A Wish

A Wish

Oleh:  Red Cherries  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
6 Peringkat
61Bab
6.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Apa yang kamu minta jika diberi satu permintaan? Kekayaan? Kecantikan? Kesehatan? Atau kesempurnaan? Hanya satu dan tidak boleh lebih. Hanya satu dan akan merubah segalanya. Hanya satu yang akan dikabulkan meski semustahil apapun permintaanmu. Awalnya ketika Violet ditanya apa yang akan dia minta jika diberi satu kesempatan untuk meminta apa saja. Violet menjawab bahwa dia tidak akan meminta apapun karena menurutnya hidupnya sudah sempurna. Dia tidak membutuhkan apapun lagi. Tapi suatu tragedi membuatnya hanya meminta satu hal. Kata-kata yang sempat dia ucapkan kala itu dia tarik kembali. Bukan kecantikan yang dia minta. Bukan pula kekayaan yang dia minta. Dan permintaan itu dapat langsung dikabulkan hanya dengan sekali kedipan mata. Tapi semua itu tidak gratis! Semua itu tidak bisa diberi secara percuma! Violet harus mengorbankan miliknya yang paling berharga agar permintaannya dapat dikabulkan. Dan Violet menyetujui hal itu. ️WARNING!!!️ CERITA INI MENGANDUNG BANYAK ADEGAN YANG MUNGKIN BISA MENYEBABKAN TRAUMA DAN SEBAGAINYA!!! YANG MELIPUTI KEKERASAN, DARAH, SUICIDE, PTSD, DSB. HARAP BIJAK SEBAGAI PEMBACA!!!

Lihat lebih banyak
A Wish Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Zain losta masta
openingnya bikin gua tertarik.. cek juga novel saya ya kak, mohon pendapat dan sarannya dari kakak....
2022-12-25 08:56:13
0
user avatar
Red Cherries
Gimana endingnya? hehe
2022-01-10 17:03:46
1
user avatar
Red Cherries
Coba kasih tau aku dimana letak menariknya cerita ini dong
2021-12-18 15:18:00
2
user avatar
ms huang
hi kk...aku dtg dukung kmu....yukkkk intip karyaku jg kk..judulnya KEKASIH BRENGSEKKU ...uda msuk bab 18 ... crt ttg hubungan toxic...dijamin gak ngecewain...makasi kk ...
2021-12-18 00:06:00
1
user avatar
Kelabu
Ceritanya sangat bagus, yg gak baca dijamin nyeseeel
2021-09-23 20:24:02
2
user avatar
Red Cherries
menurut kalian cerita ini gimana?
2021-09-16 16:04:56
5
61 Bab
PROLOG
Penyesalan Ketidakpuasan Dendam Keserakahan Semuanya adalah sifat alamiah manusia. Selalu berharap yang tidak-tidak, bahkan jika mereka sangat terobsesi dengan harapan tidak berakal mereka, mereka rela menempuh jalan paling gila yang pernah ada. Orang mati akan terus menyesali apa yang mereka perbuat di dunia. Orang yang masih hidup selalu meminta hal-hal gila. Melakukan berbagai dosa, melakukan berbagai kesalahan, sampai teriakan penyesalan mereka hanya berakhir di dasar neraka. Ketika manusia hidup, mereka meminta mati. Dan yang mati meminta hidup. Lalu yang hidup meminta hal yang tak seharusnya ada pada kehidupan mereka. Itulah lucunya kehidupan. "Saya mohon! Tolong kabulkan permintaan saya!" Pinta wanita cantik, seorang bangsawan, atau lebih tepatnya meminta tapi dengan wajah pongah.&n
Baca selengkapnya
BAB I
Suara sirine mobil ambulans dan mobil polisi memekakkan telinga pagi itu. Violet sudah bisa menebak apa yang terjadi di sekolahnya pagi ini. "Ada yang bunuh lagi diri, tuh!" "Hah? Lagi?" "Iya. Kali ini yang bunuh diri itu si artis yang gagal tenar itu! Yang cewek kelas sebelas itu, lho!" "Ya ampun!" Mendengar percakapan yang terdengar di telinganya, Violet menghembuskan nafasnya pelan. Lagi-lagi ada yang bunuh diri. Itu bukan kali pertamanya ada yang bunuh diri di sekolah ini, atau di gudang sekolah mereka lebih tepatnya. Ini mungkin sudah terjadi yang ke-13 kalinya semenjak Violet bersekolah disini. Dan Violet baru satu setengah tahun bersekolah disini. Bayangkan saja. Awalnya Violet merasa takut dan meminta kedua orangtuanya untuk memindahkan dirinya ke sekolah yang lain. Tapi orangtuanya tidak mau dengan alasan yang tidak jelas. Yah, mau tidak mau Violet terpaksa bersekolah disini. Violet tidak ingin menghiraukan itu
