Editor Menerjemahkan Humorous Artinya Ke Bahasa Indonesia Bagaimana?

2025-09-09 14:17:36 127

3 Answers

Oscar
Oscar
2025-09-10 09:01:56
Di obrolan sehari-hari aku biasanya terjemahkan 'humorous' jadi 'lucu' atau 'kocak', karena dua kata itu paling gampang nangkep nuansanya dalam obrolan santai.

Kalau mau kasih kesan halus dan agak berbobot, "humoris" atau "jenaka" oke dipakai—misalnya buat review buku atau artikel. Untuk meme atau komentar gaya internet, pakai "kocak" biar lebih nendang. Penting juga tahu bentuk kata: 'humorous' sebagai kata sifat jadi 'lucu/jenaka/humoris', sementara 'humorously' bisa diterjemahkan jadi 'dengan jenaka' atau 'secara lucu'. Contoh singkat: "She told the story in a humorous way" jadi "Dia bercerita dengan gaya jenaka" atau "Dia menceritakan itu dengan cara yang lucu".

Kalau aku sedang ngetik caption atau chat, aku sering pakai emoji dan kata 'kocak' buat menegaskan nada bercandanya. Saran praktis: pilih kata yang paling alami kamu dengar di konteks itu, jangan paksakan kata formal ke ruang yang santai—itu bikin pembaca terasa janggal. Aku sering bereksperimen sedikit sebelum menetapkan terjemahan yang pas, dan biasanya respon pembaca langsung nunjukin pilihanmu sudah benar atau belum.
Brandon
Brandon
2025-09-10 14:20:55
Aku pernah bingung memilih padanan kata 'humorous' waktu mengedit naskah komedi internasional, jadi sekarang aku punya semacam daftar favorit yang sering kupakai tergantung konteks.

Untuk nada formal atau tulisan yang sedikit akademis, aku lebih condong ke 'humoris' atau 'humoristik' karena terasa lebih netral dan elegan. Kalau targetnya pembaca umum atau percakapan sehari-hari, 'lucu' adalah pilihan aman—ramai dipakai dan langsung dimengerti. Untuk nuansa yang lebih ringan dan bernada pujian terhadap kecerdikan, aku suka pakai 'jenaka'. Sementara 'kocak' memberi kesan yang agak kasual dan kuat, biasanya dipakai untuk kejadian yang benar-benar bikin orang ngakak. Contoh terjemahan singkat: "His humorous remark lightened the mood" bisa jadi "Komentarnya yang jenaka meringankan suasana" atau "Komentarnya yang lucu bikin suasana jadi cair."

Saat memilih, aku selalu cek siapa pembacanya—kalau itu artikel berita atau buku nonfiksi, jangan pakai 'kocak' karena terlalu gaul; gunakan 'humoris' atau 'jenaka'. Kalau itu subtitle film komedi atau caption media sosial, 'lucu' atau 'kocak' biasanya lebih tepat. Intinya, pikirkan register dan emosi yang mau disampaikan, lalu sesuaikan kata agar terasa natural di telinga pembaca. Aku sering mengubah satu kata kecil itu berkali-kali sampai rasa kalimatnya pas, dan itu selalu terasa memuaskan saat semua unsur menyatu.
Wyatt
Wyatt
2025-09-12 07:56:06
Untuk teks formal seperti artikel atau terjemahan buku, aku cenderung memilih 'humoris' atau 'humoristik' karena bunyinya lebih netral dan profesional. Dalam novel atau karya sastra, aku kerap pakai 'jenaka' saat ingin menjaga ritme dan kesan puitis tanpa terjun ke bahasa sehari-hari.

Di sisi lain, kalau konteksnya media sosial, subtitle, atau obrolan santai, aku lebih memilih 'lucu' atau 'kocak' supaya pembaca langsung merasakan maksudnya. Perlu diingat juga variasi regional: beberapa orang di Malaysia atau beberapa komunitas pakai 'kelakar' untuk nuansa santai serupa 'lucu'.

