Dering ponsel Nio tiba-tiba memecah keheningan suasana di dalam ruang rawatnya. Nio menoleh pelan ke arah meja kecil di sebelah ranjang, tempat ponselnya tergeletak. Layar menyala menampilkan nama yang langsung membuat dadanya terasa berat, Nenek Lina.
Ruby yang duduk di sebelahnya ikut melirik. Tatapan mereka saling bertemu, dan Ruby mengangguk pelan, memberi isyarat agar Nio menjawab telepon itu.Dengan sedikit ragu, Nio menggeser layar ke kanan dan meletakkan ponsel di telinganya.“Halo, Nek.”“Nio, apa kau baik-baik saja?” suara Nenek Lina terdengar lembut, tapi penuh kekhawatiran.Nio menelan ludah, mencoba menstabilkan suaranya. “Iya, Nek. Aku baik-baik saja. Maaf ya, aku belum sempat datang ke rumah sakit. Pekerjaan benar-benar sedang padat.”Nenek Lina terdiam sejenak, lalu menghela napas pelan. “Tak apa, Nak. Nenek mengerti. Kau sekarang memang sedang punya tanggung jawab besar.”“Aku juga belum sempat kirim vo