“Siapa yang hilangkan pesan di HP ini?” Elok berkata pelan.
Pagi itu, Elok membuka pintu rumah kecil dengan langkah lesu. Sisa demam masih terasa di ubun-ubunnya. Dia duduk di kursi di ruang tamu kecilnya, menatap ponselnya dengan dahi berkerut.
Langkah kaki terdengar. Sari muncul dari arah dapur rumah utama, membawa termos kecil berisi air jahe.
“Mbak, ini tadi aku bikinin air jahe. Masih hangat,” kata Sari sambil meletakkan termos di meja.
“Sari...” Elok menoleh pelan. “Aku masih ngerasa aneh. Pesan di HP aku hilang. Bagaimana bisa ya?”
Sari mengerutkan kening. “Semua pesan hilang, Mbak?”
“Dari Gilang,” jawab Elok. “Dan... satu lagi dari nomor yang kirim foto itu. Sekarang semua lenyap.”
Sari duduk di samping Elok. Ditatapnya Elok prihatin. “Mbak sempat tunjukin ke siapa aja?” tanyanya mencoba untuk membuat Elok mengingat-ingat.
“Cuma kamu,” sahut Elok. “Tapi semalam aku tidur, dan ponselku enggak aku kunci. Sempat aku tinggal juga di ruang tengah rumah ini.”
Elok mencoba menging