Home / Rumah Tangga / Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar / Bab 92 - Antara Keraguan dan Kerinduan

Share

Bab 92 - Antara Keraguan dan Kerinduan

Author: Night Shade
last update Last Updated: 2025-06-24 07:40:14

Sari...” panggil Elok pelan.

Beberapa jam berlalu. Ketika matahari mulai turun ke ufuk barat, Elok perlahan membuka matanya sepenuhnya. Ia merasa tubuhnya masih lemas, tapi pikirannya jauh lebih jernih dari pagi tadi.

Sari segera menghampiri. “Mbak, akhirnya bangun juga. Alhamdulillah. Mau minum dulu?”

Elok mengangguk lalu minum teh manis hangat dengan sedotan.

“Mbak, kamu demam,” ucap Sari lagi seraya meletakkan kembali gelas berisi teh manis di atas meja kecil. “Tapi tadi kamu ngomong terus dalam tidur.” Sari berkata dengan nada prihatin.

Elok mengerjap, mencoba duduk tapi tubuhnya terlalu lemah.

“Aku ngomong apa?” tanyanya lemah.

Sari ragu menjawab, tapi akhirnya berkata pelan, “Kamu nyebut nama Mas Gilang berkali-kali.”

Mendengar itu, wajah Elok langsung berubah. Dia mengalihkan pandangan lalu berusaha mengatur napas. Dia tidak berekspektasi akan mengucapkan nama itu dengan sangat jelas.

“Dan, Mas Damar tadi datang. Dia dengar Mbak ngigau.” Sari berkata lagi.

Elok kembali diam.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 96 - Kotak Warisan

    “Jangan tebak sekarang. Aku enggak mau berprasangka.” Elok buru-buru menutup kotak.Sari tampak ragu. “Kalau ternyata itu Mas Teguh?”“Enggak mungkin,” bisik Elok. Tapi nada suaranya sendiri terdengar tidak yakin.Mereka kembali terdiam. Hanya suara burung dari halaman belakang yang terdengar samar. Elok memejamkan mata sejenak, tubuhnya masih terasa lemas sejak pagi.Sari menyentuh lengan Elok lembut. “Mbak, kamu yakin enggak mau istirahat? Wajahmu pucat banget.”“Aku enggak mau tidur. Kalau tidur, aku malah mimpiin hal-hal aneh lagi,” gumam Elok. “Tadi malam, aku mimpi Ayah berdiri di toko itu... terus bilang sesuatu soal api dan keheningan.”Sari menatapnya lekat. “Kadang mimpi itu tanda.”Elok menatap ke luar jendela. "Atau cuma isi kepalaku yang lelah."Lalu, tanpa peringatan, suara pesan masuk terdengar dari ponsel Sari. Dia mengecek cepat. Bukan pesan penting, hanya notifikasi dari grup RT. Tapi getaran itu membuat Elok tiba-tiba tersadar akan sesuatu.“Sari, kamu bilang kemari

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 95 - Luka yang Tak Sembuh

    "Mau ke mana? pagi-pagi sudah mau keluar."Suara Damar Wira Nugraha terdengar tajam di depan pintu rumah kecil. Tubuhnya tegap, berdiri memblokir jalan Elok yang hendak melangkah keluar.Elok menghentikan langkahnya. "Mau cari udara segar. Di dalam terlalu pengap.""Kalau mau udara segar, buka jendela,” ucap Damar seraya memutar mata. “Jangan keluyuran lagi. Ini rumah, bukan terminal," tambah Damar lagi.Elok menunduk. Dia tidak suka dikurung terus di dalam rumah. “Aku enggak pergi jauh kemarin. Sama Sari, belanja kebutuhan rumah.” Walau ujungnya dia melihat toko lama itu. “Tetap saja kamu nyusahkan orang.” Damar berkata dengan nada tajam.Suasana menjadi hening. Elok menggenggam ujung kerudungnya erat-erat. “Mas,” ucapnya pelan masih menunduk. “Malam kebakaran itu, kamu bilang enggak tahu siapa yang masuk ke toko duluan. Tapi... kamu yakin enggak lihat siapa pun waktu kamu ke sana ambil laporan?” lalu Elok mendongak. Damar tidak menatapnya.Damar melirik Elok. “Kenapa kamu tanya-t

