan yang menutupinya.

Tubuh Anaxtra masih terus melayang naik di atas Papan Selancar. Dia merasakan suhu sekitar agak hangat, semakin lama berubah panas.

"Apakah aku sudah hampir melewati tebing ini?" otak Anaxtra mencoba mencerna.

Dan benar dugaannya, detik berikutnya dia melihat hamparan tanah gersang dan tandus di depannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status