Home / Romansa / CINTA yang TERSAKITI / BAB 6 BERBOHONG

Share

BAB 6 BERBOHONG

Author: Sigma Rain
last update Last Updated: 2024-08-06 19:30:12

Sontak saja kedua pegawai yang sedang menggosip itu membalikan badan melihat kepada Marsya. Dan mereka dapat mengenalinya, karena Raffael pernah beberapa kali membawa Natasya datang ke kantor itu. “Memangnya, Ibu tidak mendapatkan undangan?” Tanya salah seorang dari pegawai itu dengan senyum mengejek di bibirnya.

Mereka mengamati wajah Natasya yang terlihat pucat, tetapi keduanya tidak peduli. Ada rasa senang di hati pegawai itu berhasil membuat wanita yang selama ini mereka irikan. Keduanya memang diam-diam juga mennyukai Raffael.

Natasya menelan ludah dengan sukar tenggorokannya mendadak terasa kering. Dibasahinya bibir sebelum menjawab pertanyaa dari pegawai wanita yang dulu menghormatinya. Namun, sekarang mereka memandang remeh dirinya.

“Saya hanya ingin mengetahui tempat resepsi itu diadakan kalau kalian tidak bersedia mengatakannya saya bisa bisa bertanya kepada orang lain.” Natasya membalikan badan, ia tidak akan berlama-lama berhadapan dengan kedua wanita yang sudah berlaku tidak sopan kepadanya.

“Tunggu!” seru salah seorang pegawai itu.

Natasya pun menghentikan langkahnya, ia membalikan badan dengan ekspresi dingin agar mereka tidak dapat membaca betapa ia sangat menanti keterangan dari mereka.

“Pak Raffael dan tunangannya akan menikah di ballroom hotel milik keluarga mereka. Ibu pasti mengetahuinya. Kami harap bu Natasya tidak akan jatuh pingsan dan membuat kehebohan di pesta pernikahan itu karena akan membuat pak Raffael menjadi malu saja.” Mereka melayangkan senyum mengejek ke arah Natasya.

Natasya menyembunyikan rasa sakit hati dengan bibir yang bergetar menahan rasa kecewa, ia mengucapkan terima kasih kepada keduanya.

Setelahnya, ia berjalan menjauh dari tempat itu dengan langkah yang gontai. Digigitnya bibir agar isak tangis yang ditahannya tidak tumpah. Begitu sudah berada dalam lift seorang diri air mata yang sedari tadi ditahannya tumpah juga.

Isak tangis lolos dari bibir Natasya, hingga badannya bergetar. Ia tidak menyadari ketika pintu lift terbuka dan asisten Raffaellah yang memergokinya dalam keadaan begitu menyedihkan.

“Ca! Kamu sudah pulang?” Tanya Tommy, asisten Raffael terkejut.

Dengan cepat Natasya menghapus air mata dan membersit hidungnya berair sampai menjadi merah. Ia merasa malu karena sudah kepergok menangis.

Diulasnya senyum tipis yang terlihat menyedihkan dan membuat Tommy merasa iba kepada Natasya.

“Iya, aku baru pulang dan langsung mendapatkan kejutan luar biasa. Kuharap kau tidak akan mengatakan kepada Raffael kalau aku sudah mengetahuinya.” Natasya kemudian bergegas keluar dari lift.

Ia menghindari lebih lama bercakap-cakap dengan pria itu. Dirinya tidak akan membiarkan dikasihani oleh orang-orang yang berada dekat dengan Raffael. Ia ingin menjaga harga dirinya yang tersisa sedikit.

Begitu keluar dari gedung perusaah Raffael yang dingin dan sejuk Natasya langsung berhadapan dengan sinar matahari yang terik. Ia berjalan kaki dengan cepat menghindari bertemu orang-orang yang mengenalnya sebagai tunangan Raffael.

Sudah cukup ia tadi merasa dipermalukan dan direndahkan. Entah itu hanya perasaannya saja yang sedang sensitif.

‘Aku tidak bisa berlama-lama berada di dekat perusahaan Raffael. Biarlah kali ini aku naik taksi lagi,’ batin Tania.

Dilambaikannya tangan ke arah taksi kosong yang kebetulan melintas di depannya. Ia masuk taksi itu duduk di jok penumpang. Disebutkannya alamat rumah kepada sopir taksi.

