"Yang Maha Kuasa sungguh tidak adil! Mengapa aku mendapatkan kuas?" Arash Adipati selalu dihina karena tidak memiliki orang tua dan tidak bisa mengendalikan mana. Tapi, Arash tak menyangka saat berkah kekuatan dibagi, dirinya hanya menerima sebuah kuas! Saking kesalnya, Arash menggambar menggunakan kuas itu. Namun... Tring! Sebuah keajaiban terjadi! Gambar yang Arash buat menjadi nyata! Lantas, bagaimana kisah Arash selanjutnya? Terlebih kuas tersebut juga membuat sesuatu yang sudah lama tertidur pun bangkit!
View MoreArianna
Checking myself in the mirror one last time to make sure that nothing was out of place and applying a little more red lipstick a couple of months into our marriage, I discovered that red was his favorite color. Tonight I'm wearing it to say goodbye to the man and the color. Going downstairs, the smell of the food hits my nose and makes my mouth watery; I spend half of the day preparing for tonight’s dinner cause I want everything to go softly. Checking my watch, I see that he should've been here already, if Jacob isn’t anything but punctual that he is, which is weird that he is not here yet, picking up the phone to give him a call when suddenly I heard the door open for him to walk in “What's all this? Was the first word that came out of his mouth, letting it roll off my shoulder. “It's our anniversary dinner, what do you think?” I told him while I approached him with a glass of wine, forcing a smile on my face. “ Do we have to indulge in this nonsense every year?” he grimly said, like our anniversary was not an essential matter to him. “ Yes you do, Jacob it's our four years anniversary, it's the least you could do,” I told him before I took my seat at the table, waiting for him to do the same, not that I cared much about what he does tonight I just need the plan to go well and all of this nonsense will be over. We spend the next couple of minutes lost in the food that I spend the day cooking and making sure everything was good just the way he likes it, taking a bit out of my shrimp when Jacob goes “What are you up to tonight?” like I’m always up to something. Smiling “ Do I need to be up to something in order for a wife to have dinner with her husband on their wedding anniversary?” “ Don’t play innocent Arianna; I know what kind of woman you are, so whatever game you are playing ends it,” he said a bit forcibly. Still smiling, I picked up my glass of wine and took a sip; putting it down, I looked at my dear husband. “Okay, you got me, I do have a surprise for you, and it'll have to wait until later,” pointing at his plate “Eat up, honey, we have all night.” “ ARIANNA!” he yelled. Raising my eyebrow at him, “ What? You don’t like surprises?” “I don’t like the game you are playing; if you have something in your mind, let it out,” he said with no emotion behind his words, showing me that he didn’t care. Honestly, I'm used to this kind of treatment from him. That's why no matter how he acts tonight, nothing will stop me from doing what I plan on doing. “ Alright, alright, since you insist on knowing what’s going on, let's go upstairs, shall we?” I walk around the table and take his hand in mine, we walk up the stairs in silence, both of us lost in our own worlds, not knowing how the night will go, only one of us knows tonight will be a shock for the other. Once we got in the bedroom, I didn't waste any time pushing him onto the bed and straddling him, not giving him a chance to say anything. I brought down my lips to him in a soft kiss, tasting the water to see how he would react. When he didn't push me away, I nipped at the side of his lips before pushing my tongue inside his mouth, making both of us moan out of pleasure. It felt like just the first time we met. Pushing my luck, I started to unbutton the shirt before tracing my fingers down those lovely abs that I knew were hiding underneath those layers, I was lost in what I was doing, I didn't expect him to flip us with me at the bottom and him on top while holding my hands over my head. Smiling, “I knew you wanted to play,” and biting my lips invitingly, yes our marriage is not the conventional one, but still, it's a marriage nonetheless, at