5 Answers
Ngobrol soal manajemen keuangan orang kaya selalu seru. Ada teman keluarga yang termasuk high-net-worth individual, dan pola dia bikin tercengang. Setiap transaksi dicatat detail di app khusus, bahkan buat kopi 20 ribu sekalipun. Tapi bukan untuk pelit, melainkan buat analisis cash flow. Mereka punya beberapa rekening terpisah: operasional bulanan, dana darurat (yang bisa sampai 2 tahun living cost!), sama investasi.
Yang paling keren sih cara mereka negosiasi. Waktu beli mobil sekalipun, pasti riset harga pabrik, margin dealer, sampai bunga leasing. Mereka treating every dollar as a soldier that should work for them. Gak heran kalau lihat orang seperti Elon Musk bisa pakai pinjaman margin dengan jaminan saham Tesla untuk modal bisnis lain - risky tapi calculated.
Dari obrolan sama teman yang kerja di private banking, pola miliuner itu unik banget. Mereka punya 'uang mainan' khusus untuk spekulasi, tapi mayoritas kekayaan dikelola super konservatif. Misalnya, Bill Gates selalu menyisihkan persentase tertentu untuk donasi melalui yayasannya. Yang bikin beda adalah cara mereka memandang uang sebagai alat, bukan tujuan.
Aku perhatiin juga mereka jarang banget pegang cash dalam jumlah besar - semuanya diputar. Bahkan untuk belanja sehari-hari, banyak yang pakai credit card premium buat dapetin miles atau cashback, lalu bayar full tiap bulan. Sistemnya seperti mesin yang terus bekerja: uang masuk diinvestasikan, hasil investasi buay beli aset produktif, terus berputar begitu.
Pernah penasaran gimana orang super kaya ngatur duit mereka? Aku pernah baca biografi Warren Buffett, dan yang bikin kagum adalah gaya hidupnya yang sederhana meski kekayaannya gila-gilaan. Dia tetap tinggal di rumah yang dibeli puluhan tahun lalu dan sarapan di McDonald's. Kuncinya? Investasi jangka panjang dan menghindari gaya hidup konsumtif. Mereka biasanya punya tim financial advisor yang ngatur diversifikasi aset, dari saham, real estate, sampai bisnis sampingan.
Yang menarik, banyak miliuner justru lebih paranoid soal pengeluaran kecil ketimbang orang biasa. Mark Zuckerberg terkenal pakai kaos sama jeans setiap hari buat hindari 'decision fatigue'. Mereka paham betul bahwa kekayaan itu bukan soal penghasilan, tapi bagaimana uangnya bekerja untuk mereka. Terakhir kali aku diskusi di forum investor, ada yang bilang: 'Orang kaya beli aset, orang miskin beli liabilitas' - dan itu bener-bener nempel di kepala.
Cerita menarik dari buku 'The Millionaire Next Door': banyak miliuner justru hidup di bawah kemampuan. Mereka gak pakai Rolex atau baju branded, tapi portofolio investasinya bikin pingsan. Kebiasaan sehari-hari mereka itu mirip dengan prinsip FIRE (Financial Independence Retire Early). Misal, punya sistem payroll otomatis dimana 40% langsung masuk investasi sebelum sempat 'terlihat'.
Aku pernah baca case study tentang pemilik franchise yang gajinya sendiri sengaja dibikin kecil, tapi perusahaannya membayar semua kebutuhan seperti mobil dan apartemen. Jadi secara teknis penghasilan taxable-nya minimal. Keren banget kan strateginya?
Ada pola unik yang aku temuin dari riset tentang keuangan miliuner: mereka menganggap waktu lebih berharga daripada uang. Makanya banyak yang pakai jasa concierge untuk urusan sehari-hari. Tapi paradoxnya, untuk hal strategis seperti investasi malah mau menghabiskan waktu berjam-jam.
Contoh lucu: Jeff Bezos punya prinsip 'regret minimization framework' untuk keputusan finansial. Dia akan tanya: 'Umur 80 nanti, akankah menyesal tidak melakukan ini?' Cara berpikir jangka panjang seperti ini yang bikin keputusan keuangan mereka beda dari kita-kebanyakan.