“Ada apa, Bu? Apa Sekar baik-baik saja?” tanya Nunung dengan wajah penuh kecemasan. Nadanya gentar, sementara matanya tak lepas dari raut pucat Sekar yang duduk memegangi perutnya.
Bidan Ratna mendekat, lalu menyerahkan sebuah benda pipih kepada Sekar. Tangannya hangat, lembut seperti biasa, tapi kali ini ada getaran haru yang menyelip di suaranya.
“Sekar... selamat, ya,” ucapnya pelan, namun jelas. “Sakit yang kamu rasakan bukan sekadar sakit biasa. Itu adalah awal dari kebahagiaan dalam rumah tanggamu. Kamu hamil, Sekar.”
Senyuman mengembang di bibir sang bidan, menenangkan dan menghangatkan.
Sekar terdiam. Dunia seakan berhenti berputar untuk sesaat. Kedua matanya memandang tak percaya pada testpack di tangannya—tangan yang gemetar hebat. Ia memeriksa hasilnya dengan cermat, berharap matanya keliru. Tapi tidak… dua garis merah itu sangat jelas. Tidak samar. Nyata.
“Bu... apakah ini benar?” tanyanya lirih, suaranya nyaris patah oleh isak yang tertahan.
“Kapan terakhir kamu haid?” ta