Dicobanya untuk menghubungi Raffael, tetapi pria yang masih berstatus sebagai tunangannya itu tidak juga menjawab panggilan telepon darinya. Hanya suara dengung saja yang terdengar.

‘Tega sekali kamu, Raff! Kau campakan diriku begitu saja dan di saat aku sedang mengalami perubahan kehidupan.’ Batin Natasya.

Disenderkannya punggung pada sandaran jok mobil sambil memejamkan mata dengan air mata yang terus saja mengalir tanpa suara membasahi wajah.

Sopir taksi yang Natasya tumpangi sesekali melirik ke arahnya melalui kaca spion. Namun, Ia tidak menyadarinya sama sekali. Dirinya tidak melihat tatapan iba di mata sopir yang usianya sudah tidak muda lagi tersebut.

“Maaf, Nona! Bapak, bukannya ingin ikut campur hanya saja kasian melihat Nona yang menangis. Kalau ada hubungannya dengan lelaki, Nona tidak semestinya bersedih seperti itu,” ucap sopir taksi itu.

Natasya tersentak dari lamunannya, ia tersadar kalau dirinya tidak sendirian. Diusapnya air mata mengunakan lengan kemeja yang ia pakai. Diulasnya senyum tipis, tetapi ia tidak menjawab ucapan dari sopir itu.

Sopir itu pun mengerti kalau penumpangnya tidak ingin diganggu. Ia fokus mengemudikan mobil mengantarkan penumpangnya ke tempat tujuan dengan selamat.

Sesampai di rumahnya yang baru Natasya turun dari taksi. Ia berjalan dengan langkah gontai begitu melihat Maminya yang sedang menyapu teras rumah. Ia tertegun di tempatnya berdiri dengan hati yang terasa nyeri.

Seakan sadar diamati ibu Natasya memalingkan wajah melihat ke arah putrinya itu. Ia memberikan senyuman sembari melambaikan tangan. “Kenapa kamu berdiri saja di sana?” Tanya Maminya.

Natasya tersadar ia berjalan mendekati Maminya dan langsung saja memeluknya sambil menangis. “Mami! Maaf, Ica belum bisa membuat bangga seharusnya di saat usaha papi terpuruk, Ica bisa membantu kalian dan bukannya menyusahkan.”

Mami Natasya mengusap punggung putrinya itu dengan lembut. “Semua sudah terjadi dan kita harus menjalaninya. Kamu sendiri bagaimana pasti sedang senang karena akhirnya bisa bertemu dengan Raffael kembali setelah sekian lama berpisah.”

Tubuh Natasya menjadi kaku, ia tidak dapat mengatakan kepada maminya apa yang sudah terjadi karena hanya akan membuat wanita yang sudah melahirkannya itu menjadi sedih. Ia memejamkan mata menahan isak tangis yang hendak tumpah.

Rupanya mami Natasya dapat merasakan kesedihan putrinya itu. Ia mendorong pelan Natasya hingga pandangan keduanya bertemu.

Natasya menelan ludah dengan sukar tenggorokannya terasa kering dan lidahnya menjadi kelu. Ia tidak sanggup menceritakan kesedihan yang saat ini dirasakannya.

“Mami sangat mengenalmu! Katakan saja apa yang terjadi karena dapat Mami lihat kesedihan di matamu!” Mami Natasya menyentuhkan jarinya mengusap lembut pipi Natasya.

Natasya menyunggingkan senyuman yang tak sampai ke matanya. “Mami benar, aku memang bersedih, tetapi itu karena perasaan bersalah melihat Mami menjadi seperti ini. Hubunganku dengan Raffael baik-baik saja. Ia tentu saja akan membantuku untuk bekerja di perusahaannya. Kita akan baik-baik saja.”

Mata mami Natasya mengamati putrinya itu dengan lekat mencari apakah ia berbohong. Namun, mami Natasya tidak dapat menemukannya, ia pun tersenyum lebar.

Natasya menarik napas lega, meskipun dalam hati ia meminta maaf kepada maminya karena sudah berbohong. Ia hanya tidak ingin kedua orang tuanya menjadi semakin bersedih dan merasa bersalah. Cukup dirinya saja yang merasakan.

Keduanya masuk rumah bersama-sama. Natasya membantu maminya menyiapkan makan siang. Sesuatu yang selama ini belum pernah mereka kerjakan dan kini harus dilalui.

