Chapter: Bab 48 Akur. Aku diam keremas-remas jariku sendiri. Aku tak berani menatap Alliandro. Dalam hatiku aku menyesal sudah menampar wajah All. "Maafkan aku!" lirihku. "Tapi maaf aku ingin menenangkan pikiranku dulu. All melepas tanganku dan membiarkan aku berjalan menaiki anak tangga menuju kamarku. "Kinan ...! Aku tau kau hendak menenangkan hatimu kan? Mana bisa kau tenang sedang masalahmu dengan aku belum selesai!" teriak Alliandro saat aku masih berada di anak tangga.Aku menghentikan langkahku dalam hatiku aku membenarkan ucapan All. Sebab yang jadi biang kerok tak tenangnya hatiku juga All."Kamu jangan bohongi dirimu sendiri Kinan?" Aku membalikkan tubuhku, menatap Alliandro dari anak tangga. "Trus maumu apa All? Mau menyakiti aku lagi di depan Clara kekasihmu? Kalau kau tak mengundangku? Kalau kau tak mengenalku? Aku di depan temanku karyawanku selalu menghargai kamu?" Alliandro menggelengkan kepalanya sendiri. "Aku sudah minta maaf Kinan? Aku sudah minta maaf sama kamu!" "Ya, aku sudah me
Last Updated: 2025-08-06
 Chapter: Bab 47 pertengkaran. Aku terpaku saat melihat seorang laki-laki berdiri di depan pintu ruanganku. "Kau lagi? Kenapa? Aku sudah bilang berkali kali kalau aku hari ini tidak mengundang tamu!" Alliandro diam sesaat,  memandangku tajam. "Aku hanya menyampaikan kalau Lola sudah bebas!" Aku bengong mendengar ucapan All. Apalagi Alliandro langsung membalikkan tubuhnya dan  melangkah pergi. "Jadi All datang ke sini hanya ingin menyampaikan itu? Ahh masa bodoh biar saja dia pergi." Aku kembali duduk dengan meraih ponselku. Aku segera menghubungi pihak kepolisian untuk memastikan apakah Lola bebas. "Ya, Nyonya. Ada seseorang yang mengeluarkan Lola." ucap petugas kepolisian dalam ponsel. "Siapa?" tanyaku dengan tubuh gemetar. "Tuan Bramasta!" Aku diam sesaat.  "Ya sudah saya akan segera ke sana!" Aku tutup pembicaraanku dengan pihak kepolisian Tanpa pikir panjang ku raih telpon selulerku. Untuk menghubungi managerku Iwan. "Pak, cepat tolong ke sini,  ke ruanganku!" Hanya butuh waktu lima menit, Iwan suda
Last Updated: 2025-08-04
 Chapter: Bab 46 Tamu ke dua.Aku segera menempelkan ponselku ke telingaku. Namun aku sama sekali tak mengucapkan salam untuk All terlebih dulu. Entah aku merasa neg dan muak. Ingin rasanya ponselku ku banting biar tak mendengar suaranya. "Halo Kinan ... Kamu ada di rumah?" ucap All dalam telpon. Aku tak menjawab ucapan All. Aku tetap diam, hingga ia mengulangi lagi pertanyaannya. Dan aku mulai menjawab dengan nada cuek.  "Maaf, aku tak ingin di ganggu. Aku mau istirahat." Dengan cepat ku tutup ponselku.  Baru saja aku meraih piring yang berisi nasi. Terdengar lagi suara ponselku berdering. Dalam layar ponsel tetap nama All yang tertera. Aku membiarkan ponsrl itu berdering sampai selesai.  "Mbak, kenapa ponselnya tak diangkat. Mungkin ada hal penting ?" tanya Bibik yang aku jawab dengan santai sambil memasukkan makanan ke dalam mulut. "Malam-malam Bik, malas untuk meladeni telpon. Dah Bik, kalau Bibik Mar mengantuk. Bibik istirahat saja, Besok Bibik kan harus bangun pagi."  "Ya Mbak, saya ke kamar dulu ya!" 
