Langit sore memancarkan semburat jingga yang lembut, menyelimuti halaman rumah mereka dengan kehangatan. Aisyah duduk di beranda, memandangi tanaman hias yang baru saja ia rawat pagi tadi. Tangannya memegang cangkir teh hangat, tetapi pikirannya melayang jauh. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Sesuatu yang sulit ia ungkapkan, bahkan kepada dirinya sendiri.
Saat itu, suara langkah Farhan terdengar dari dalam rumah. Ia baru saja selesai mandi setelah pulang kerja. Dengan kaus oblong dan celana pendek, Farhan keluar ke beranda, membawa ponselnya. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di kursi di sebelah Aisyah sambil membuka layar ponsel.Aisyah melirik sekilas. Hatinya mengerut. Kenapa selalu begitu? pikirnya. Tidak ada sapaan lembut atau sekadar basa-basi. Semua terasa ... datar. Ia meneguk teh perlahan, mencoba meredam perasaan aneh yang berkecamuk di dadanya. Tapi, semakin ia berusaha, semakin terasa sesak."Mas," Aisyah akhirnya membuka suara, memecah ke