***

Natasya berdiri di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Ia melihat pantulan dirinya yang terlihat cantik dan memukau. Ditariknya napas dalam-dalam kemudian ia hembuskan dengan kasar.

Dibulatkannya tekad untuk melakukan apa yang harus dilakukannya. Apa pun yang terjadi nanti ia sudah siap menerimanya.

Papi dan mami Natasya yang sedang duduk di kursi tua dengan warna pudar memandangi putri mereka dengan senyuman bahagia.

“Mam, Papi! Natasya mau pergi dahulu untuk urusan penting.” Natasya menghampiri kedua orang tuanya untuk berpamitan.

“Apakah kamu akan pergi berkencan dengan Raffael? Mengapa tidak terdengar suara mobilnya menjemputmu?” Tanya maminya penasaran.

Natasya mengulas senyum tipis. “Aku akan datang untuk memberikan kejutan baginya. Ia pasti tidak akan menyangka akan melihat kehadiranku.” Suara Natasya terdengar sedih dan bergetar.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • CINTA yang TERSAKITI   Pertemuan Kembali Natasya, Raffael dan Sandoro

    Sontak saja Ades menjadi kalap, ia meraih gelas yang ada di depannya kemudian ia lempar ke arah Raffael. Yang dengan cepat dapat menghindar. “Kamu brengsek! Mengapa kamu melakukan hal itu kepadaku? Apakah karena pengasuh itu? Dirimu berubah setelah melihat ia berada di rumah ini. Ada hubungan apa kalian sebenarnya?”Raffael diam ia menatap pecahan gelas yang berhamburan di lantai. Dirinya tidak menduga kalau Ades akan bersikap kalap seperti itu.“Sepertinya kamu tidak bisa dengan mudah menerima keputusan dariku. Natasya adalah mantan tunanganku dan aku masih mencintainya. Maaf, kalau kau merasa kupermainkan, tetapi aku tidak bisa membohongi diriku lagi dan sekarang aku akan berusaha mendapatkan maaf, serta cintanya lagi,” ungkap Raffael.Ades terduduk kembali di kursinya dengan kasar. Air mata jatuh semakin deras membasahi wajahnya. Hatinya hancur karena dianggap hanya sebagai wanita cadangan saja. Setelah pria itu bertemu kembali dengan mantan kekasihnya, ia dicampakan bak barang yan

  • CINTA yang TERSAKITI   Putus

    Natasya hanya bisa pasrah saja, satu sisi dirinya ingin menolak apa yang dilakukan Raffael. Namun, bagian dirinya yang lain ingin merasakan sekali saja bercinta dengan pria yang masih ia cintai.“Tolong! Perlahan, aku masih perawan.” Bisik Natasya.Raffael terdiam, ia memandang tidak percaya Natasya. Disela tawanya ia berkata, “Kau bermaksud membodohiku! Kau pikir aku ini anak kecil yang akan percaya begitu saja.”Beberapa menit berselang Rafael menjadi terkejut tidak percaya. Karena apa yang dikatakan Natasya memang benar adanya. Diciumnya pelipis wanita itu dengan lembut. “Terima kasih, sudah menjadikan diriku yang pertama.”Digulingkannya badan berbaring di samping Natasya. Dengan satu tangan memeluk wanita itu. Seakan ia takut kalau Natasya akan pergi darinya.Natasya melirik Raffael yang sudah terlelap di sampingnya. Air mata jatuh membasahi pipinya. Ia tahu sudah melakukan dosa dengan membiarkan Raffael menyentuhnya. Namun, ia tidak menyesali apa yang sudah terjadi.Diusapnya ai

  • CINTA yang TERSAKITI   Papi Natasya meninggal Dunia

    Sontak saja Natasya menjadi terkejut, ia membalikan badan. Dilayangkannya senyum tipis kepada Ades. “Yang kulakukan sama sekali bukanlah urusanmu! Aku juga tidak peduli dengan apa yang kau tuduhkan.”Setelah mengatakan hal itu Sasha membalikan badan hendak berlalu pergi dari sana. Karena ia tidak mau berada lebih lama lagi di tempat yang sama dengan kekasih Raffael.Langkah Natasya terhenti ketika ia mendengar nada suara Ades yang terdengar mencemooh, “Tentu saja aku tidak akan mengatakan kepada Raffael kalau bertemu denganmu. Aku bahkan lebih suka kalau kau tidak menampakan dirimu di rumah itu lagi.”Wanita itu kemudian berlalu pergi dari hadapan Natasya. Membuat Natasya memandangi punggungnya dengan kesal.‘Mengapa wanita itu terus saja membuatku marah? Mereka berdua memang pasangan yang serasi,’ batin Natasya.Ia masuk mobil lalu duduk di balik kemudi. Dikemudikannya mobil menuju rumah sakit. Sesampainya di sana ia langsung membereskan administrasi untuk operasi papinya.Keesokan h