Last Updated: 2025-08-02
 Chapter: Bab 45 kecewa berat.Mobil yang aku tumpangi bersama Ardan masuk  area parkir kantor Alliandro. Dalam hitungan menit aku sudah sampai di Loby kantor Alliandro. "Ya tunggu Nona!" ucap seorang resepsionis kantor. Aku pun duduk menunggu keputusan sang resepsionis. Apakah aku di perbolehkan masuk atau tidak. Aku menyadari kalau toh tak boleh aku harus menerimanya sebab aku tak ada jadwal janji dengan AlliandroDisamping itu aku juga tak menghubungi Alliandro."Nona, maaf Tuan Alliandro sepertinya belum datang. Sebab saya hubungi tidak bisa. Kalau memang Nona sangat penting tunggu saja di sini, mungkin sebentar lagi datang." Aku menatap jam yang melingkar di tanganku. Aku mengernyitkan keningku menatap resepsionis yang ada didepanku."Sudah jam satu lebih Nona, berarti Tuan Alliandro tak ada di kantor." ucapku membalikkan tubuhku untuk kembali pulang. "Ooh ya, mungkin Nona ada pesan? Boleh saya ingin tau nama Nona? Nanti saya sampaikan sama T
Last Updated: 2025-07-31
 Chapter: Bab 44 Clara marah. "Neni ...!" teriak Bram dengan panik. Ia dengan cepat mengangkat tubuh Neni dan membaringkannya di atas sofa. Ia segera berlari ke kotak obat, dan mengobatinya kening Neni untuk sementara agar darahnya berhenti keluar dengan meneteskan betandin pada luka Neni.   "Lukanya nggak parah, mungkin ia hanya pingsan sandiwara!" pikir Bram dengan duduk kembali di atas sofa dekat Neni berbaring. Ia menunggu Neni siuman untuk beberapa saat.   Sepintas ia memandang Neni yang matanya masih belum terbuka. Ia kembali menatap langit-langit kamar, pikirannya kembali menerawang jauh tentang tertangkapnya Lola dan dijebloskan ke dalam penjara.   "kok bisa dia tertangkap, ceroboh benar Lola. Dia pasti sudah bernyanyi di depan polisi dan mengaku tentang persekongkolan denganku, aku harus pergi?"   Bram merogoh sakunya dan mengeluarkan ponselnya.   "Halo Bibi Pur, cepat ke sini! Aku ada di ruang rapat," suara Bram dalam telpon menghubungi Bibi Pur yang bekerja sebagai pembantu dapur di markas.  "Baik 
Last Updated: 2025-07-29
 Chapter: Bab 43 Lola tertangkap.Aku geram mendengar cerita Selvi. Tapi aku yakin memang Selvi tidak bohong. Namun aku tak semudah itu melepas Selvi tanpa hukuman.   "Trus kamu semalam tidur bersama Tuan All?" tanyaku menyelidik.  Selvi tampak kaget. Ia memandangku, "Sebejat- bejat diriku aku tak akan mau merebut pacar temanku. Tanyakan sendiri pada Tuan All!"   Aku diam, aku percaya ucapan Selvi kali ini tidak bohong. All tak mungkin melakukan hal sebejat itu.   "Bagaimana kau percaya kan sama aku? Sekarang lepaskan tali ini. Dan untuk yang seterusnya aku akan bantu Kamu. Mengungkap pembunuhan orang tua kamu dan anak kamu. Tapi tolong lindungi keluargaku."   Aku manggut-manggut. Aku segera mengambil ponselku dan membatalkan pihak kepolisian. Beruntung pihak Kepolisian sangat pro sama aku. Jadi dengan mudah membatalkan sesuatu.   "Ya, akan aku lepas kamu!" Aku melangkah mendekati tempat duduk Selvi.   "Jangan dilepas, dia pengkhianat yang bersekongkol dengan Bram!" Terdengar suara dari pintu ruang makan.   Aku
Last Updated: 2025-07-26
 
Budak Nafsu Big Boss
Anjani Aswari, baru bekerja menjadi baby suster di rumah pasangan muda Barata dan Ayudya. Ia mengalami dilema yang cukup berat, ia harus mencari uang secepatnya untuk biaya operasi ibunya yang sangat mendadak. 
Barata Yudha majikan laki-lakinya mengetahui masalah yang sedang dihadapi Anjani. Ia menawarkan sejumlah uang dengan syarat Anjani harus menemani tidur dalam waktu semalam. 
Anjani yang sudah tak bisa berfikir lagi. menerima tantangan  Barata. Anjani menyerahkan kesuciannya pada Barata. 
