
Dijebak Menjadi Istri Kedua CEO
Kasih Sukma Ayu, seorang sekretaris berdedikasi, tak pernah menyangka hidupnya akan hancur dalam sekejap. Sebuah jebakan kejam membuatnya terpaksa menikah dengan Eric Wijaya, CEO muda yang dingin. Semua berawal dari istrinya, Cintya—seorang model terkenal yang enggan hamil demi kariernya. Dengan licik, Cintya menjebak Kasih dan Eric, lalu memaksa Kasih dan mengancamnya agar mau menikahi suaminya dan melahirkan anak untuk suaminya.
Dengan terpkasa Kasih menerima tawaran Cintya. Hari-hari Kasih pun berubah menjadi mimpi buruk. Ia harus menghadapi sikap dingin Eric serta teror Cintya yang ingin menyingkirkannya. Ketika Kasih mengetahui dirinya mengandung, ia memilih bertahan demi anaknya, meskipun Eric menuduhnya sebagai manipulatif. Namun, ketulusan Kasih perlahan meruntuhkan tembok hati Eric, membuatnya mulai melihat Kasih dengan cara berbeda.
Cintya, yang merasa terancam, berencana menculik bayi Kasih dan menyingkirkannya selamanya. Namun, Kasih berhasil melarikan diri, meninggalkan segalanya demi keselamatan anaknya. Eric yang kehilangan mereka hidup dalam penyesalan dan menghabiskan dua tahun mencari keberadaan Kasih.
Ketika takdir mempertemukan mereka kembali, akankah Kasih menerima Eric yang kini menyesali segalanya? Atau luka masa lalu terlalu dalam untuk dimaafkan?
Read
Chapter: Bab 5Beberapa jam kemudian, Kasih terbangun dengan kepala berat, seolah habis dihantam kenyataan. Ia meringis pelan, menekan pelipis yang berdenyut nyeri. Saat menoleh ke samping, tubuhnya membeku. Eric tertidur tengkurap, sepenuhnya telanjang, hanya selimut yang menutupi sebagian pinggangnya.Sesak. Dadanya seperti dihimpit beban yang tak kasat mata. Ia menarik napas panjang, mencoba menelan rasa getir yang menyeruak tanpa permisi. Perlahan, ia bangkit dari ranjang, mengumpulkan sisa-sisa harga diri yang tercecer. Ia mengambil pakaiannya, lalu berjalan ke kamar mandi.Air dingin mengguyur tubuhnya, tapi tak satu tetes pun sanggup menghapus luka yang mengendap dalam jiwa.Setelah berganti pakaian, Kasih keluar dari kamar dengan langkah ragu. Tapi langkahnya terhenti seketika di ambang pintu. Cintya berdiri di sana, melangkah mendekat dengan anggun dan sikap superior, seperti ratu yang hendak menjatuhkan vonis pada budaknya.Tatapan matanya menyapu Kasih dari ujung kepala hingga kaki, penuh
Last Updated: 2025-03-01
Chapter: Bab 4Jam tujuh malam, setelah makan malam, Kasih masuk ke kamarnya. Tubuhnya lelah, pikirannya kacau setelah seharian menghadapi sikap Eric yang dingin dan menyebalkan. Ia baru saja ingin mengistirahatkan diri ketika ketukan terdengar di pintu.Dengan enggan Kasih membuka pintu alisnya berkerut. Di sana berdiri Cintya, anggun dalam balutan gaun satin abu-abu keperakan, dengan rambut disanggul rapi dan perhiasan yang memantulkan cahaya lembut lampu koridor. Di sampingnya, berdiri seorang pelayan membawa secangkir teh manis di atas nampan porselen.Senyum tipis terukir di bibir Cintya. Namun sorot matanya tajam, memindai wajah Kasih seperti sedang membaca buku terbuka.“Aku tahu hari ini cukup melelahkan untukmu, kupikir secangkir teh akan membantu menenangkanmu,” ucapnya dengan nada datar yang dibalut kelembutan palsu.”Kasih menatap teh itu dengan keraguan. Sesuatu terasa tidak beres, tapi wajah Cintya tak memberi ruang untuk kecurigaan. Terlalu tenang. Terlalu terlatih.“Maaf, saya tidak