Baca selengkapnya
BAB II
Violet terbangun dari tidurnya. Keringat dingin membasahi pipi membuat beberapa anak rambutnya menempel di sana. Nafasnya terengah-engah seolah sudah berlari berkilo-kilo meter jauhnya.Gadis itu terduduk, lalu melihat ke sekelilingnya."Gue...di kamar..?" Tanyanya entah pada siapa. Tatapannya beralih pada kasur yang kini dia duduki, lalu pada piyama yang ia kenakan.Gadis itu merasakan kerongkongannya kering, "Gue yakin gue masih di gang dekat sekolah. Kok sekarang bisa ada di kamar?"Diambilnya jam weker yang terletak di atas nakas. Sekarang sudah pukul satu dini hari rupanya."Jadi...mimpi..?"Violet meletakkan jam wekernya ke tempat semula. Lalu duduk termenung sambil memikirkan mimpinya, yang terasa begitu nyata.Dia yakin sekali saat itu masih berada di area sekitar sekolahan. Tapi masalahnya dia tidak bisa mengingat jelas apa yang terjadi saat itu.Atau ini memang benar-benar mimpi? *** 
Baca selengkapnya
BAB III
Sabtu pagi yang begitu cerah, Violet habiskan untuk membersihkan kamarnya yang berantakan. Kamarnya memang sangat berantakan, bahkan ada makhluk hidup kecil lain tinggal di kamarnya yang bernama kecoak.Violet benci kecoak, tetapi dia sangat malas untuk menyingkirkan makhluk itu. Jadi dengan beralasan kemanusiaan dia membiarkan kecoak itu tinggal di kamarnya. Tapi sekarang kecoak itu tidak boleh tinggal di kamarnya lagi, kecoak harus mencari rumah baru.Gadis cantik itu mengelap keringat yang ada di dahinya, "Akhirnya bersih juga. Pantes mama ngomel mulu pas ngebersihin ni kamar, udah mirip kek kandang babi, sih." Ujarnya pada diri sendiri saat melihat kamar yang telah bersih dan rapi.Membersihkan kamar adalah hal yang paling malas Violet lakukan. Biasanya Ibunya lah yang akan membersihkan karena sudah tidak tahan dengan kamar anak gadisnya yang begitu kotor, sambil mengomel tentu saja. Tapi karena hari ini Violet akan ada kerja kelompok dengan teman-temannya,
Baca selengkapnya
BAB IV
"Saya akan menolong kamu."Violet terdiam. Tidak ada lagi suara isakan yang tadi keluar dari bibirnya. Tapi gemetaran karena takut itu masih ada, malah bertambah. Ya, dia menyadari perubahan menyeramkan itu."E-El?" Panggilnya terbata-bata pada El yang sedang berjalan menuju jasad ayahnya dan kemudian berjongkok di depannya. Awalnya hanya memperhatikan, tetapi lelaki itu malah mencolek darah sang ayah dengan jari telunjuknya.Violet beringsut mundur kala El berjalan menghampirinya sambil menjilati telunjuk penuh darah ayahnya itu. Ketakutan menyergapnya."P-pergi," usir gadis itu, tapi tak dihiraukan dan El malah berjalan semakin cepat ke arahnya.El mencengkeram bahu gadis itu dengan kuat, membuat Violet tak dapat bergerak. Bahkan dapat Violet rasakan kalau kuku-kuku milik lelaki bermata merah darah di depannya saat ini sudah menusuk kulit bahunya.El melebarkan seringaiannya, "Tadi bukannya kamu minta tolong?"Violet diam, tidak ber
Baca selengkapnya
BAB V
Gelak tawa yang riang begitu terdengar jelas di telinga Violet. Mungkin biasanya dia akan langsung tertawa hanya karena mendengar temannya tertawa, tapi hari ini perasaan was-was, takut, dan marah mendominasi hati dan pikirannya.  Violet tidak ingin mempercayai mimpi itu adalah sebuah kenyataan, karena secara logika itu saja tidak masuk akal. Namun kejadian tadi pagi sampai sesaat sebelum dia menelepon Bobi persis seperti di dalam mimpi. Seolah sedang memutar film yang sama. Sebuah tepukan pelan di bahu membuat gadis itu benar-benar terperanjat. Bahkan nafasnya langsung putus-putus. Bobi itu tertawa melihat reaksi berlebihan yang ditunjukkan Violet, "Lebay amat dah, lo. Jadi ga ini ke rumah si El?"  Bobi menghentikan tawanya kala mendapat tatapan sinis dari Violet. Tidak, ini bukan tatapan sinis yang biasa Violet tunjukkan padanya. Tatapan ini, seperti ada rasa sedih sekaligus amarah besar