Anjani berjanji, cukup sekali saja melakukannya, kalau bukan karena uang untuk operasi ibunya, ia tak bakal melakukan semua ini. Namun Barata merasa ketagihan dan ingin selalu mengulangi dengan memaksa Anjani untuk melayani nafsu bejatnya dengan iming-iming uang. Serta mengancam Anjani jika Anjani menolaknya. Ia akan membunuh Anjani. 
Anjani tak bisa berbuat apa-apa, ia terpaksa pasrah dijadikan budak nafsu Barata. Bahkan Barata  menggunakan kesempatan itu, untuk menguntungkan dirinya sendiri dengan menjual tubuh Anjani ke rekan bisnisnya, dengan imbalan memperlancar bisnisnya agar transaksi perusahaan Barata goal.
Dan Anjani pun hamil. 
Nah, bayi siapakah yang ada dalam kandungan Anjani? Apakah Barata mau bertanggung jawab? 
Baca kisah selanjutnya. 
Read
Chapter: Bab 79 tak nyaman. "Nyonya?" ucap tante Rita lirih dengan memandang pak Sastro dan Anjani secara bergantian. "udah Mbak, ajak Ain kesini," sela Arini. "Ya Anjani, suruh suster Mery sama Ain ke sini?" ungkap bu Ayu. "Tapi Nyonya, Ain tak mau diajak suster ke sini, maunya sama Nyonya," sela Romi. Anjani mengangguk, dengan cepat Anjani melangkah keluar kantin. "Dia bangun tidur, jadi rewel," ungkap Arini yang dibarengi berdirinya Irfan hendak menyusul Anjani. "Sudah Ma, ayok silahkan makan dulu, biasa anak kecil rewel. Jangan di buat ribut." Bu Ayu berdiri menghampiri tante Rita dan pak Sastro untuk mengajak mengambil makanan terlebih dahulu.Tante Rita berdiri di ikuti pak Sastro untuk mengambil hidangan prasmanan yang sudah disajikan. Ia mendekati bu Ayu sambil berbisik. "Memang kerja suami Mbak Anjani itu apa sih Bu?" Bu Ayu tersenyum, "pengusaha jeng, kemarin bilang kalau suaminya punya perusahaan, tapi saya juga nggak tau persisnya bekerja apa, nikah saja saya nggak di kabari. Itu yang membuat
Last Updated: 2024-08-29
 Chapter: Bab 78 Anjani tak dianggapHari yang indah untuk keluarga bu Ayu,  dengan berakhirnya kelulusan Arini, Sarjana Ekonomi di sandang Arini. Ucapan selamat untuk Arini berdatangan, di loby gedung kampus tempat acara wisuda Arini. Anjani yang diam berdiri di dekat kerumunan teman-teman Arini, menatap adiknya yang tersirat aura kebahagiaan. Ia hanya bisa memandang kebahagiaan adiknya. Tanpa harus ikut dalam jepretan fto- fto yang akan di abadikan. Arini juga tampak cuek dengan Anjani, ia sibuk berfto-fto ria dengan teman- temannya. Bahkan dengan keluarga Galang calon suami Arini yang hari ini juga ikut moment wisuda Arini. Bu Ayu tampak tersenyum bangga, sesekali berbicara pada orang tua teman Arini dan orang tua Galang, yang kebetulan berdiri di dekat bu Ayu."Ayo ganti fto keluarga tante Rita," ucap Arini memanggil nama orang tua Galang dengan sebutan tante Rita. Entah pemandangan itu membuat Anjani bukannya bahagia, ia malah sedih. Sedikitpun tak tersentuh panggilan Arini pada dirinya, apa memang lupa atau mal
Last Updated: 2024-08-24
 Chapter: Bab 77 bu Ayu marah. Anjani ragu, ketika menginjakkan kakinya ke kampung halaman. Dan tentu keluarganya akan menanyakan siapa Airin. Sebegitu cepat Anjani mempunyai anak, dan kenapa menikah tanpa kabar- kabar  keluarga di kampung. Namun Suster Mery yang sudah di gembleng lebih dahulu oleh Anjani tentang nama Anjani yang berganti Lolita, Anjani mengatakan kalau itu nama panggilan kesayangan Abilawa pada dirinya. Suster Mery menuruti apa yang dikatakan Anjani. Ia tak mau tau dengan hal itu. Yang di utamakan suster Mery bekerja dan bekerja. Seandainya bos nya meminta suster Mery harus melakukan ini itu, kalau demi kebaikan ya tentu menuruti. "Duh anak Mbak, cantik," ungkap Arini yang gemas dengan mentowel pipi Ain. "Ikut tante yok? Ajak Arini dengan menjulurkan tangannya ke arah Ain,  yang tengah duduk di pangkuan bu Ayu dengan memainkan layar ponsel. Biasa anak jaman sekarang anteng bila di beri mainan ponsel. Tapi Anjani maupun suster Mery selalu membatasi, hanya jam tertentu Ain diperbolehkan main Pons
