![MANUSIA TANPA PRIVILEGE (Generasi Sandwich)]()
MANUSIA TANPA PRIVILEGE (Generasi Sandwich)
Muhamad Sadega, si Generasi Sandwich. Harus berjuang benar-benar dari nol. Jika kebanyakan orang-orang berjuang dari nol tetap dengan membawa hak istimewa nama besar orang tuanya, kenalan atau relasi, bahkan sejumlah uang, yang akan memudahkan dan memuluskan langkahnya. Dega, harus menerima kenyataan jika ia adalah orang yang terlahir tanpa nama besar keluarganya, tanpa relasi, dan tanpa diksi "orang dalam."
Lulus SMA menjadi office boy karena merasa malu jika harus meminta uang dari orang tuanya yang berekonomi pas-pasan, dan bertekad melanjutkan kuliah dengan uang hasil keringatnya sendiri.
Dega menjadi manusia setengah mahasiswa, pagi hingga menjelang sore berkutat dengan debu, piring, dan gelas kotor. Malam, ia harus tetap terjaga di kelas saat menerima materi kuliah.
Nadia, gadis peranakan sunda berparas manis dengan rambut hitamnya yang lurus menjadi penyemangatnya saat di kampus, matanya yang hitam dan senyum manisnya selalu berhasil menghipnotis Dega untuk melupakan statusnya sebagai seorang pekerja yang membiayai kuliah dari uang sendiri, Nadia yang menjadikan Dega memiliki identitas jika ia seorang anak kuliahan. Belakangan, gadis yang hubungannya semakin dekat dengan Dega ternyata puteri bungsu seorang pengusaha properti itu ingin mengenalkan dirinya dengan kedua orang tuanya saat wisuda.
Nadia tidak menemukan sosok Dega saat wisuda, nomernya pun tidak bisa dihubungi. Kedua orang tua Nadia merasa kecewa.
Selang beberapa hari, Dega mengabari Nadia jika ia tidak lagi berminat melanjutkan kuliah setelah tiga jilid skripsinya ia buang di ruang wakil ketua prodi. Sementara Nadia, ia sudah terlanjur berjanji pada orang tuanya untuk segera mengenalkan Dega sebagai calon suaminya.
Ongoing