  • CINTA yang TERSAKITI   Hari yang Berat Bagi Natasya

    Tidak mau terjadi keributan Natasya bangkit dari duduknya. “Maaf, saya akan makan di dapur.”Dengan anggukan kepala ia berjalan keluar dari ruang makan. Saat melewatii Raffael dan kekasihnya, ia mengangkat kepala. Menatap pasangan itu dengan raut datar. “Akhirnya kau sadar diri juga! Semoga kau tidak berpura-pura amnesia dan kembali makan di ruangan ini,” sindir Ades.Natasya menghentikan langkah, ia menatap wanita itu dengan tajam. “Saya memang pengasuh di rumah ini. Sementara Anda adalah kekasih pemilik rumah ini. Akan tetapi, apakah kau yakin Raffael akan menikahimu? Karena kudengar ia pernah bertunangan lama, tetapi ia justru menikahi sahabat tunangannya.”Raffael menggeram marah. ia memberikan pelototan pada Natasya. Dicekalnya lengan wanita itu setengah menyeret ia membawa wanita itu keluar. Didorongnya dengan kasar, hingga punggung Natasya menempel pada dinding.Tangan Raffael berpindah memegang dagu Natasya dengan kasar. Sampai kuku-kuku jarinya terasa menusuk daging, tetapi

  • CINTA yang TERSAKITI   Dilema Raffael dan Natasya

    “Kau pengecut! Selalu memilih untuk pergi.” Raffael menatap tajam punggung Natasya.Langkah Natasya terhenti, tetapi ia tidak membalikkan badan untuk melihat Raffael. “Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, Tuan! Anda sudah mengatakannya dengan begitu jelas.”Dilanjutkannya kembali berjalan memasuki rumah. Sesampai di depan pintu kamar Tiara, ia membukanya pelan. Diliatnya kalau gadis cilik itu tidur dengan nyenyaknya.‘Akh, sebaiknya aku pergi keluar saja untuk mencari makan,’ batin Natasya.Ditutupnya kembali pintu kamar Tiara dan berjalan memasuki kamarnya sendiri. Diambilnya tas tangan berisikan dompet, serta ponsel. Setelahnya, ia keluar kamar menuruni tangga. Di bawah anak tangga ia berpapasan dengan Raffael yang akan naik. Sambil menundukkan kepala ia berjalan melewati pria itu.Tiba-tiba saja lengannya ditarik dengan kasar, hingga ia membentur dada Raffael. Suara kesiap karena terkejut lolos dari bibirnya.“Mau pergi kemana kau?” desis Raffael dengan suara tertahan.“Maaf, Tu

  • CINTA yang TERSAKITI   Kebencian yang Mendalam

    Nadi Natasya berdenyut cepat, ia menundukkan kepala tidak sanggup menatap mata Raffael. Agar pria itu tidak melihat kalau kata-katanya kembali melukai Natasya. “Terima kasih, untuk kesekian kali diingatkan. Maaf, saya yang sudah besar kepala.”Natasya berenang mengabaikan Raffael, ia berenang menuju Tiara yang berada dalam pelampungnya. “Apakah kamu mau turun dari tempatmu itu bermain air dengan Nanny?”Senyum cerah terbit di wajah Tiara, ia tidak mengetahui kalau nannynya sedang sedih. Gadis cilik itu merentangkan kedua tangan meminta diangkat dari pelampungnya.Dengan sigap Natasya melakukannya. Ia sengaja membawa Tiara berenang ke bagian yang terjauh dari Raffael. Suara tawa senang gadis cilik itu mampu menghibur Natasya membuatnya melupakan sejenak kata-kata kasar dari majikannya.“Apakah kau sudah lelah berenang? Kita naik ke atas ya karena hari sudah mulai gelap.” Ajak Natasya kepada Tiara.Anggukkan kepala Tiara berikan kepada Natasya. Selain sudah lelah, ia juga merasa mengant

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status