Ruby mendesah, menatap langit-langit seolah meminta bantuan dari atap ruangan. “Kau ini... dasar menyebalkan.”
Namun, ada tawa kecil di balik kalimatnya.Setelah beberapa saat, Ruby bangkit dari kursinya, berjalan pelan ke arah jendela kamar rumah sakit. Matanya menatap langit yang mulai berubah warna, jingga lembut menyapu langit biru di ufuk barat. Sore menjelang.“Aku akan tinggal di sini sampai malam,” katanya tanpa menoleh. “Setidaknya sampai kau tertidur.”Nio mengamati punggung Ruby dalam diam. Ada keteguhan yang tak terlihat dari sudut wajahnya. Wanita itu mungkin tak pernah secara terang-terangan menyatakan kekhawatirannya, tapi setiap gerakan, setiap kalimat yang diucapkannya, menunjukkan semuanya.“Aku tidak akan kabur, kau tahu,” ujar Nio mencoba berseloroh.Ruby menoleh setengah, tersenyum singkat. “Aku tahu. Tapi aku tetap ingin di sini.”Nio memandangi selimut yang menyelimuti tubuhnya. Luka di kepalanya m