Aku kaget, "yang berhak mengundang Pak Edward aku, bukan kamu Mas! Ini perusahaan milik orang tuaku!"
Mas Bram memandangku tajam, ia tak mau kalah dan mengatakan kalau dirinya suamiku, ia mempunyai hak juga mengurus perusahaan.
"Ingat Kinan, dua belas tahun aku juga ikut andil membesarkan perusahaan Papamu sewaktu perusahaan itu hendak gulung tikar."
Terjadilah perang mulut, antara aku dan Mas Bram saling tak mau mengalah. Aku tetap kokoh mempertahankan perusahaanku. Sedangkan Mas Bram merasa punya hak sebab dulu ia pernah punya andil membesarkan perusahaan itu waktu perusahaan dalam keadaan terpuruk.
Aku tak bisa membendung emosiku. Hingga kubongkar perselingkuhan itu.
"Aku tau, kamu bersikeras ingin memiliki perusahaan itu sebab kau ingin membahagiakan Neni!" Jelasku dengan suara keras yang membuat Mas Bram kaget.
Aku berdiri dan meninggalkan ruang makan. Aku tak peduli Mas Bram yang bengong menatapku keluar dari ruang makan.
Aku mengambil langkah seribu masuk ke dalam kamark