Share

Bab 4

last update Last Updated: 2023-11-25 11:07:50

Selena mengusap perutnya yang mulai membesar dengan telapak tangan, perlahan mengikuti irama detak jantung dari calon bayi dalam kandungannya. Dia dapat merasakan jiwa sang anak, meskipun belum lahir ke dunia fana ini.

"Aku mencintaimu, Nak," bisik Selena lembut.

Kemudian dapat didengarnya sahutan dari si janin, membuat senyum Selena merekah.

Perempuan itu menoleh dan memanggil kekasih hatinya, "James! James!"

Kemudian James segera menemui Selena, pria itu berlari kecil dari arah dapur. "Ada apa?"

"Aku benar-benar hamil, aku sungguh bisa merasakannya," kata Selena nyaris memekik karena terlalu senang. "Aku juga tahu dia berbicara kepadaku."

James berlutut di hadapan Selena, kedua matanya berkaca-kaca karena terharu. "Syukurlah. Aku akan menjagamu lebih baik lagi dari sekarang."

"Tidak perlu berlebihan," ucap Selena sambil tertawa ringan. "Aku hamil dan bukan sekarat, meskipun kaum serigala sepertiku membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mengandung. Aku hanya meminta kesabaranmu."

"Apa pun untukmu, Sayang," tutur James dengan lembut. Dia meraih telapak tangan Selena,lalu menciuminya pelan. Sentuhan itu memberikan sengatan kehangatan di hati Selena, bibirnya tidak bisa berhenti tersenyum. "Selena kekasihku, aku mencintaimu tanpa syarat. Kau harus ingat itu."

"Tentu, aku akan mengingatnya. James, aku juga mencintaimu." Selena mengatakannya dengan kesungguhan. Kedua matanya menatap sang kekasih penuh cinta.

Selena tahu, dia sudah mempertaruhkan nyawanya hanya dengan mencintai James. Kemudian taruhannya semakin besar ketika dia hamil untuk meneruskan keturunan. Meskipun begitu, ini adalah pilihan hidupnya. Sebuah pilihan yang membuat dirinya bahagia tanpa penyesalan.

"Katakan padaku, apa yang calon bayi kita bicarakan?" tanya James lembut, dia mengusap perut Selena dengan telapak tangannya yang bertekstur kasar.

Selena merasakan gerakan dalam perutnya dan dia memejamkan mata, lalu berkata, "Dia bilang dia mencintai kita dan ingin segera berjumpa dengan kita."

Aku juga merasakan hal yang sama," kata James, "Aku sudah menyayanginya sejak dalam kandungan."

"Baik sekali." Selena kembali menatap wajah sang terkasih. "Tidak salah aku mencintaimu, kau pasti akan menjadi ayah yang hebat."

"Kamu pun akan menjadi ibu yang hebat, Selena."

Bayangan bahwa mereka akan menjadi keluarga kecil bahagia tampak begitu indah. Sekarang situasi memang sudah cukup aman dan mereka bisa bermimpi tentang hal-hal baik, tetapi tidak pernah ada yang pasti di masa depan.

"Aku harap begitu," ucap Selena, berusaha untuk menikmati masa kini tanpa khawatir tentang apa pun.

***

Beberapa hari berlalu dan kehamilan Selena sudah memasuki usia tua. Berat badannya bertambah seiring besarnya janin dalam kandungan. Dia tidak sabar menantikan kelahiran sang anak yang semakin dekat, berulang kali perempuan itu mengajak calon bayinya berbicara.

Hingga pada suatu hari yang cerah dan udara begitu panas, Selena merasa sangat haus. Dia sudah minum banyak air, tetapi itu tetap tak memuaskan dahaganya. Perempuan itu ingin sesuatu yang menyegarkan dan dia menginginkan darah rusa untuk itu. Sudah cukup lama dia tidak menikmati darah dari rusa, itu pasti terasa enak jika dinikmati pada cuaca terik.

"James," panggil Selena, dia berjalan penuh kehati-hatian dengan perutnya yang besar untuk menemui sang suami di halaman rumah.

