MENGGENGGAM PERIH MENIKAHI TAKDIR

MENGGENGGAM PERIH MENIKAHI TAKDIR

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-06-01
Oleh:  Jeni Sasmita On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
15Bab
79Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Setelah sepuluh tahun bekerja di luar negeri, Ivana pulang ke Indonesia dengan penuh harapan. Ia sudah membayangkan kebahagiaan bersama Arka, kekasih yang telah menunggunya selama ini. Namun, setibanya di rumah, dunianya runtuh seketika—tenda pernikahan berdiri megah, bukan untuknya, tetapi untuk Arka dan adiknya, Fitri, yang ternyata telah mengkhianatinya. Patah hati dan tak tahu harus ke mana, Ivana justru dibawa oleh seorang pria misterius ke sebuah rumah megah. Tanpa penjelasan yang jelas, ia disambut dengan kemewahan dan kehangatan keluarga kaya raya yang menganggapnya sebagai calon pengantin. Sebelum sempat membantah, Ivana sudah didandani, dipakaikan gaun pengantin, dan disandingkan dengan seorang pria asing. Siapa sebenarnya lelaki itu? Dan yang paling penting, apa yang akan terjadi ketika kebenaran akhirnya terungkap?

Lihat lebih banyak

Bab 1

Bab 1

"Pengkhianat!"

Suara itu melesat dari tenggorokanku sebelum bisa kukendalikan. Semua kepala menoleh ke arahku, suara musik yang mengalun pelan di dalam tenda mendadak terasa terlalu nyaring di telingaku.

Aku berdiri di ambang pagar, tubuhku kaku. Mataku terpaku pada pemandangan didepan Arka dan Fitri adik bungsuku di pelaminan.

Tanganku mencengkeram pegangan koper dengan begitu kuat, jemariku gemetar. Napasku memburu, dadaku naik turun, berusaha memahami apa yang kulihat.

Kebaya putih membalut tubuh adikku, membuatnya terlihat seperti pengantin. Mereka berdiri begitu dekat, terlalu dekat, sulit rasanya untuk disebut wajar.

Dua bulan lalu, Ibu menelepon dengan berita besar mereka ingin aku segera pulang untuk bertunangan dengan Arka. Perasaan senang dan haru bercampur menjadi satu. Aku tahu, ini adalah awal dari perjalanan baruku bersama Arka. Kami sudah merencanakan ini sejak lama.

Ini pertunanganku, bukan? Hari ini harusnya hari bahagiaku!

Tapi mengapa Fitri yang berdiri di sana? Mengapa Arka, lelaki yang berdiri di sampingnya dengan jas hitam rapi, tangan menggenggam jemari adikku sendiri?

Dengungan suara tamu-tamu mulai terdengar, samar, bercampur dengan suara detak jantungku yang menggila. Aku menelan ludah, tapi tenggorokanku terasa kering.

Aku melangkah maju, menarik koperku yang berdecit di aspal. Setiap langkah terasa begitu berat, seolah beban yang kupanggul selama bertahun-tahun kini berubah menjadi rantai besi yang menahanku untuk terus berjalan.

Dari atas pelaminan, Fitri menatapku. Wajahnya pucat, bibirnya sedikit terbuka, tapi tak ada kata yang keluar.

"Fitri," suaraku terdengar dingin. "Ini lelucon, kan?" Aku menatapnya tajam, mencari kepastian di wajahnya. "Kau hanya mencoba mengejutkanku, kan? Ini pertunanganku!"

Diam tak ada jawaban.

Arka!" panggilku dengan suara yang bergetar.

Dia menoleh, wajahnya langsung berubah pucat. Fitri masih terdiam, tapi hanya untuk sesaat. Setelah itu, dia tersenyum kecil.

"Kak Ana… Kamu sudah sampai?" tanyanya dengan nada pelan.

Aku menatap mereka bergantian. Arka tidak berani menatap mataku, sementara Fitri tampak seperti sedang mempersiapkan penjelasan yang panjang.

"Apa maksud semua ini?" tanyaku akhirnya.