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 94 - Jejak yang Terlupa

    “Mbak, aku diminta Bu Rima ke pasar. Katanya ada bahan-bahan yang mau dimasak sendiri. Mbak mau ikut nggak?” tanyanya sambil berdiri di ambang pintu.Pagi itu, Sari mengetuk pintu rumah kecil sambil membawa catatan belanja. Elok yang sedari tadi hanya duduk membaca ulang pesan-pesan lama di ponselnya mengangkat wajah. Ada keraguan, tapi juga dorongan kuat yang menyelinap dari dalam dirinya. Satu ide muncul karena ajakan Sari tersebut.“Aku ikut,” jawabnya akhirnya. “Sekalian cari udara segar. Olahraga.”Sari tersenyum kecil, lega lalu mengangguk. “Ya sudah, nanti aku minta Mas ojek langganan kita jemput,” ucapnya. “Siap-siap ya, Mbak. Aku tungguin.”Tidak berapa lama kemudian, mereka berdua sudah sampai di pasar dengan ojek langganan. Pasar pagi masih ramai, suara tawar-menawar dan aroma bumbu dapur bercampur dengan bau plastik dan sayuran basah. Elok menunduk sepanjang perjalanan. Pikirannya bukan pada sayur atau daging, tapi pada toko yang dulu berdiri di blok belakang. Tempat se

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 93 - Yang Hilang dan Disembunyikan

    “Siapa yang hilangkan pesan di HP ini?” Elok berkata pelan. Pagi itu, Elok membuka pintu rumah kecil dengan langkah lesu. Sisa demam masih terasa di ubun-ubunnya. Dia duduk di kursi di ruang tamu kecilnya, menatap ponselnya dengan dahi berkerut. Langkah kaki terdengar. Sari muncul dari arah dapur rumah utama, membawa termos kecil berisi air jahe.“Mbak, ini tadi aku bikinin air jahe. Masih hangat,” kata Sari sambil meletakkan termos di meja.“Sari...” Elok menoleh pelan. “Aku masih ngerasa aneh. Pesan di HP aku hilang. Bagaimana bisa ya?”Sari mengerutkan kening. “Semua pesan hilang, Mbak?”“Dari Gilang,” jawab Elok. “Dan... satu lagi dari nomor yang kirim foto itu. Sekarang semua lenyap.”Sari duduk di samping Elok. Ditatapnya Elok prihatin. “Mbak sempat tunjukin ke siapa aja?” tanyanya mencoba untuk membuat Elok mengingat-ingat.“Cuma kamu,” sahut Elok. “Tapi semalam aku tidur, dan ponselku enggak aku kunci. Sempat aku tinggal juga di ruang tengah rumah ini.”Elok mencoba menging

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 92 - Antara Keraguan dan Kerinduan

    Sari...” panggil Elok pelan.Beberapa jam berlalu. Ketika matahari mulai turun ke ufuk barat, Elok perlahan membuka matanya sepenuhnya. Ia merasa tubuhnya masih lemas, tapi pikirannya jauh lebih jernih dari pagi tadi.Sari segera menghampiri. “Mbak, akhirnya bangun juga. Alhamdulillah. Mau minum dulu?”Elok mengangguk lalu minum teh manis hangat dengan sedotan. “Mbak, kamu demam,” ucap Sari lagi seraya meletakkan kembali gelas berisi teh manis di atas meja kecil. “Tapi tadi kamu ngomong terus dalam tidur.” Sari berkata dengan nada prihatin.Elok mengerjap, mencoba duduk tapi tubuhnya terlalu lemah.“Aku ngomong apa?” tanyanya lemah.Sari ragu menjawab, tapi akhirnya berkata pelan, “Kamu nyebut nama Mas Gilang berkali-kali.”Mendengar itu, wajah Elok langsung berubah. Dia mengalihkan pandangan lalu berusaha mengatur napas. Dia tidak berekspektasi akan mengucapkan nama itu dengan sangat jelas. “Dan, Mas Damar tadi datang. Dia dengar Mbak ngigau.” Sari berkata lagi.Elok kembali diam.

  • Dimadu Suami Dinikahi Kakak Ipar   Bab 91 - Pelindung yang Terlambat

    “Kok rasanya... panas semua," gumam Elok lemah. Hari masih pagi buta ketika dia selesai salat subuh.Dia menutup mata sebentar, berharap dunia berhenti berputar. Tangannya meraba meja dapur untuk menjaga keseimbangan. Sejak semalam perutnya kosong, tapi dia tidak punya nafsu makan. Di antara sisa-sisa suara pikirannya yang kacau, tubuhnya memberontak pelan-pelan. Dia memikirkan ucapan Rima dan Damar, selain itu dia mencoba menyibukkan diri membantu Sari di dapur sebab Bu Retno masih sakit. “Aku tidur lagi deh. Siapa tau sembuh. Padahal biasanya setelah subuh aku enggak tidur.” Elok menuju kursi panjang lalu memejamkan mata di sana. Berusaha menghilangkan rasa tidak nyaman di seluruh tubuhnya. "Mbak Elok... kamu kenapa?" tanya Sari yang baru saja masuk dengan nampan berisi teh hangat ketika matahari sudah mulai muncul.Elok berusaha tersenyum, tapi yang muncul justru ekspresi letih. “Enggak apa-apa, Sar. Aku cuma... mau rebahan sebentar aja.”Sari cepat-cepat meletakkan nampan di

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status