“Maaf sudah membuat bapak menunggu” ucap Aya tak enak setelah mendaratkan bokongnya pada sebuah kursi, berseberangan dengan seorang pria yang diketahuinya adalah anak dari tante Dania
Pria dengan setelan jas lengkap itu melirik jam ditangannya “Kamu membuat saya menunggu sekitar sepuluh menit” ucapnya “Tapi setidaknya kamu beruntung, karena jadwal saya hari ini lumayan lenggang” Aya menanggapi ucapan pria itu dengan senyum ramah tak lupa mengucapkan terima kasih atas kesediannya untuk menunggu. Tak berapa lama, pelayan datang menghampiri meja mereka dan keduanya lantas memesan minuman. Setelahnya, Aya pun segera menyalakan laptop yang ia bawa, bersiap memulai bahasan mereka namun pria itu lebih dulu membuka suara “Nama saya Ahmad Al-Fakhri, tapi kamu bisa panggil saya Fakhri” perkenalnya “Saya Ayyana pak” “Boleh saya panggil Aya saja?” tanyanya “Saya dengar Mami memanggil kamu dengan panggilan seperti itu” lanjutnya memberikan penjelasan atas tatapan bertanya di wajah Aya “Itu nama panggilan dari keluarga dan teman-teman saya pak” jawab Aya mengisyaratkan penolakan secara halus atas permintaan yang Fakhri ajukan Namun Fakhri tetap pada keinginannya “Tapi saya lebih suka panggilan Aya, jadi saya juga akan panggil kamu dengan nama itu” Aya yang tak ingin terlibat basa basi lebih panjang memilih mengalah dan segera mengalihkan topik pembicaraan “Maaf kalau boleh tau, calon istri bapak kenapa nggak ikut?” “Saya belum punya calon istri” jawab Fakhri tanpa beban membuat Aya mengernyit heran sekaligus bingung, lalu untuk apa tante Dania sibuk menyewa jasa Wedding Organizer untuk anaknya ini? Belum selesai dengan pikirannya, pertanyaan diluar nalar kembali Fakhri layangkan “Memangnya WO kamu tidak menyiapkan stok calon istri untuk costumernya?” “Pak, mana ada WO yang nyiapin calon untuk costumer. Dimana-mana orang itu punya calon dulu baru nyewa WO” jelas Aya yang emosinya perlahan mulai mencuat “Nggak ada ya” Fakhri lalu menatap Aya dengan tatapan serius “Kalau gitu, gimana kalau kamu ajah yang jadi calon istri saya?” Bola mata Aya membulat sempurna, seketika ia merasa tersedak oleh ludahnya sendiri, buru-buru ia meraih jus jeruk yang beberapa waktu lalu diantarkan oleh pelayan. Sepertinya pria dihadapannya ini sedikit kurang waras oOoOo Sehari sebelumnya… Ayyana dengan senyum ceria tampak bersemangat menghampiri sang ibu di meja makan. Gadis itu mengecup singkat pipi Ayu – ibunya, sebelum beralih duduk dan bersiap untuk sarapan “Ayah udah berangkat bu?” tanyanya “Udah sayang. Katanya ada miting jadi buru-buru” jawab Ayu “Oh ya, Ibu dengar Dania katanya mau keluar kota siang ini” Aya menelan makanannya lalu menjawab “Iya bu, tante Dania tadi sempat hubungin aku katanya dia ada urusan” “Jadi mitingnya di cancel?” “Sebenarnya sih aku udah minta di cancel ajah kalau tante Dania memang sibuk, cuman beliau bilang anaknya yang nemuin aku” “Ya udah, enggak apa-apa kalau gitu dari pada harus atur jadwal ulang kan?” Aya menggangguk setuju “Lagian memang jauh lebih bagus kalau ketemu calon pengantinnya secara langsung kan bu” Ayu tersenyum penuh arti “Nanti kalau ketemu kamu harus ramah ya, jangan jutek-jutek” “Aku kan memang selalu ramah kalau ketemu klien bu” “Tapi yang kali ini harus jauh lebih ramah” “Karena dia anak sahabat ibu?” Tebak Aya Ibunya mengangguk pasti “Dan juga teman kakak mu” “Ibu tenang ajah, karena seperti biasa aku akan temuin anak tante Dania besok sama Dita dan ibu tau sendiri kalau Dita orang yang super ramah” Selama menjalankan usaha WO tersebut, Aya memang tidak pernah menemui klien seorang diri. Alasannya karena ia bukan orang yang pandai berbaur dengan orang baru dan terkesan kurang nyaman jika harus bertemu orang asing tanpa ditemani orang lain yang akrab dengannya Namun hari ini, rencana untuk bertemu anak tante Dania bersama Dita pupus sudah setelah sahabatnya itu justru menghubunginya dan merengek meminta izin untuk tidak masuk kerja dengan alasan yang sulit dicerna oleh Aya “Alvin ngajakin gue ke puncak” ucap Dita memelas “Boleh ya Ayy, abisnya tuh si Alvin maksa sampai ngancem mau mutusin kalau gue nggak ikut” Sebenarnya Dita tidak enak karena lagi-lagi harus izin tidak masuk kerja karena Alvin, sang pacar yang notabenenya tidak disetujui oleh Ayyana Bukan karena Aya tidak suka dengan sosok Alvin, melainkan ia memang tidak setuju jika sahabatnya atau siapapun itu melabeli diri mereka dengan status ‘PACARAN’ Why? Karena nggak ada kebaikan dalam hubungan itu, semua tindakan, semua perasaan dalam hubungan dengan yang bukan mahram tanpa diawali dengan akad yang sah maka hasilnya hanya dosa, hanya menggiring kearah perzinahan Tapi mau bagaimana lagi, meski Aya sudah mengingatkan berkali-kali tetap saja Dita tak menghiraukan ucapannya “Boleh ya… Gue janji ini yang terakhir” Bujuk Dita “Ya udah” bagaimana pun ia hanya seorang sahabat. Tugasnya sebatas mengingatkan tak ada hak untuk mengatur kehidupan pribadinya “Pasti izin nggak masuk lagi” Tebak Ririn yang sejak tadi diam mendengarkan obrolan mereka sembari mengecek kembali list nama tamu undangannya “Katanya mau ke puncak sama Alvin” “Jadi loe ketemu klien sendirian dong?” Aya tersenyum manis “Kan ada loe” “Gue juga ada janji sama Bayu, Ayy” Tolak Ririn membuat Aya mendengus. Jadilah ia meyakinkan diri untuk datang sendirian kesana Namun siapa sangka pria yang berstatus sebagai anak dari sahabat ibunya itu, justru memiliki kepribadian yang amat menyebalkan. Jika waktu bisa diulang kembali, ia akan dengan tegas menolak usulan Dania untuk bertemu anaknya dan lebih memilih mengatur jadwal ulang setelah nanti Dania kembali dari luar kota “Kalau gitu, gimana kalau kamu ajah yang jadi calon istri saya?” Tanya Fakhri dengan senyum menyebalkan Dengan kadar kesabaran yang sudah hampir terkuras, Aya berusaha tetap tenang walau jelas raut wajah kesalnya tak bisa disembunyikan “Maaf sebelumnya pak, tapi WO kami hanya melayani customer yang sudah punya calon. Bapak kalau mau, sana ke biro jodoh jangan ke WO” “Sepertinya tidak perlu, karena saya rasa saya sudah ada calon” Gadis itu menghela nafas, tersenyum tipis lalu kembali menatap wajah pria menjengkelkan itu dengan kesabaran penuh “Terus dimana calon istri bapak?” “Ini dihadapan saya”