Search
Library
Home / Thriller / Antara Iba dan Curiga / Bab 5

Bab 5

Author: Nisa Fitri
2024-11-18 06:45:11

Sementara itu, Selena mencoba memperbaiki situasi. "Saya serius, Tuan. Kalau sofanya mau tetap jadi kenangan, mungkin perlu dilap atau dilapis ulang. Saya bisa bantu bersihkan."

Kael memijit pelipisnya, lalu menatap Selena tajam. "Satu kata lagi tentang sofa itu, aku pastikan kamu tidur di lantai."

Selena tersenyum kikuk, mengangguk cepat, dan segera berlalu, meninggalkan para pelayan yang mencoba menahan tawa mereka agar tak kena semprot Kael lagi. "Sofa kenangan ya... menarik juga," bisik salah satu pelayan sambil cekikian.

Setelah suasana agak reda, Kael memutuskan untuk memberikan hukuman lain pada Selena. Dia masih kesal dengan komentar spontan Selena soal sofa kenangannya.

"Selena," panggil Kael, suaranya tegas.

Selena, yang baru saja hendak mengambil kain lap untuk membersihkan meja, menoleh dengan ekspresi waspada. "Ya, Tuan?"

"Kamu bilang tadi ingin membantu. Baiklah, ini kesempatanmu. Pergilah ke dapur dan masak makan malam untukku."

Mata Selena membelalak."M-masak, Tuan? Saya?"

Kael mengangguk dengan santai, sambil melipat tangannya di dada. "Ya. Kamu pikir hukuman hanya sekadar bicara? Hari ini kamu akan belajar bertanggung jawab atas ucapanmu."

Selena menelan ludah, tampak bingung sekaligus panik. "Tapi, Tuan, saya... saya tidak bisa memasak."

"Tidak ada tapi," Kael memotong, ekspresinya penuh otoritas. "Masuk ke dapur sekarang, dan siapkan sesuatu. Apa saja. Aku tidak peduli seburuk apa pun hasilnya."

Selena menghela napas berat, tahu bahwa protes tidak akan mengubah keputusan Kael. Dengan langkah gontai, dia menuju dapur. Para pelayan lain yang melihat hanya bisa saling pandang, berusaha keras menahan tawa mereka.

----------

Di dapur, Selena berkutat dengan berbagai bahan makanan. Dia menatap sekilas buku resep yang tergeletak di meja, tapi akhirnya memutuskan untuk memasak sesuatu yang sederhana: sup ayam.

"Oke, ini tidak terlalu sulit. Rebus air, masukkan ayam, tambahkan bumbu... gampang, kan?" gumamnya, berusaha menyemangati diri sendiri.

Namun, prosesnya tidak semulus yang dia bayangkan. Ayamnya terlalu lama direbus hingga hancur, sayurannya terlalu lembek, dan bumbu yang dia tambahkan... yah, bisa dibilang dia tidak punya takaran yang jelas. Garam, misalnya, dia menaburkannya dengan sembarangan sambil berkata,"Lebih baik asin daripada hambar, kan?"

Setelah perjuangan panjang, Selena akhirnya selesai memasak. Dengan penuh rasa bangga—dan sedikit khawatir—dia membawa semangkuk sup ayam ke ruang makan, di mana Kael sudah menunggunya dengan ekspresi datar.

"Ini, Tuan. Sup ayam spesial sudah siap," katanya sambil meletakkan mangkuk itu di depan Kael.

Kael memandang sup itu dengan skeptis, lalu mengambil sendok dan mencicipinya.

Hening.

Kael berhenti sejenak, lalu menatap Selena dengan wajah yang sulit dibaca. "Apa ini?" tanyanya pelan, suaranya mengandung ancaman.

Selena tersenyum kikuk. "Sup ayam, Tuan. Kenapa? Kurang garam ya? Saya bisa tambahkan lagi."

Kael memejamkan matanya sejenak, lalu berkata tegas,"Selena, ini bukan sup ayam. Ini adalah semangkuk air garam dengan sedikit ayam di dalamnya."

Selena tampak bingung."Tapi saya sudah tambahkan bumbu lain juga, Tuan. Mungkin... lidah Anda saja yang belum terbiasa dengan rasa eksperimen saya?"

Kael meletakkan sendoknya dengan tegas, lalu menatap Selena tajam. "Kamu makan ini. Sekarang."

"Eh? Tapi, Tuan, ini kan untuk Anda."

"Makan. Sekarang."Kael menunjuk mangkuk dengan ekspresi yang tidak bisa ditawar.

Dengan enggan, Selena mengambil sendok dan mencicipi supnya sendiri. Begitu sup itu menyentuh lidahnya, wajah Selena berubah drastis. Dia batuk-batuk, lalu berkata dengan nada menyesal, "Oke, ya, mungkin... sedikit terlalu asin."

Kael menautkan alisnya. "Sedikit? Selena, kamu bisa membuat ikan laut merasa betah tinggal di sini!"