James yang sedang memotong kayu bakar pun menghentikan aktivitasnya. Dia memandangi Selena dengan wajah yang bersimbah keringat.

"Ya?"

"Temani aku berburu rusa," Selena berkata seraya menyentuh perutnya dengan kedua tangan.

"Aku ingin meneguk darahnya yang segar."

"Baiklah," sahut James. Dia meletakkan kapak untuk memotong kayu pada permukaan tanah. "Tunggulah sebentar, aku akan mempersiapkan diri."

Selena mengangguk. Dia melihat James pergi menuju gudang, tidak lama kemudian pun keluar dengan busur dan sekantong anak panah. Lelaki itu juga mengganti sepatunya yang mempunyai bahan kulit lebih kuat untuk digunakan berburu.

"Ayo kita berangkat," kata James yang sudah lengkap dengan peralatannya. "Jika kau sudah merasa lelah di perjalanan nanti, segeralah kabari aku dan kita beristirahat."

"Oke" Selena menyetujui kesepakatan yang diberikan James dengan senyum manis. Lalu pasangan manusia dan keturunan serigala itu bergegas menuju ke dalam hutan yang dekat dengan tempat tinggal mereka.

Selena yang sudah lama tak bepergian karena kehamilannya lantas merasa senang dengan perjalanan ini. Hutan terlihat cantik oleh pepohonan hijau, udaranya pun sedikit lebih sejuk daripada di sekitar rumah. Dia menari kecil dengan kakinya yang tampak ramping jika dibandingkan terhadap ukuran perutnya yang membesar. James sampai harus mengingatkannya untuk berhenti agar tidak terluka atau tersandung.

Setelah beberapa menit berlalu, mereka telah tiba di bagian hutan yang jauh lebih dalam. Dari kejauhan, ada sekitar lima rusa yang berkeliaran dengan begitu tenang. James melangkah ke balik pohon besar, diikuti oleh Selena bersamanya. Jarak mereka dengan rusa hanya tinggal beberapa meter sehingga sudah berada dalam jangkauan senjata berburu.

James mengeluarkan sebuah anak panah dari kantong yang tersampir di punggungnya. Lalu dia memasangkannya pada busur dan mengarahkan anak panah itu pada salah satu rusa.

Setelah fokus membidiknya, James pun menembak.

Anak panah itu melesat cepat pada tubuh rusa yang diincar James, membuat kerumunan rusa itu heboh dan melarikan diri. Rusa yang telah terpanah ditinggalkan sendirian dengan kondisi yang terluka, lalu segera tumbang dan mati.

"James, kau yang terbaik!" seru Selena riang. Dia memeluk James dan menciumi wajahnya.

James terkekeh, dia balas menciumi Selena. Dia ikut gembira jika berhasil mengabulkan keinginan perempuan itu. "Terima kasih, ayo kita lihat hasil buruannya."

Kemudian James dan Selena menghampiri si rusa yang telah terkapar dengan anak panah menancap pada bagian vitalnya. Lelaki itu mencabut anak panah itu keluar, dan dari bagian tersebut dan mengalirlah darah segar si rusa.

"Minumlah, kekasihku. Nikmatilah," kata James.

Selena mengangguk dan mendekati sang rusa dengan perlahan, mengingat kehamilannya yang sudah begitu besar. Kemudian dia mulai minum darah dari rusa yang telah tak berdaya, mencecap setiap rasa dan tetes darah untuk memuaskan dahaga dengan mulutnya.

James memandangi Selena, terpesona oleh perempuan itu bahkan pada saat dia sedang melakukan hal yang tidak biasa bagi manusia seperti dirinya. Cinta membuat James tidak mempedulikan setiap perbedaan di antara mereka, yang lelaki itu inginkan hanya terus berada di sisi Selena selama yang dia mampu.

"Apakah enak?" tanya James, berjongkok di dekat Selena.

Selena menyahutnya hanya dengan gumaman.