Tip singkat dari pengalamanku: jangan takut mengganti kata berdasarkan nada keseluruhan teks—satu padanan yang sama belum tentu cocok di semua kalimat. Kalau terjemahan terasa kaku, coba opsi yang lebih colloquial; kalau terlalu receh, angkat ke 'jenaka' atau 'humoris'. Aku biasanya mengecek ulang dengan membaca keras-keras untuk merasakan apakah nada terjemahan sudah pas, dan itu sering membantu menuntun pilihan akhir.
View All Answers
Scan code to download App

Related Books

RUN! [Bahasa Indonesia]
RUN! [Bahasa Indonesia]
Terisya Alexandra harus tersiksa semenjak kepergian kedua orang tua nya. Dirinya di rawat oleh paman dan bibinya yang gila harta, memaksa nya untuk bekerja terus menerus. Namun entah kenapa dia tak pernah sekali pun membenci keduanya. Hingga hari di mana semuanya di mulai, pertahanan Terisya runtuh di gantikan oleh rasa kecewa. Terisya harus menjalani hidup yang lebih rumit dari sebelumnya. Terjebak di negara asing saat melarikan diri dan terjatuh ke dalam jurang. Sosok Chale menjadi dewa penyelamat nya, Terisya seakan akan tidak di izinkan untuk bertemu kedua irang tuanya secepat itu. Bahkan pria 27 tahun itu membuat nya merasakan kembali hangatnya kasih sayang keluarga dan bagaimana dirinya di cintai.
10
12 Chapters
WOLVIRE (Bahasa Indonesia)
WOLVIRE (Bahasa Indonesia)
Barbara selalu mendapatkan apa yang diinginkannya kecuali satu hal, kebebasan. Dia tidak boleh meninggalkan rumah sendirian tanpa ditemani oleh setidaknya salah satu orang tuanya. Seperti anak kecil. Di sisi lain, semuanya berubah setelah ia bertemu Saga yang mengaku sebagai vampir. Barbara adalah wolvire, persilangan antara perubah-serigala dan vampir. Namun, bukan itu yang membuatnya buruk. Dia memiliki darah suci yang diincar oleh beberapa orang yang berorientasi pada kejahatan. Salah satunya adalah Yang Terkutuk. Akankah Barbara berhasil melarikan diri atau bahkan bersembunyi? Akankah dia berhasil menjaga dirinya agar tidak dikendalikan oleh iblis untuk memanggil kegelapan? Suatu hari di sebuah kota di Indonesia, kekacauan melanda. Kegelapan menggantung di langit dan tampak berdenyar di udara. Apa yang salah? Apakah itu terkait dengan Barbara? Hadiah adalah hadiah. Apa yang membuatnya menjadi kutukan adalah keinginan manusia yang nyata akan kekuatan nan gelap. Berjuanglah, atau semuanya akan hancur.
10
52 Chapters
Witch (Bahasa Indonesia)
Witch (Bahasa Indonesia)
Azareel di buat pusing dengan semua kenyataan yang ada, semakin banyak pertanyaan yang ada di dalam pikirannya tentang dunia itu, namun tidak ada satu orang pun yang bisa menjawabnya, hingga. Lembaran kosong yang dibalik Aza mulai memancarkan cahaya biru yang sedikit demi sedikit membuat sebuah garis di atas kertas kosong. Aza semakin tidak percaya namun dia ditampar dengan keadaan yang saat ini berlangsung. Dia semakin tidak percaya lagi kalau yang di lihatnya adalah peta di kota tempat dia tinggal sekarang, melihat tanda bergambar kubus dengan berbagai macam warna.
10
50 Chapters
Devil Intention - Bahasa Indonesia
Devil Intention - Bahasa Indonesia
Alex ingin membuat Cassandra menjadi jalan pintas untuknya, mencapai kesuksesannya. Namun, rupanya membawa Cassandra bersamanya, membuat Alex semakin terjerumus. Menyadarkan hal paling penting yang belum pernah ia sadari, kalau ia membutuhkan Cassandra. Dengan sangat.
9.4
57 Chapters
Rich Man (Bahasa Indonesia)
Rich Man (Bahasa Indonesia)
Henry Sagaara Wijaya, ialah seorang anak penguasa yang berpura-pura menjadi cleaning service agar bisa menemukan gadis yang mau menerimanya.Namun, pada saat malam pesta ulangtahun gadis itu justru Henry dipermalukan hingga akhirnya statusnya sebagai seorang tuan muda dari keluarga Wijaya terungkap.
9.7
39 Chapters
The Curse (Bahasa Indonesia)
The Curse (Bahasa Indonesia)
The Curse: KutukanNyatanya dikutuk menjadi manusia serigala tidak cukup untuk menghancurkan kehidupan William Redorge. Di depan sana, kutukan yang jauh lebih besar telah menantinya."Aku harus menjadi aktris terkenal hingga semua kamera akan menyorotku, dan hidupku akan aman," ucap Leona pada dirinya sendiri."Kau hanya harus terus berada di sampingku, dan aku dapat melindungimu walau di belakang sorot kamera," balas William mengagetkan."Tidak. Aku tidak bisa menggantungkan hidupku pada monster sepertimu. Itu terlalu berisiko," tolak Leona."Tapi aku bisa melindungimu. Tetaplah di sampingku dan tinggalkan dunia penuh drama ini!" seru William dengan nada tegas.Ketika seorang aktris pendatang baru yang ingin menjadi pusat perhatian untuk mengamankan hidupnya terpaksa tinggal satu atap dengan aktor misterius yang tak ingin kehidupan pribadinya terusik agar kutukan yang ada pada dirinya tidak diketahui orang lain. Lantas, apakah keduanya akan dapat bersama dengan berbagai perpedaan yang ada?
Not enough ratings
11 Chapters