Para pelayan yang mendengar dari dapur tidak bisa menahan tawa lagi. Suara mereka menggema hingga ruang makan, membuat Kael semakin frustrasi.

"Selena,"katanya akhirnya sambil berdiri.

"Mulai sekarang, jangan pernah lagi mencoba memasak di rumah ini. Itu perintah."

Selena mengangguk cepat, wajahnya masih merah karena malu. "Baik, Tuan. Saya janji. Tidak akan memasak lagi... kecuali terpaksa."

Kael mendesah panjang,berusaha meninggalkan ruang makan sambil menggelengkan kepala. Sementara itu, Selena menatap mangkuk supnya, lalu bergumam, "Ya ampun, aku memang bodoh."

Kael pun memanggil pelayan untuk memberinya soda untuk menghilangkan rasa asin di lidah hingga tenggorokannya.

"Rasa asin ini masih betah dimulutku,berapa banyak garam yang kamu tuangkan?" Tanya Kael kesal.

"Sa-satu Tuan..."

"Satu apa?"

"Satu rak."

"Apa?! Kamu gila ya?mana ada orang memasak dengan garam sebanyak itu,ternyata benar kamu memang mau mencelakai orang-orang disini."

Selena hanya diam ketakutan dengan amarah Tuan Kael.Namun salah seorang pelayan datang dan membela Selena.

Kael menelan salivanya, rasa asin masih menempel di lidah dan tenggorokannya meskipun sudah meneguk soda.

"Selena, kamu sebenarnya ini pegawai atau calon ahli racun?!" bentaknya frustrasi.

Selena menunduk dalam, "Saya benar-benar tidak tahu, Tuan. Saya pikir makin banyak garam makin enak..."

Kael menatapnya tajam."Apa kamu mau membunuh lidahku dan lidah semua orang di rumah ini?!"

Salah satu pelayan, Maya, mencoba menengahi situasi. "Tuan, mungkin lebih baik saya memasak ulang untuk Anda. Selena belum berpengalaman, jadi biar saya yang mengurus makan malam Anda."

Namun, Kael mengangkat tangannya dengan tegas. "Tidak usah! Selera makanku sudah lenyap entah ke mana karena rasa asin ini. Lidahku seperti sedang berkubang di dasar laut."

Selena berbisik pelan sambil gemetaran, "Tuan... saya benar-benar minta maaf. Kalau Anda mau, saya bisa mencoba lagi—"

"Mencoba lagi?! Dengan apa? Satu kilo garam?! Jangan-jangan kamu memang mau aku mengungsi ke rumah sakit gara-gara masakanmu,"potong Kael dengan nada yang membuat seluruh pelayan di ruangan itu terdiam.

Maya mencoba menenangkan suasana."Tuan, mungkin kita semua lelah hari ini. Bagaimana kalau saya siapkan makanan dari restoran saja?"

Kael mengangguk, lalu berbalik menuju kamarnya. Sebelum pergi, dia menoleh sebentar ke Selena. "Mulai sekarang, kalau aku ingin makan, jangan pernah dekat-dekat dapur. Biarkan orang lain saja yang mengurusnya. Kalau aku dengar kamu masak lagi, kamu akan bertanggung jawab untuk seluruh kerugian rumah ini."

Selena hanya bisa mengangguk dengan wajah penuh rasa bersalah. Setelah Kael pergi, Maya menepuk bahu Selena."Kamu memang luar biasa, Selena. Baru pertama masak langsung bikin trauma Tuan Kael seumur hidup!"

Pelayan lainnya yang mendengar itu langsung tertawa terbahak-bahak. Salah satu dari mereka berkata, "Sepertinya kita harus memasang plang di dapur: 'Dilarang Memasak oleh Selena Demi Keselamatan Bersama.' "

Selena menghela napas panjang."Ya ampun... mungkin aku memang ditakdirkan jadi pencuci piring saja,"gumamnya.

Selena yang masih di dapur melihat para pelayannya yang masih tertawa,namun ada beberapa pelayan yang iri melihat Selena terlihat luput dari tuduhan,bagaimanapun juga dia tetap di cap sebagai pembunuh, Selena berusaha tegar meninggalkan dapur tak peduli dengan omongan pelayan itu dan kembali melangkah ke ruang bawah tanah untuk istirahat.

Selena melangkah dengan perlahan ke ruang bawah tanah, meskipun tubuhnya lelah setelah seharian membersihkan rumah dan memasak makanan yang hampir membunuh Tuan Kael dengan garam berlebihan. Para pelayan masih terlihat tertawa di dapur, namun Selena tidak peduli. Dia sudah terbiasa dengan perlakuan mereka yang sering mengejeknya, bahkan meskipun tak ada satu pun yang tahu kebenaran. Setiap mata yang menatapnya, entah itu penuh simpati atau kebencian, selalu sama saja bagi Selena. Di mata mereka, dia adalah pembunuh. Seorang wanita yang tidak pernah bisa membersihkan dirinya dari noda itu.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP