Nenek masuk ke kamar tamu dengan mengendap-endap, memanfaatkan waktu saat semua orang sedang sibuk makan di dapur. Menutup pintu dengan hati-hati, agar tak menimbulkan suara, hingga Miranti memergoki mereka.
Wanita itu membawa makanan yang sudah dibuatnya subuh tadi, untuk puteranya. Karena pagi ini mereka berniat untuk tidak datang ke meja makan.
"Huft. Apa harus begini, Nek?" tanya Pramana bimbang.
"Heem." Nenek mengangguk. "Apa kamu mau tinggal di kantor saja? Atau menyewa rumah dekat kantor?" tanya Ibu Pramana itu penuh pertimbangan.
Lagi, Pramana mendesah panjang. Ia merasa lelah jika harus menghindari istrinya sendiri. Kalau saja boleh, sedari semalam pria paruh baya itu ingin memperjelas semuanya dengan bicara. Hingga ia tahu apa yang sebenarnya terjadi?
Namun, sakit yang ia miliki memaksanya menghindar dan menjauhi Miranti, sebagai sumber penyakit baginya sekarang. Hal itu sejalan dengan yang ibunya katakan. Bahwa, ia harus menjauhi sumber