Related Questions

Bagaimana Penulis Menjelaskan Humorous Artinya Dalam Novel Humor?

2 Answers2025-09-09 08:08:54
Aku sering berpikir tentang apa yang sebenarnya dimaksud penulis ketika mereka bilang sesuatu itu 'humorous' dalam sebuah novel—karena lucu itu bukan cuma adanya punchline; itu soal konteks, suara, dan janji yang dipenuhi. Dalam pengalamanku membaca dan sesekali menulis cerita ringan, penulis biasanya 'menjelaskan' makna humor dengan cara menunjukkan lebih banyak daripada menjabarkannya: mereka membangun suara narator yang penuh seloroh, menempatkan karakter dalam situasi yang berlawanan ekspektasi, dan menuliskan reaksi manusiawi yang membuat absurd jadi relatable. Teknik yang sering kutemui meliputi penggunaan incongruity (ketidaksesuaian) di mana hal-hal normal bertabrakan dengan hal yang aneh tapi logis dalam dunia cerita; pengulangan dengan variasi untuk menciptakan rhythm dan payoff; serta kesadaran metanarratif ketika narator sengaja 'mengolok-olok' dirinya sendiri dan pembaca. Penulis juga pakai detail kecil—deskripsi berlebihan tentang hal sepele, atau monolog internal karakter yang penuh kebingungan—sebagai alat menjelaskan kenapa sesuatu lucu. Alih-alih menulis "ini lucu karena...", mereka menempatkan pembaca di posisi saksi yang akhirnya tertawa karena memahami pola atau kontradiksi yang kembali muncul. Kalau ingin praktis, aku selalu menyarankan agar penulis memberi contoh dalam cerita: biarkan pembaca melihat proses tawa, bukan memaksa pembaca menerima klaim bahwa sesuatu lucu. Gunakan tempo—kalimat pendek mempercepat, kalimat panjang membangun kegalauan; gunakan jeda (baris kosong, pindah adegan) sebagai efek beat; dan manfaatkan karakter sebagai cermin humor: bagaimana mereka merespon, apakah mereka sadar menjadi bahan lelucon atau jadi pembuat lelucon. Selain itu, jangan takut menjelaskan sedikit melalui dialog atau komentar narator saat memang diperlukan, tapi hati-hati agar tidak membunuh spontanitas lelucon dengan analisis berlebihan. Akhirnya, apa yang membuat sesuatu "humorous" sering sekali bergantung pada kedekatan emosional pembaca dengan karakter dan konteks—ketika aku peduli pada tokoh, bahkan absurditas kecil bisa terasa sangat lucu, dan itulah rahasianya yang penulis jelaskan lewat cara mereka menulis, bukan lewat definisi formal.

