"Ada apa?" Dony terheran-heran, menatap Sindy yang terlihat gelisah sambil mengacak-acak isi lemari pakaian mereka. "Kakek Luhan menitipkan sesuatu," Sindy berkata sambil mengacak acak pakaian, suaranya terdengar cemas. "Sebuah map coklat, di mana ya bisa letaknya?"
Dony menggeser tubuh untuk mendekati nakas, tangannya meraih sesuatu. "Map ini, bukan?" tanyanya sambil menunjukkan sebuah map berwarna coklat tua. Mendadak, Sindy menoleh dengan cepat, raut mukanya berubah menjadi terang. "Ah, benar itu! Kakek memang menitipkannya untukmu," katanya sambil menghela napas lega, namun tetap dengan perasaan yang bercampur antara keterkejutan dan kegembiraan.
Dony yang penasaran segera membuka map coklat itu, mengeluarkan beberapa lembar kertas dari dalam sana. Sindy mendekat dan ikut membaca isi dari lembaran lembaran itu. Seketika ke empat bola mata itu melotot tajam. "Apa?"
"Jadi, Yura menuntut perceraian darimu?" tanya Sindy, memastikan kebenaran dari berkas di tangan.
Dony masih terpaku,