Home / Romansa / Rahasia Hati Mafia Dingin / RHMD 32 Rasa yang Aneh

Share

RHMD 32 Rasa yang Aneh

Author: Ziya_Khan21
last update Last Updated: 2025-06-18 20:00:54

Ruby duduk kembali di sisi tempat tidur, tangannya kembali menggenggam tangan Nio. Dia menatapnya, suara lembut dan rendah.

“Aku telah gagal,” gumam Nio.

“Jangan bicara seperti itu,” sanggah Ruby cepat.

“Tapi itu kenyataannya.” Suara Nio mulai mengeras. “Aku punya kesempatan. Aku tahu ada sesuatu yang kotor, dan aku hampir bisa membongkarnya. Tapi lihat aku sekarang, terkapar di ranjang, tak bisa melakukan apa pun!”

Ruby menghela napas dalam, mencoba menahan emosinya sendiri. “Nio, kau tidak gagal. Kau sudah melakukan sejauh ini. Papaku pasti akan mengerti—”

“Bukan itu intinya, Ruby!” potong Nio dengan nada frustasi. “Kalau saja aku tidak terluka, kalau saja aku lebih cepat bertindak–”

“Berhenti,” potong Ruby, suaranya meninggi. “Kau tidak mendengarkan apa yang aku katakan. Kau keras kepala, dan sekarang kau hampir mati!”

Nio menatap Ruby dengan sorot mata yang penuh campuran emosi marah, bingung, dan sedikit terluka.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (20)
goodnovel comment avatar
babykiss
kayaknya hubungan kalian berkembang cepat sekarang udah kayak keluarga beneran
goodnovel comment avatar
Indri Irmayanti
keduanya benar-benar pribadi yang tangguh. sama-sama mmiliki kepribadian yang sama-sama petarung
goodnovel comment avatar
wieanton
keras kepala Krn salting tuh nio dpt perhatian dr Ruby jd gitu deh egois
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 220

    Setelah pertemuan selesai dan kliennya berpamitan, Nio tetap duduk sebentar di kursi, membiarkan pikirannya berkelana. Ia membayangkan senyumnya Ruby, tatapan matanya saat mencoba gaun pengantin di butik tadi siang. Ia ingin memberi Ruby sesuatu yang lebih dari sekadar perayaan. Ia ingin membuat momen yang hanya milik mereka, bukan sekadar formalitas hukum atau pesta besar yang penuh hiruk-pikuk.“Di mana, ya?” batinnya bertanya. “Pantai? Taman yang penuh bunga? Atau tempat yang dekat dengan hati Ruby?”***Nio kembali ke kantornya setelah pertemuan dengan klien. Sesampainya di ruangannya, ia melepas jas dan duduk di kursi kulit yang empuk, menatap sejenak keluar jendela. Matahari mulai condong ke barat, sinarnya menerobos kaca gedung tinggi itu dengan lembut. Jam di dinding menunjukkan pukul setengah lima sore, masih ada waktu sebelum jam kerja benar-benar usai.Nio meraih pena dan menunduk pada kalender meja yang tergeletak rapi di sudut meja ke

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 219

    Ruby melangkah kembali ke dalam gedung kantornya dengan langkah ringan. Setelah siang yang penuh kejutan di butik, ia masih merasakan sisa hangat kebahagiaan yang begitu nyata. Jemari tangannya sesekali menyentuh pipi sendiri, seakan tak percaya bahwa ia benar-benar baru saja mencoba gaun pengantin, gaun yang akan ia kenakan dalam sebuah hari yang kembali menjadi miliknya dan Nio.Setelah menekan tombol lift dan naik ke lantai tempat ruangannya berada, Ruby menghela napas panjang. Saat pintu terbuka, ia segera berbaur dengan kesibukan kantor yang kembali menyambutnya. Beberapa rekan kerja menyapa singkat, lalu berlalu dengan tumpukan berkas di tangan. Ruby masuk ke ruangannya, menutup pintu perlahan, dan kembali duduk di depan meja. Dokumen yang tadi ia tinggalkan masih menunggu. Senyum kecil masih menempel di wajahnya, meski kini ia berusaha memfokuskan diri pada pekerjaan.Tak lama, ponselnya bergetar. Nama Nio muncul di layar, membuat jantungnya berdebar seketika. Ruby segera menga