"Syukurlah. Kau bisa minum sampai puas, aku akan menunggumu. Kita bisa memburu seekor lagi jika kau masih menginginkannya," kata James penuh perhatian.

Lagi, Selena hanya menjawabnya melalui gumaman karena sedang fokus untuk memuaskan rasa haus yang sejak tadi mendera dengan aliran darah rusa.

Sebuah senyum sayang pun terukir pada bibir James. Dia rela melakukan apa saja demi Selena yang dikasihinya.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • My Mate is a Wolf   Bab 34

    Anarhan memasuki toko beras Pak Samsul dengan senyum lebar di wajahnya. Pak Samsul dan Toni yang sedang berada di sana menyambutnya dengan gembira."Pagi, Pak Samsul! Pagi, Toni!" sapa Anarhan riang."Pagi, Anarhan! Kami khawatir, kemarin kamu tidak masuk kerja. Ke mana kamu pergi?" tanya Pak Samsul dengan nada khawatir.Anarhan menggaruk kepalanya, "Maaf, Pak Samsul. Saya pergi mengunjungi teman dan tidak sempat memberi tahu. Saya janji tidak akan mengulanginya lagi."Pak Samsul mengangguk pengertiannya, "Baiklah, Anarhan. Jangan sampai terulang lagi ya. Yang penting kamu baik-baik saja."Toni tersenyum, "Iya, Anarhan. Kami khawatir padamu, jangan lagi membiarkan kami was-was."Anarhan tersenyum lega mendengar maaf dan pengertian dari Pak Samsul dan Toni."Terima kasih, Pak Samsul, Toni. Saya akan berusaha agar tidak membuat kalian khawatir lagi."Pak Samsul melihat jam dinding di tokonya, lalu mengangguk ke arah Anarhan dan Toni. "Baiklah, mulailah kerja seperti biasa. Mari layani p

  • My Mate is a Wolf   Bab 33

    Dalam ruang pertemuan di istana kerajaan Serigala, para dewa duduk di atas takhta mereka, wajah mereka dipenuhi kemarahan yang menyala-nyala. Mereka merasa terhina dan marah karena Anarhan, anak ratu Serigala yang dianggap istimewa, telah diculik dari istana tanpa sepengetahuan mereka.Dewa utama, yang duduk di tengah-tengah takhta tertinggi, menatap tajam para dewa lainnya."Dengarlah, saudara-saudara," ucapnya dengan suara yang menggema di seluruh ruangan. "Anak ratu Serigala telah diculik. Siapa yang berani melanggar ketentuan kita dan menculiknya dari istana kita?"Para dewa yang hadir saling bertukar pandang, mencoba mencari jawaban atas pertanyaan yang menggelitik itu. Salah satu dewa, yang duduk di samping dewa utama, angkat bicara."Mungkin Lucas, manusia serigala yang berkhianat," ujarnya dengan suara yang gemetar karena ketakutan akan kemarahan para dewa.Dewa utama mengangguk, ekspresi wajahnya semakin mengeras. "Kita harus bertindak cepat. Kita tidak bisa membiarkan pelangga

  • My Mate is a Wolf   Bab 32

    Dalam kegelapan malam yang menyelimuti hutan, Lucas merenungkan rencananya dengan hati yang berdebar-debar. Pikiran untuk menukar nyawa Anarhan dengan jantung Ratu Selena terus menghantui pikirannya, menciptakan dilema yang membelah hatinya. Meskipun ide itu bisa menjadi jalan keluar dari situasi sulitnya, Lucas merasa ragu dan takut akan reaksi Anarhan jika ia mengetahui rencananya."Anarhan ... aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Aku ingin menyelamatkanmu, tapi aku juga takut akan reaksimu jika kamu mengetahui rencanaku."Dia merenung sejenak, berusaha mencari jalan terbaik untuk menyelesaikan masalah ini. Akhirnya, ia memutuskan untuk menepis ide tersebut untuk sementara waktu. "Mungkin aku harus berbicara dulu dengan Anarhan. Mungkin ada cara lain untuk menyelamatkannya tanpa harus melakukan hal yang ekstrim seperti itu."Dengan tekad yang baru, Lucas memutuskan untuk menjalankan rencananya yang lebih bijaksana--menyelinap masuk ke dalam istana untuk membawa Anarhan pergi.