Pembaca Sering Menanyakan Humorous Artinya Dalam Konteks Komedi?

3 Answers2025-09-09 19:18:00
Di mataku, 'humorous' dalam konteks komedi itu lebih dari sekadar bikin orang ketawa—itu soal cara menyusun kejutan, bahasa, dan perasaan supaya gelak tawa terasa wajar dan memuaskan. Aku sering memperhatikan bagaimana komika panggung atau episode komedi anime menggunakan timing: jeda kecil sebelum punchline, ekspresi wajah yang berlebihan, atau pemilihan kata yang terbalik makna. Itu yang bikin sesuatu terasa lucu karena otak kita berharap satu hal, lalu diberi yang lain. Contohnya, di 'Gintama' atau adegan parodi dalam film komedi, seluruh struktur cerita kadang dipakai untuk membangun ekspektasi lalu meledakkannya dengan cara yang absurd—dan itu terasa 'humorous' karena ada permainan aturan yang disengaja. Buatku, konteks juga krusial. Sesuatu yang lucu di satu kelompok bisa jadi datar atau malah menyinggung di kelompok lain karena latar budaya, pengalaman hidup, atau bahasa. Aku ingat pernah mencoba menerjemahkan lelucon kata-kata untuk teman yang nggak paham idiom lokal—hasilnya nggak lucu karena permainan kata hilang. Jadi, 'humorous' itu kombinasi teknik (ironi, hiperbola, slapstick), timing, dan empati ke audiens; kalau salah satu elemen miss, gelak tawa bisa berubah jadi keheningan canggung. Akhirnya aku selalu berpikir: komedi yang paling 'humorous' adalah yang membuat orang merasa ikut diajak berpikir sekaligus dilepas tegangnya, bukan sekadar memaksa tawa lewat eksploitasi murah.

Penerjemah Memilih Padanan Humorous Artinya Di Subtitel Bagaimana?

3 Answers2025-09-09 05:35:28
Ada momen-momen dalam terjemahan yang bikin aku berhenti sejenak, mikir: apakah 'humorous' cukup diterjemahkan jadi 'lucu' atau perlu nuansa lain? Untukku, pilihan kata pertama-tama tergantung pada siapa yang menonton dan bagaimana lelucon itu muncul—apakah itu punchline cepat, sarkasme halus, atau permainan kata yang bergantung pada bunyi. Kalau itu slapstick visual dengan komentar singkat, 'lucu' atau 'kocak' seringkali aman dan langsung kena. Tapi kalau humornya satir atau sinis, kata seperti 'nyeleneh', 'sinis', atau 'sarkastik' kadang lebih tepat meski terasa lebih berat. Selain memilih padanan kata, aku juga mempertimbangkan ritme dan ruang di layar. Subtitle punya batas panjang dan waktu baca, jadi kadang aku harus merangkum dialog tanpa menghilangkan efek humornya. Misalnya, permainan kata yang tidak mungkin dipertahankan secara literal bisa aku ganti dengan lelucon lokal yang memberi efek serupa; itu bukan pengkhianatan asal-asalan, tapi upaya menjaga reaksi penonton. Contohnya, kalau ada plesetan bahasa Inggris yang tak mungkin dipertahankan, aku lebih memilih frase singkat yang memancing tawa lokal daripada terjemahan kaku yang bikin bingung. Di sisi personal, aku sering menguji terjemahan di kepala: apakah kalimat itu terdengar natural di mulut karakter? Apakah tempo dan intonasinya masih bisa dibaca cepat? Terakhir, aku tak ragu menyesuaikan—kadang 'humorous' jadi 'menggelitik' untuk lelucon yang lembut, atau 'kocak' untuk situasi riuh. Intinya, aku lebih memprioritaskan efek komikal yang ingin dicapai ketimbang kata demi kata, supaya penonton tetap bisa tertawa seperti yang dimaksud pengarangnya.

Jurnal Linguistik Membahas Humorous Artinya Dalam Riset Bagaimana?

