"TIDAK!" Galan berteriak. "Gue tidak akan memberi mereka amunisi lagi!"
"Tapi diam akan diartikan sebagai pengakuan kekalahan."
"Dan berbicara akan memberi mereka lebih banyak materi untuk menghancurkan gue!"
Alya menatap Galan dengan kesadaran yang semakin berkembang. Orang yang dulu selalu percaya diri di depan media, yang bisa mengubah situasi apa pun menjadi PR positif, sekarang terlalu takut menghadapi sorotan publik.
"Kita perlu melakukan serangan balik," Galan menghentikannya, mondar-mandir di ruang rapat. "Kita perlu membeberkan Nayla. Pasti ada sesuatu yang kotor dalam praktik bisnis dia."
Pak Hartanto berdiri. "Galan, sebagai Ketua, saya sangat menyarankan agar pendekatan tersebut tidak dilakukan. Itu akan menjadi bumerang."
"Serangan balik? Aku sudah menghadapi kehancuran total! Apa yang lebih buruk bisa terjadi?"
"Reputasi pribadimu hancur total. Tuntutan pidana atas fitnah. Dan yang paling penting—semua klien dan mitra yang tersisa akan kehilangan rasa hormat yang tersisa