Baca selengkapnya
BAB VI
Violet menghela nafas entah untuk yang ke berapa kalinya. Ditatapnya isi kertas itu berulang kali, berharap isinya dapat berubah hanya dengan tatapan mata. Tapi tentu saja tidak mungkin.  Kertas itu berisi kontrak yang harus Violet patuhi jika ingin keinginan tidak masuk akalnya El penuhi. Isinya: 1. Pemohon tidak boleh mati dengan cara apapun, kalau peraturan itu dilanggar maka permohonan akan dibatalkan. 2. Pemohon tidak boleh memberi tahu identitas si pengabul atau akan ada denda yang harus pemohon bayar.  3. Pemohon tidak boleh menceritakan hal-hal tidak masuk akan yang dialami kepada siapapun kecuali ke pengabul. 4. Kontrak berlaku seumur hidup. 5. Bayarannya adalah kebahagiaan sang pemohon. El menatap kesal Violet yang masih saja memegangi kertas itu dengan wajah ragu, "Isinya tidak akan berubah meskipun kamu tatap seperti
Baca selengkapnya
BAB VII
Ruangan ini gelap dan violet seperti sedang duduk di sebuah kotak transparan. Rasanya tidak ada oksigen di dalam kotak ini membuat Violet sulit bernafas. Tok! Tok! "Siapapun keluarin gue dari sini!" Teriaknya tak lupa sambil terus memukul kotak yang mengurungnya. Sayangnya di dalam keadaan gelap ini tidak ada yang dapat terlihat oleh Violet. Apa benar hanya dia sendiri di sini? Tiba-tiba muncul sebuah lampu gantung, membuat atensi Violet mengarah ke sana. Tapi bukannya mendapati hati lega, malah jantungnya nyaris berhenti berdetak ketika melihat jasad kedua orang tua yang tergeletak tak berdaya di bawah cahaya lampu itu.  Tangan gadis itu bergetar menyentuh dinding transparan kotak, "M-mama...? Papa...?" Berusaha memanggil, namun suaranya sulit untuk keluar.  Violet semakin panik. Terkurung di dalam kotak sempit ini membuatnya tidak dapat berpikir jernih. "MAMA!! PAPA!!
Baca selengkapnya
BAB VIII
"APA YANG UDAH LO LAKUIN KE ANDRE?!"  Gendang telinga El rasanya ingin pecah mendengar teriakan seorang gadis yang terduduk lemas di depan pintu gudang itu. El tidak berbicara, tapi dia hanya memperhatikan Violet yang kini menangis meraung-raung. El berdecak, "Apa kamu tidak lelah dari tadi menangis terus?"  Violet bangkit, walau kakinya masih sangat lemas, namun dia paksa untuk dapat berdiri di depan El. Gadis itu menunjuk dada pria itu dengan keras, "Jawab gue, apa yang udah lo lakuin ke Andre?" Tanyanya dengan penekanan disetiap katanya.  El tertawa pelan, "Dia hanya membayar apa yang semestinya dia bayar."  "Lo brengsek!" "Brengsek?" El berdecih, "Kalian yang serakah, tapi kamu mengatai saya brengsek?" Pria itu marah. Dengan kasar dia mengambil lengan Violet membuat gadis itu berdesis kesakitan. Tidak peduli, El menjentikkan jarinya.&n
Baca selengkapnya
BAB IX
Suara jangkrik menemani malam Violet yang sunyi. Tidak ada yang menemaninya disaat dia merasa begitu butuh teman. Kedua orangtuanya pergi melayat saudara jauh yang baru saja berpulang, sementara dirinya ditinggal seorang diri di sini. Mata gadis itu sudah terlalu kering untuk diajak menangis, jadi yang bisa dia lakukan hanya duduk termenung di balkon kamarnya. Sesekali matanya menatap jalanan kompleks yang sepi. "Percuma lo minta orang tua lo buat hidup lagi, tapi mereka enggak peduli sama lo."  Suara itu lagi.  Violet muak mendengar suara itu, namun kepalanya tetap ia tolehkan ke kanan dan ke kiri untuk mencari sumber suara. Tapi tetap saja, nihil. Tidak ada siapa-siapa. "Keluar lo!" Teriak Violet marah pada suara itu. Bukannya memunculkan diri, tapi suara itu malah tertawa mengejek membuat Violet semakin meradang. "Lo hidup de
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status