3 Answers2025-09-09 07:20:58
Setiap kali aku menyelami jurnal linguistik yang membahas humor, yang paling bikin aku antusias adalah bagaimana peneliti mengurai kata "lucu" jadi konsep yang operasional dan terukur. Di artikel-artikel yang kuikuti, peneliti sering memulai dengan mendefinisikan humor dari sudut teoretik: ada yang fokus ke makna leksikal (semantik), ada yang menekankan konteks dan maksud pembicara (pragmatik), dan ada pula yang menelaah reaksi pendengar (psikolinguistik). Metode yang dipakai beragam—analisis korpus untuk melihat pola leksikal dan konstruksi yang sering muncul pada teks komedik, eksperimen lab yang mengukur waktu reaksi dan penilaian kejenakaan, hingga studi percakapan untuk menangkap timing dan penanda interaksional seperti tawa. Aku sering menemukan rujukan ke jurnal seperti 'Humor' dan 'Journal of Pragmatics' yang menampilkan studi-studi ini. Yang selalu menarik bagiku adalah bagaimana peneliti mengatasi subjektivitas: mereka menggunakan skala penilaian (misalnya Likert), multiple raters dengan perhitungan reliabilitas antar penilai, atau analisis mixed-methods untuk memadukan angka dan narasi. Kadang mereka juga menambahkan data akustik—intonasi, jeda, dan tekanan—karena humor sering bergantung pada prosodi. Di akhir banyak tulisan, peneliti merefleksikan keterbatasan budaya dan konteks: sesuatu yang lucu dalam satu komunitas bisa kosong makna di komunitas lain. Aku suka membaca bagian diskusi itu, karena di sana teori bertemu realita sosial dan memberi wawasan baru tentang bagaimana bahasa dan tawa saling terkait dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis Skenario Menggunakan Humorous Artinya Untuk Adegan Komedi Bagaimana?

3 Answers2025-09-09 01:22:48
Ketika aku menulis sebuah adegan konyol, yang selalu kupikirkan pertama kali bukan cuma leluconnya—melainkan kebenaran karakter di baliknya. Aku suka memulai dengan premis kecil: apa yang membuat karakter ini bertingkah aneh? Dari situ aku bangun setup yang jelas dan sederhana, supaya punchline punya landasan. Dalam skenario, setup bisa jadi satu baris aksi dalam deskripsi, atau dialog singkat yang menimbulkan harapan penonton. Setelah ada setup, aku fokus pada ritme—beat, jeda, dan reaksi. Kadang lelucon terbaik datang dari reaksi yang terlambat atau terlalu berlebihan; reaksi itu sendiri adalah materi komedi. Aku sering menulis arahan kecil untuk reaksi, seperti menghentikan deskripsi untuk memberi ruang bagi pause, atau menandai 'beat' singkat supaya pembaca naskah (atau sutradara) paham di mana ketegangan komedi harus dilepas. Aku juga senang bermain dengan eskalasi dan kontradiksi. Mulai dengan hal yang masuk akal, lalu tambah elemen yang makin absurd sampai penonton sudah tidak bisa lagi membaca arah lelucon. Contoh yang sering kubawa: cara 'Gintama' mengubah situasi serius jadi bahan olok-olokan lewat reaksi karakter, atau bagaimana 'The Office' memanfaatkan deadpan dan kamera untuk menyulap awkward moment jadi lucu. Di akhir proses, table read sangat penting—kadang yang tertulis lucu belum tentu bekerja di mulut aktor, jadi aku siap memotong, menambah pause, atau memindahkan punch ke baris lain. Aku suka melihat adegan yang tadinya datar berubah jadi pecah tawa karena sedikit penyusunan ulang; itu momen yang bikin puas.

Kata Whether Artinya Berbeda Dari If?