the beginning, we used to go at it like wild cats, but now we are strangers with paper that said we are married. “ I don’t like the game you are playing tonight. Whatever is in your mind, let it out and get it over with,” he repeated with urgency. Pushing him off of me, I got off the bed. “I am not your wife?” I found myself asking him, I couldn't help it. “ AAAh damn woman, I’m tired of your annoying games, since when did you care whether or not we have s*x or not, “ he said with so much frustration that I thought the veins that showed up in his forehead would pop at any moment. Right, he is an impatient man, something that used to work well in our marriage but not right now; walking towards him, “Is that how you want to treat your wife on the night of our anniversary?” leaning on the dresser, I cross my arm under my breast and watching him trying to figure out what I'm up too. All I wanted to do was laugh in his face, but in this situation, I couldn’t laugh and had to keep a serious face. “ Want me to treat you like my wife every time this ridiculous time comes around? Then You should have acted like a goddamn wife,” he spat in my face. Taking a deep breath, I lean closer to him and say, “ I didn't have a husband for me to be a wife to” I know this argument is pointless, but I can't help but speak what's on my mind tonight, if making himself believing that I was a bad wife so he could sleep at night, so be it, I'm just not going to let him forget that he was as bad as I was in this so-called marriage. Pushing away from him, I went to one of the drawers. I pulled out an envelope that I’d been holding on to for the past few weeks, debating on whether or not I should give it to him, but two days ago someone made my decision very easy for me with the information that they couldn't help but share with me. Walking back to where he was standing, I handed the envelope to him. “This is your surprise,” I forced a big smile on my face. “Let's get a divorce” The minute those words came out of my mouth, I knew I was making the right decision. Before I could walk out of the room, he grabbed my wrist “ Is this more of your game?” Shaking my head, “No, I think it's time we go our separate ways, no more games, “ pulling my hand away from him. “ Is it money that you want? You, that’s not an issue for me if you want money” I walked out of the room without giving him a response.Semua orang menatap Rama secara bergantian dengan Arash, Kedua ayah dan anak itu memiliki wajah yang begitu tampan. Hanya saja Arash memiliki mata dan rambut berwarna putih. Itu membuatnya terlihat berbeda. "Arash, ternyata kamu tampan karena ayahmu," kata Jatiagung. "Nggak juga, ibunya juga cantik," sahut Rama dengan senyum ramah. Arash senang begitu mendengar ayahnya memuji ibunya, meski ia tidak bersama mereka. "Jadi bagaimana bisa kalian ada di sini?" tanya Rama akhirnya. Arash nampak kebingungan, apa ia harus bercerita dengan jujur kepada ayahnya itu? Jadi Arash menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Uhm, aku ke sini untuk mengendalikan Raja Iblis yang ada di dalam tubuhku," jelas Arash. Perkataan itu jelas mengubah ekspresi Rama, ia terlihat sedih. "Tapi ayah, aku sudah nggak marah kepadamu," kata Arash buru-buru. Rama kembali tersenyum, 'sudah nggak marah? Rupanya anakku sempat sakit hati atas keputusanku, maafkan aku Arash! Aku nggak layak menjadi ayahm
Setelah Arash mengatakan itu, Fatta dan Jatiagung berlari dengan cepat untuk menghadang Ketua Yohan dan Ketua Agung. "Arash, jangan tawar menawar dengan mereka. Mereka dari sekte kegelapan nggak bisa dipercaya," kata Jatiagung. "Arash, lukis ayahmu sekarang, biar paman yang hadapi mereka!" seru Fatta pula. "Cih, kalian pikir kalian mampu!" sahut Ketua Yohan. "Kita coba saja, jangan terlalu banyak omong!" sahut Jatiagung. Setelah itu keempat pria dewasa itu saling bertarung, Arash tidak boleh melewatkan kesempatan itu. Itu karena Raja Iblislah yang memintanya untuk segera melukis ayahnya Rama. (Arash, aku nggak suka ayahmu, tetapi saranku, hanya ayahmu yang bisa menghadapi manusia-manusia ini) Memangnya ayahku sehebat itu? Raja Iblis terkekeh saat itu, (kamu pikir siapa lagi yang punya ide untuk menyegel ku bahkan di tubuh anaknya sendiri, hanya ayahmu saja yang dengan cepat berpikir seperti itu) Karena itulah Arash mengambil keputusan itu, Arash mengeluarkan