Last Updated: 2024-08-22
 Chapter: Bab 76  Grace di usir. Anjani punya masukan lagi dari bibi Narti sebagai bahan bukti kalau Grace benar- benar memasukkan Faizal ke dalam kamar. Anjani harus mempertahankan kebenaran. Urusan Abilawa membeliksn mobil Grace itu urusan lain. Bagaimanapun Grace adalah anak sambung. Tapi Anjani juga tak mau Abilawa di peras hartanya oleh manusia manusia picik seperti Istri-istri Abilawa. Ia hanya butuh harta Abilawa tapi tak mencintainya. Bahkan Anjani juga mendengar cerita dari bibi Narti, kalau Lidya atau Dewi sering memasukkan laki laki lain di rumahnya jika Abilawa sedang luar kota. Cerita itu didapat bibi Narti dari teman kampungnya yang bekerja sebagai pembantu di rumah Lidya. Tapi untuk masalah itu, Anjani tak mau mengurusinya, itu pribadi mereka.***Tiga hari Anjani belajar di kantor Abilawa, ia begitu bersemangat. Niat untuk belajar ada dan tak sedikitpun mempunyai keinginan menguasai perusahaan apabila Anjani sudah pinter. Ilmu buat Anjani segala-galanya, dan tiba waktunya Anjani harus libur sementar
Last Updated: 2024-08-20
 Chapter: Bab 75 Kebohongan Grace. Anjani panik, berjalan kesana kemari, mencari keberadaan Denis. Namun ia tak menemukan Denis ada di ruangan. Perlahan Anjani melangkah mendekati kamar Grace. Ia ingin tau apakah laki- laki bernama Faizal ada di dalam kamar Grace. Kalau memang ada di kamar Grace, bagaimana jika terjadi sesuatu. Mereka bukan suami istri, Grace masih status pelajar dan sudah dewasa, dikamar berdua lain jenis apa yang bakal dilakukan kalau bukan hal semacam itu. Anjani berdiri diam di depan pintu kamar Grace, ia mengangkat tangannya, dan menempelkan ke pintu kamar Grace, hendak mengetuk, namun tiba- tiba niatnya terhenti, ia takut jika Grace benar-benar ada di kamar berduaan dengan Faizal. "Ma ...!" suara dari belakang mengagetkan Anjani. Anjani menoleh ke belakang dengan gugup ia menyapa. "Ohh ... Papa ... Anu  eh, aku ingin menemui Grace tapi takut mengganggu sebab baru saja dia pulang sekolah. Tanpa basa-basi Abilawa langsung mendekati pintu kamar Grace. Melihat hal itu Anjani bingung ia hendak me
Last Updated: 2024-08-19
 Chapter: Bab 74. Grace bersama laki- laki. Anjani diam menatap Grace yang bertingkah tak sopan. Tanpa bicara sedikitpun Anjani nemunguti dua lembar uang di lantai. Ia tak ambil pusing dengan ejekan Grace. "Uhh, ternyata di ambil juga tuh uang, dasar kere, kampungan." Grace meninggal kan Anjani yang menyayangkan uang dua ratus ribu fi buang begitu saja, ingat jaman masih di kampung uang segitu begitu banyak. Jangankan uang dua ratus ribu. Uang seribu saja susah untuk mendapatkannya. Anjani membiarkan Grace meninggalkan dirinya, namun dalam hati Anjani tak tega juga, ia berpikir bagaimana nanti kalau Grace di luar tak punya uang. Ia diam sejenak sembari berpikir bagaimana mendapatkan  uang untuk Grace, ia harus keluar dulu ke ATM. Anjani  kembali masuk kamar, mengambil dompet yang berisi ATM. Ia melangkah keluar hendak menyuruh Romi mengantar ke depan. Bari saja kaki. Anjani menginginjakkan ruang tamu. Ia melihat Grace duduk di ruang tamu dengan seorang laki-laki. Yang usianya lebih tua dari Grace. Anjani menghentikan langk
Last Updated: 2024-08-16