"Semoga mereka semua tidak ada yang mengenaliku lagi," gumam hati Nadine.
"Dulu di kantor itu, mereka semua menghina-hina aku sebagai perempuan kotor."
"Apa sekarang mereka akan menghina aku juga? Dimananya aku dapat dihina? Cih! Semua wanita disana sok cantik dan munafik!" cibir bibir Nadine.
Ia menatap wajah barunya di cermin rias. Ia tersenyum puas. Rambutnya dibiarkan terurai panjang lurus di bawah bahu. Ia tidak perlu memakai make up lagi. Karena hasil operasi plastiknya berhasil dengan sempurna.
Kulitnya yang dulu kusam tak terurus, kini menjadi bersinar putih bersih dengan bermacam-macam vitamin untuk menstabilkan kecerahan kulit dan berat badan. Wajahnya mulus bagai air bening yang mengalir tak ternoda.
"Mas Erlan, tunggulah pembalasanku! Mantan suami yang dulu aku cintai. Namun, semakin aku mencintaimu, semakin besar kepalamu!" gumamnya perlahan.
Satu minggu di rumah kontrakan minimalis dengan tiga kamar, Nadine menempati bersama Ghia. Dan baru hari ini ia selesai dengan semu