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 218

    “Tentu saja,” jawab Nio sambil tersenyum nakal, seolah menikmati kegugupan Ruby. “Aku akan menunggu, dan setiap gaun yang kau kenakan … aku akan jujur padamu.”Ruby mendengus kesal, meski wajahnya masih merah. “Kau selalu saja membuatku kalah.”Manajer butik lalu memanggil seorang asisten yang ramah untuk membantu Ruby ke ruang ganti. Ruby masuk dengan langkah pelan, sementara Nio duduk di sofa empuk butik, menunggu dengan sabar, meski jelas ada kilatan antusias di matanya.Gaun pertama yang dikenakan Ruby adalah model klasik dengan ekor panjang dan renda penuh. Saat ia keluar dari balik tirai, Nio langsung terdiam. Matanya berbinar, lalu berkata, “Kau terlihat seperti putri.”Ruby menahan senyum, pura-pura mengernyit. “Terlalu berlebihan, Nio. Aku bahkan kesulitan berjalan dengan ekornya.”Gaun kedua lebih modern, dengan potongan ramping dan detail manik-manik berkilau. Ruby merasa agak aneh memakainya, tapi begitu ia berdiri di depan Ni

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 217

    Pelayan mencatat pesanan dengan sopan, kemudian meninggalkan mereka berdua dengan segelas air putih yang sudah tersedia. Suasana hening sejenak, hanya diisi suara lembut musik klasik yang mengalun di latar belakang.Ruby menatap Nio sambil menyandarkan dagunya pada tangan. “Kau benar-benar serius soal perubahan namamu, ya?”Nio tersenyum tipis. “Tentu. Aku ingin semua orang mengenalku sebagai Nio Alenka. Nama itu bukan hanya milikku, tapi juga simbol dari kehidupan baru bersamamu.”Ruby tersentuh. Ia menunduk sejenak, lalu berbisik, “Aku tidak menyangka kita akan sampai sejauh ini. Ada masa ketika aku merasa segalanya akan runtuh… tapi kini aku duduk di sini bersamamu.”Nio mengulurkan tangan ke atas meja, meraih jemari Ruby dengan lembut. “Karena kita tidak pernah berhenti berusaha. Kau yang membuatku bertahan, Ruby.”Mata mereka saling bertemu, begitu dalam seakan waktu berhenti. Ruby hanya bisa tersenyum kecil, meski pipinya sedikit me

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 216

    Jam makan siang akhirnya tiba. Suasana kantor mulai lengang, sebagian karyawan beranjak keluar membawa tas kecil atau sekadar dompet di tangan. Derap sepatu dan suara pintu berderit memenuhi koridor.Nio, yang sejak pagi sibuk dengan dokumen-dokumen barunya, berdiri dari kursi. Matanya melirik jam dinding. “Sudah waktunya,” gumamnya kecil. Ia merapikan jas, lalu melangkah keluar dari ruangannya.Langkahnya membawanya menuju lantai tempat Ruby bekerja. Sepanjang perjalanan, ia sempat menerima sapaan sopan dari beberapa staf.Setibanya di depan pintu berlapis kayu dengan nama Ruby terukir elegan, Nio mengetuk pelan. Tiga ketukan terdengar jelas di dalam ruangan.“Masuk,” terdengar suara Ruby dari balik pintu.Nio mendorong pintu perlahan. Pandangan pertamanya langsung jatuh pada Ruby yang tengah duduk rapi di balik meja kerjanya. Rambutnya terurai lembut, cahaya lampu ruangan jatuh ke wajahnya yang serius menatap dokumen. Pulpen masih berada di tangannya, sementara layar laptop menampil

  • Rahasia Hati Mafia Dingin   RHMD 215

    Mereka pun duduk berhadapan di meja makan. Ruby menuangkan jus ke gelas, sementara Nio langsung meraih roti panggang. “Hmm, enak sekali. Aku kangen masakanmu.”Ruby mengangkat alis. “Padahal aku hanya bikin sarapan sederhana.”“Tetap saja, kalau dari tanganmu, selalu terasa istimewa.” Nio menatapnya penuh arti, membuat Ruby hanya bisa tersenyum malu-malu.Mereka menghabiskan sarapan dengan obrolan ringan, sesekali bercanda. Sesudahnya, Ruby segera membereskan meja, sementara Nio bersiap mengambil kunci mobil. Meski liburan singkat mereka sudah selesai, kehangatan yang tersisa membuat rumah kecil itu terasa penuh cinta.*** Mobil yang mereka kendarai akhirnya berhenti di depan gedung kantor yang menjulang gagah. Ruby dan Nio turun bersamaan, langkah mereka seirama hingga masuk ke dalam lobi yang luas dan elegan.Lift membawa mereka naik, sunyi hanya diisi dentingan angka digital yang berganti setiap lantai. Ruby menatap suaminya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status