Last Updated: 2025-03-01
Chapter: Bab 3Setibanya di kantor, suasana langsung berubah tegang. Kasih berusaha berjalan tegak, tapi tatapan dingin Eric yang menusuk dari belakang membuat langkahnya terasa berat, seperti menembus kabut es yang pekat.Eric melangkah lurus tanpa sedikit pun menoleh padanya, seolah keberadaan Kasih tak lebih dari bayangan tak penting yang menempel di dinding.Begitu mereka memasuki ruang rapat, semua mata langsung tertuju. Para eksekutif yang sudah menunggu menatap mereka, sebagian dengan rasa ingin tahu, sebagian lagi dengan sikap mencemooh yang terselubung.Eric duduk di kursinya tanpa basa-basi, lalu menatap Kasih dengan tatapan tajam seperti pisau."Duduk di sana. Jangan buat masalah," ucapnya dingin.Kasih mengepalkan tangan di samping tubuhnya, menahan bara amarah yang mulai menyala di dada. Tapi dia tetap melangkah dan duduk di kursi yang ditunjuk.Rapat dimulai. Suara Eric mendominasi, tegas dan berwibawa. Setiap katanya seperti titah yang tak bisa dibantah. Semua orang mendengarkan denga
Last Updated: 2025-03-01
Chapter: Bab 2Pagi hari, di ruang makan yang mewah, aroma kopi dan roti panggang memenuhi udara. Namun, suasana di meja makan jauh dari kehangatan. Kasih duduk dengan tegang, sendok di tangannya sedikit gemetar. Di hadapannya, Cintya menatap dengan senyum penuh kemenangan, sementara Eric duduk di kepala meja, diam seperti biasa, tetapi sorot matanya dingin dan gelap.Cintya memainkan sendoknya sebelum berkata dengan nada santai namun tajam, "Kasih, kau ingat tujuanmu di rumah ini, kan?"Kasih tidak menjawab. Matanya menatap penuh kewaspadaan. Cintya menyeringai, lalu melanjutkan dengan suara lebih rendah namun beracun, "Kau bukan hanya istri kedua. Kau di sini untuk melahirkan keturunan Eric.”Darah Kasih berdesir. Kata-kata itu menusuknya dalam. Ia ingin membantah, tetapi bibirnya terasa kelu.Eric akhirnya berbicara, suaranya dingin, "Cintya, jangan mulai lagi."Cintya menoleh ke suaminya, ekspresinya Tak berubah sedikit pun. "Aku hanya mengingatkannya, Sayang. Orang tuamu menginginkan keturunan
Last Updated: 2025-03-01
Chapter: Bab 1Kasih mengerjapkan matanya, tubuhnya terasa lemas dan kepalanya berat seakan dipukul benda tumpul. Seluruh tubuhnya terasa tak berdaya. Saat pandangannya mulai jelas, dadanya bergemuruh melihat dirinya tak mengenakan apa pun selain selimut yang melilit tubuhnya. Ketakutan menjalar seketika, menyusup ke setiap pori-porinya."Apa yang terjadi?!" bisiknya panik, dadanya naik turun karena nafas yang memburu.Di sampingnya, Eric juga terbangun. Ia mengerutkan kening, kepalanya terasa berat. Pandangannya mengabur sesaat sebelum akhirnya menyadari situasi mereka. Mata tajamnya menyapu ruangan, kemudian beralih ke Kasih yang membeku di tempat tidur."Sial! Kenapa kita…"“BRAK!”Pintu kamar terbanting keras, menghantam dinding hingga menimbulkan bunyi yang menggema di seluruh ruangan. Udara seketika terasa menegang, seolah-olah waktu membeku sejenak.Eric dan Kasih terlonjak, tubuh mereka menegang dalam keterkejutan. Serentak, kepala mereka menoleh ke arah pintu.Di ambang pintu, Cintya berdir
Last Updated: 2025-03-01