  • My Mate is a Wolf   Bab 31

    Sudah satu minggu berlalu sejak Anarhan dan Lucas resmi menjadi sepasang kekasih. Mereka menghabiskan waktu bersama dengan penuh kebahagiaan, menikmati setiap momen yang mereka bagikan bersama. Namun, kebahagiaan mereka terkadang terganggu oleh keresahan Anarhan akan masa depan mereka."Lucas, aku merasa cemas tentang masa depan kita. Aku sudah mencoba mencari pekerjaan di toko beras Pak Samsul, tapi katanya tidak ada lowongan," kata Anarhan. "Jangan khawatir, Anarhan. Kita pasti bisa menemukan jalan keluar bersama-sama. Aku bisa berburu di hutan untuk mencukupi kebutuhan kita," balas Lucas."Tapi aku tidak ingin bergantung padamu terus, Lucas. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk kita berdua," ucap Anarhan sembari tertunduk."Aku mengerti perasaanmu, Anarhan. Tapi yang terpenting adalah kita bersama-sama, bukan seberapa banyak uang yang kita punya. Kita akan menghadapi masalah ini bersama-sama, seperti yang selalu kita lakukan," tutur Lucas dengan tenang.Anarhan tersenyum, meras

  • My Mate is a Wolf   Bab 30

    Pada hari libur dari pekerjaannya di toko beras, Anarhan merasa terdorong untuk mengunjungi gubuk tempat tinggal Lucas. Dengan langkah mantap, dia memegang sebungkus nasi Padang yang baru saja dibelinya dari warung terdekat, berharap bisa berbagi santapan bersama Lucas.Anarhan tiba di gubuk Lucas dengan hati yang penuh antusiasme, mengetuk pintu dengan lembut. Beberapa saat kemudian, pintu terbuka, dan Lucas muncul dengan senyuman hangat di wajahnya."Halo, Anarhan! Apa yang membawamu ke sini?" tanya Lucas dengan senyum sumringah. "Halo, Lucas! Aku hanya ingin berkunjung dan membawakanmu makanan. Aku membelikanmu nasi Padang, harap kamu suka," tanggap Anarhan dengan ramah dan memberikan nasi itu pada Lucas.Lucas terkejut dengan kebaikan Anarhan, tetapi senang dengan kedatangannya."Wow, terima kasih banyak, Anarhan! Aku benar-benar terkejut dengan perhatianmu. Mari masuk, ayo makan bersama," kata Lucas mempersilakan Anarhan masuk. Anarhan dan Lucas pun makan bersama, sesekali samb

  • My Mate is a Wolf   Bab 29

    Setelah keluar dari gubuknya di pagi hari yang cerah, Lucas merasa lapar yang menggelayut di perutnya. Dengan langkah mantap, dia memutuskan untuk mencari makanan di sekitar hutan. Meskipun terpisah dari dunia serigala, naluri pemburu yang masih melekat dalam dirinya tidak pernah pudar.Dengan kepiawaian dan ketelitian, Lucas menyusuri hutan, mencari jejak makanan. Dia mendekati tepi sungai yang mengalir tenang, di mana dia melihat gerakan air yang memancingnya untuk memburu ikan. Dengan kelincahan yang dimilikinya, Lucas berhasil menangkap beberapa ekor ikan dengan tangannya yang terampil.Selanjutnya, dia bergerak ke hutan yang lebih dalam, di mana dia melihat gerakan cepat seekor kelinci yang bersembunyi di semak-semak. Dengan kecepatan kilat, Lucas mengejar dan menangkap kelinci tersebut, menambah hasil buruannya.Namun, dia tidak hanya mengandalkan daging sebagai sumber makanannya. Lucas juga memanen beberapa buah pisang yang sudah matang dari pohon-p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status