Fitri mendekat, mencoba menggenggam tanganku, tapi aku mundur selangkah. "Kak Ana, aku tahu ini sulit untuk Kakak. Tapi ... kami sudah terlanjur terlalu dekat. Kami sering bersama karena awalnya merasa nyaman sebagai calon ipar, akhirnya kebablasan."

Aku menatap Fitri, tidak percaya dengan apa yang baru saja kudengar. "Kebablasan? Apa maksudmu, Fitri?"

Dia menunduk, wajahnya memerah. "Aku… aku hamil, Kak."

Dunia di sekitarku seperti runtuh seketika. Aku menatap Arka, berharap dia menyangkal, berharap ini semua hanya kesalahpahaman. Tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya berdiri di sana, menundukkan kepala seperti pengecut.

"Kau hamil?" tanyaku, suaraku hampir tidak keluar.

Fitri mengangguk perlahan. "Kami tidak punya pilihan, Kak. Keluarga memutuskan agar kami menikah secepatnya. Ini semua sudah terjadi…"

Aku merasa seperti dihantam gelombang besar. Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar. Sejak ayah meninggal aku memutuskan untuk bekerja jadi TKW di Hongkong, memenuhi kebutuhan keluarga kami dan membiayai kuliah Fitri, dan demi masa depanku dengan Arka. Tapi sekarang, semuanya hancur begitu saja.

"Dan kau, Arka?" tanyaku, memaksanya untuk menatapku. "Ini balasanmu setelah semua yang aku korbankan?"

"Ana, aku… aku minta maaf," katanya pelan. "Aku tidak bermaksud menyakitimu. Aku… aku juga tidak tahu bagaimana ini bisa terjadi. Kami terlalu sering bersama, dan…"

"Dan kau membiarkan ini terjadi?" Aku hampir berteriak. Air mataku mulai mengalir, tapi aku tidak peduli.

"Ana, ibu mohon jangan seperti ini. Semuanya bisa kita bicarakan baik-baik dan secara kekeluargaan,"ucap ibu yang baru saja datang dari dalam.

Aku tertawa getir, tau wanita yang telah melahirkanku ini merasa malu karena kami menjadi tontonan banyak orang. Aku tidak peduli, karena aku tidak bersalah disini.

"Kekeluargaan ibu bilang? Disini adakah yang menganggap aku keluarga? Beginikah yang caranya berkeluarga! Kenapa kalian lakukan ini padaku. Aku pulang dengan penuh harapan, tapi malah kejutan ini yang aku dapatkan!" Ini Pertama kali aku meninggikan suara di depan Ibuku.

"Nak, ibu mohon. Kamu bisa mengerti dengan keadaan ini."

Tidak percaya ini semua sedang terjadi. Bahkan tidak ada yang memahami perasaanku saat ini. Ibu, Adikku sendiri, orang yang selalu kubantu, dan lelaki yang kucintai — mereka mengkhianatiku.

Aku menarik koperku dan berbalik pergi tanpa berkata apa-apa lagi. Suara ibu terdengar memanggil dari kejauhan, tapi aku tidak menoleh. Aku tahu, jika aku tinggal di sana lebih lama, aku tidak akan bisa menahan amarah dan sakit hati ini.

Air mata terus mengalir deras, langkahku terasa berat, tapi aku tidak berhenti. Yang kutahu, aku harus pergi. Karena di rumah itu, aku tidak lagi punya tempat.

Berjalan tanpa tahu harus kemana.

Sehingga tiba-tiba ...

"Nona! Saya sudah menunggumu sangat lama. Silahkan masuk kedalam mobil karena kita tidak punya banyak waktu," ucap seorang berseragam hitam. Menarik koperku dengan buru-buru memasukannya ke bagasi. Lalu membuka pintu mobil untukku.

Siapa lelaki ini? Kemana dia akan membawaku pergi?

*

Jangan lupa subscribe ya, biar tidak ketinggalan update-nya. Kira2 Ivana dibawa kemana ya? Sempatkan komen dong.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
15 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status