5 Answers2025-09-09 09:14:41
Sebelum aku sadar, perdebatan kecil soal 'whether' vs 'if' sering muncul pas nongkrong bahas bahasa Inggris—jadi aku punya beberapa trik yang selalu kubagikan. Secara garis besar, 'if' biasanya dipakai untuk kondisi: kalau sesuatu terjadi, maka sesuatu akan terjadi, misalnya 'If it rains, we'll stay home.' Sementara 'whether' lebih dipakai buat menyatakan dua kemungkinan atau keraguan: 'I don't know whether he'll come.' Kuncinya, 'whether' sering mengandung rasa 'apa atau tidak' atau pilihan, dan bisa nyaman dipakai di posisi subjek: 'Whether he will come is unclear.' Kalimat serupa pakai 'if' di posisi subjek terasa janggal. Ada juga perbedaan praktis: setelah preposisi kamu hampir selalu harus pakai 'whether'—contoh 'I'm worried about whether to go.' Kalau pakai 'if' di situ jadi salah. 'Whether' juga dipasangkan dengan 'or (not)' untuk menekankan alternatif: 'whether or not you agree.' Di sisi lain, 'if' tetap raja untuk conditional nyata. Jadi intinya: pakai 'if' buat kondisi; pakai 'whether' buat pilihan, keraguan, atau posisi gramatikal tertentu. Itu yang selalu kubilang waktu bantu teman belajar, dan biasanya mereka langsung nangkep bedanya lebih jelas.

Bagaimana Film Menggambarkan Serendipity Artinya?

4 Answers2025-09-10 07:56:03
Ada momen di layar yang tiba-tiba membuat semuanya terasa 'kebetulan yang bermakna' — itulah yang selalu bikin aku terpikat. Film sering menggambarkan serendipity sebagai titik temu antara kebetulan dan kesiapan karakter; bukan sekadar pertemuan acak, melainkan kebetulan yang terasa seperti jawaban atas kerinduan yang belum disadari. Dalam adegan-adegan itu, sutradara memainkan ritme: sebuah potongan kamera, musik lembut, dan reaksi sepele dari karakter lain bisa mengubah kebetulan jadi momen penuh arti. Aku suka bagaimana 'Amélie' menggunakan detail kecil—sebuah dompet, sebuah pandangan—sebagai kabel koneksi yang menghubungkan takdir micro dengan kebahagiaan besar. Di film lain seperti 'Before Sunrise', percakapan panjang membuat perjumpaan jadi tak hanya soal waktu dan tempat tetapi tentang kesiapan emosional. Dengan kata lain, film membingkai kebetulan supaya penonton merasakan bahwa dunia sedang menuntun, bukan hanya merandomkan peristiwa. Itu yang membuat serendipity di film terasa manis dan menggetarkan hati—kebetulan itu seolah memang ditakdirkan untuk terjadi, setidaknya dalam ruang yang diciptakan layar. Akhirnya, bagiku, serendipity di film bekerja karena sinergi teknik dan emosi; tanpa komposisi visual dan musik yang tepat, kebetulan tetap terasa datar. Di saat yang sama, ketika semuanya sinkron, penonton bisa merasakan kehangatan menemukan sesuatu yang tidak dicari—dan itu selalu meninggalkan senyum kecil setelah lampu bioskop menyala kembali.

Dalam Konteks Apa Whether Artinya 'Apakah'?

5 Answers2025-09-09 17:44:35
Aku sering terjebak menelaah kalimat-kalimat Inggris yang pakai 'whether' karena tampilannya yang sederhana tapi beragam makna. Untuk kasus paling langsung, 'whether' berarti 'apakah' ketika ia memperkenalkan pilihan atau keraguan dalam bentuk tanya tak langsung, misalnya 'I don't know whether he will come' jadi 'Aku tidak tahu apakah dia akan datang'. Di situ fungsinya mirip kata tanya yang menandakan dua kemungkinan atau lebih. Selain itu, kalau diikuti oleh 'or not' atau dipadankan dengan alternatif seperti 'whether... or...', terjemahannya biasanya tetap 'apakah' atau 'apakah... atau tidak'. Namun jangan lupa, ada situasi lain di mana 'whether' bukan tanya langsung melainkan bagian dari struktur yang menunjukkan kondisi atau konsekuensi—misalnya 'Whether you like it or not, it will happen' yang kerap diterjemahkan dengan nuansa 'meskipun' atau 'entah kamu suka atau tidak'. Jadi konteks kalimat, posisi kata, dan apakah ada pilihan eksplisit sangat menentukan apakah 'whether' paling pas diterjemahkan jadi 'apakah' atau frasa lain. Aku biasanya cek keseluruhan kalimat dulu sebelum memutuskan terjemahan agar nuansanya nggak hilang.
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status