"Kamu mungkin bisa cinta sama Kiara seiring berjalannya waktu Rai, apalagi nanti kalau kalian udah suami-istri," bisik Gendhis.
Menikmati sore hanya di rumah besar, menghabiskan waktu di kamar, mengobrol sambil berpelukan. Sungguh, Gendhis tidak pernah membayangkan akan menikmati momen semacam ini, damai sekali hatinya.
"Nggak akan," balas Rai yakin. "Cintaku abis di kamu," tambahnya tanpa keraguan.
"Bisa gitu ya?" senyum Gendhis terkembang, ia senang karena Rai menjadi lebih terbuka perihal perasaannya sekarang.
"Nyatanya bisa kan? Nggak ada yang baik dari perjodohan kami selain dapet keuntungan dari bisnis yang udah lama dirintis, Ndhis."
"Aneh kan tapi? Calon istri kamu adalah calon dokter spesialis, cantik, kaya raya, punya banyak koneksi, tapi kamu malah milih nyembunyiin pelacur kayak aku di rumah kamu," ucap Gendhis tertawa getir.
"Karena pelacur ini duniaku," sebut Rai sembari mengecup pucuk kepala Gendhis sayang. "Sedangkan Kiara cuma bagian sangat kecil di dalamnya," lan