"Masuklah gadis-gadis cantik!" seorang pria penjaga membuka pintu yang merupakan ruangan khusus ketua sekte kegelapan. Ruangan itu begitu besar dengan beragam sajian menarik dari surga dunia. Begitu memasuki ruangan itu, awalnya Arash mengira mereka akan menemui para pria tua, nyatanya mereka adalah pria yang nampak masih berumur sekitar diawal 40an. "Plak!" seseorang bahkan memukul pantat Arash, membuat Arash tersenyum mengerikan. Ia bahkan ingin segera melayangkan tinjunya saat ini juga, tetapi Anastasya segera memegang tangan Arash. Begitu pula dengan Mei Xue, ia juga menahan tangan Arash. Sudut bibir Arash terasa berkedut karena memaksakan senyum di wajahnya. "Wah para gadis telah datang," pria-pria itu bersorak dan meminta penjaga pintu untuk menutup pintu."Cepat menari sayang!""Goyangkan pantatmu cantik!" "Tap!" setelah pintu tertutup, Arash berjalan perlahan ke pintu. Disana penjaga pintu mengira Arash mencoba menggodanya, ia tersenyum dengan lidah menyapu bibirnya. Te
Arash menatap foto itu dan mulai menggambar, "Nona, dari mana kamu mendapatkan benda seperti ini? Bukankah ini foto?" tanya Arash. "Aku punya seorang teman wanita, dia melakukan perjalanan sendirian, ia sampai di tempat ini, kamu lihat pria ini? Dia adalah kakaknya," jelas Imelda. Arash mengangguk paham, "aku tanya satu hal lagi, apa dia mendapatkan ini dari masa depan?" tanya Arash. Karena benda berupa foto itu hanya bisa di dapatkan dengan kamera saja. "Kamu benar, darimana kamu tahu? Aku nggak tahu lebih tepatnya seperti apa, yang jelas temanku menggunakan barang yang belum pernah aku lihat," Imelda nampak bersemangat. Baju pengantin yang Imelda minta telah selesai dibuat, setelah Imelda mencobanya semua orang terpana melihat baju pengantin itu. Baju pengantin tradisional yang nampak indah di tubuh Imelda. "Nona Imelda, kamu cantik sekali." Perkataan Arash itu disetujui oleh semua orang, begitu pula dengan Norman. Setelah giliran Imelda, sekarang Arash juga menggambar b
Arash segera mengikuti Anastasya, ia begitu khawatir dengan keadaan teman-temannya. Jika apa yang Anastasya katakan benar, maka kemungkinan saat ini keadaan teman-temannya akan sulit. Mengingat begitu sulit mencari makanan di tempat ini. Arash dengan langkah yang terburu-buru mengikuti Anastasya dari belakang, tetapi betapa bingungnya Arash begitu mendapati teman-temannya malah makan dengan nikmat. Bahkan tidak terlihat kesulitan. "Ha! Apa yang baru saja aku khawatirkan?" gumam Arash kesal. "Arash! Akhirnya kamu keluar juga!" Fatta segera menghampiri Arash, begitu pula dengan Jatiagung dan Norman. Sedang Mei Xue segera berlari dan memeluk Arash, perasaan baru seminggu Arash berada di dalam gua. Mengapa mereka memperlakukan Arash seolah lama tak berjumpa. "Haish! Jangan memeluk seperti ini, sungguh memalukan." Arash berusaha melepaskan pelukan Mei Xue darinya, tetapi gadis muda itu masih mempererat pelukannya, ia menangis terisak di dalam pelukan Arash. Arash menatap F
Arash mengepalkan tangannya, ia merasa tak kuat dan ingin membuka matanya, ia ingin bertemu kedua orangtuanya. Hal yang wajar bukan? "Arash, mengapa kamu nggak membuka mata nak?" suara Rama lagi-lagi terdengar di telinga Arash. "Arash, maafkan ayah! Arash ...." Ketika Arash ingin membuka mata, kali ini suara Rama menghilang. Berganti dengan suara Fatta. "Arash, kamu mengapa ada di sini? Lama sekali paman menunggumu di luar!" "Arash apa yang kamu lakukan? Buka matamu, tempat ini aneh sekali! Arash!" "Astaga, ini yang nggak paman suka darimu! Kamu berbuat sesuka hatimu Arash!" "Arash, apa yang kamu tunggu, cepatlah kita pergi!" Kali ini Arash ingin membuka matanya, ingin memukul suara yang meniru suara Fatta. Haish! Arash benar-benar kesal, bahkan ketika ia mengomel seperti itu sangat mirip dengan pamannya. "Arash, cepatlah! Haish, karena inilah kedua orangtuamu meninggalkan kamu Arash, karena kamu sulit diatur!" Arash mengepalkan tangannya, saat ini rasanya ada kedut
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments