
Teman Istriku,Kekasihku
Ardi, pria mapan berusia pertengahan tiga puluhan, menjalani rumah tangga yang terlihat stabil bersama Nisa, istrinya. Namun kesehariannya di kantor berubah saat ia bertemu dengan karyawan baru yang tak lain adalah Rani—sahabat lama Nisa.
Awalnya, pertemuan itu terasa biasa. Rani ramah, profesional, dan cepat beradaptasi. Tapi kedekatan kerja yang intens, lembur bersama, hingga percakapan-percakapan personal membuat Ardi merasakan sesuatu yang berbeda. Kehangatan Rani mengisi ruang kosong yang tak pernah berani ia ungkapkan kepada Nisa.
Dilema pun muncul: Rani bukan hanya rekan kerja, tapi juga bagian dari lingkaran terdekat rumah tangganya. Di antara rapat, makan siang kantor, dan tatapan-tatapan yang tak terucap, Ardi harus memilih—menjaga kesetiaan pada istrinya, atau menyerah pada godaan yang bisa menghancurkan segalanya.
Sementara itu, Rani menyimpan alasan tersembunyi mengapa ia kembali muncul dalam kehidupan Nisa dan Ardi. Alasan yang bisa menjadi jembatan… atau justru bara yang membakar habis persahabatan dan pernikahan.
Read
Chapter: Hari pernikahanLangit pagi itu berwarna keemasan. Suara burung bercampur dengan aroma kopi dari dapur rumah Ardi. Meja makan dipenuhi map, daftar tamu, dan undangan yang sudah siap dibagikan.Nisa sibuk memeriksa vendor lewat telepon. “Halo, iya Mbak, tolong pastikan dekorasi di ruang tengah pakai nuansa putih gading, ya, bukan krem tua. Aku udah kirim referensinya kemarin sore.”Ardi hanya duduk di meja, menatap kosong ke arah jendela. Matanya lelah, pikirannya melayang entah ke mana.“Sayang, lo dengerin gue nggak?” tegur Nisa sambil menutup telepon.Ardi tersadar. “Hm? Iya, sorry. Gue lagi mikirin rundown aja.”Nisa mendesah kecil tapi tersenyum. “Tenang, semuanya udah gue handle. Lo tinggal fokus ke hari H. Aku pengen semuanya sempurna.”Ardi mengangguk, lalu berdiri untuk mengambil map yang tergeletak di atas lemari. Saat membuka laci bawah, tangannya tanpa sengaja menyenggol sesuatu—sebuah amplop usang berwarna cokelat muda, terselip di antara tumpukan buku catatan kuliah.Ia menatapnya lama.
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: WisudaHari itu, aula kampus penuh oleh warna. Toga, bunga, tawa, dan kilatan kamera bercampur jadi satu. Musik wisuda mengalun lembut, menciptakan suasana yang hampir sempurna—nyaris seperti bab akhir dari perjuangan panjang.Rani berdiri di antara barisan wisudawan, tersenyum ke arah orang tuanya yang duduk di barisan tamu. Ia merasa lega. Semua kerja keras, begadang, dan tumpukan tugas akhirnya terbayar.Di sebelahnya, Nisa tidak berhenti berceloteh.“Ran, sumpah ya, toga ini bikin gue berasa kayak penyihir. Tinggal bawa tongkat, gue siap buka Hogwarts cabang Bekasi.”Rani tertawa kecil. “Yang ada lo ngelindes kucing, Nis.”“Eh, jangan jahat lo. Nih lihat Ardi, toga-nya aja rapi banget. Cowok kayak gitu mah susah dicari. Kalau bukan temen gue, udah gue rebut, sumpah.”Ardi yang berdiri beberapa langkah di depan mereka menoleh sambil tertawa. “Kalian berdua ribut mulu dari semester satu sampai sekarang, nggak berubah.”“Ya kalau nggak ada kita, wisuda ini kaku, Di!” sahut Nisa sambil menun
Last Updated: 2025-10-24
Chapter: TunanganHujan baru saja berhenti sore itu, meninggalkan udara dingin dan aroma tanah basah yang lembap di sekitar gedung pascasarjana. Mahasiswa-mahasiswa baru berdatangan, sebagian sibuk mencari kelas, sebagian lagi duduk di tangga sambil menyeruput kopi.Rani berjalan cepat sambil merapikan tote bag-nya. Ia baru saja pindah ke kota itu untuk melanjutkan studi S2 setelah dua tahun bekerja. Rasanya campur aduk—deg-degan, gugup, dan sedikit semangat.“Semester baru, hidup baru,” gumamnya sambil tersenyum kecil.Di dalam kelas, dosen baru sedang mempersilakan mahasiswa memperkenalkan diri satu per satu. Saat giliran Rani tiba, ia berdiri dengan tenang.“Halo, saya Rani Putri, latar belakang saya dari bidang manajemen proyek. Saya tertarik melanjutkan studi ini untuk mendalami strategi pengembangan bisnis berkelanjutan.”“Bagus sekali, Rani,” ujar dosen. “Silakan duduk.”Belum sempat ia menarik kursi, seseorang masuk ke ruangan.“Permisi, Pak. Maaf agak terlambat. Jalanan macet banget.”Rani men
Last Updated: 2025-10-19
Chapter: Jejak yang hilang (fakshback 3)Masa itu, dunia terasa lebih ringan. Rani dan Ardi sering bertemu di kampus, bukan karena janjian, tapi entah kenapa langkah mereka selalu saja bertemu di lorong, kantin, atau bahkan di halte tempat menunggu angkot. Semuanya terasa alami, seolah mereka memang ditakdirkan untuk sering berada di tempat yang sama.Hari itu, Rani sedang duduk di bangku taman kampus sambil mengetik sesuatu di laptop. Tiba-tiba bayangan seseorang menutupi layar.“Lah, ngerjain apa? Hack NASA?” suara Ardi terdengar dengan nada menggoda.Rani menoleh, memutar bola mata. “Iya, gue lagi coba nerbangin satelit sendiri. Lo mau ikut jadi astronot?”Ardi terkekeh, lalu duduk tanpa izin di sebelahnya. “Boleh sih, asal nanti di luar angkasa ada indomie goreng. Gue nggak bisa hidup tanpa itu.”“Yaelah, minta indomie di luar angkasa. Lo pikir warung burjo ada franchise di Mars?” balas Rani sambil menahan tawa.Mereka berdua terbahak, menarik perhatian beberapa mahasiswa lain yang lewat. Obrolan mereka selalu ringan, ta
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Benih kecurigaanMalam itu rumah terasa lebih hening dari biasanya. Detak jam dinding terdengar begitu jelas, sesekali suara kendaraan melintas di jalan depan rumah. Nisa duduk di sofa ruang tamu, ponselnya masih di tangan, tapi tatapannya kosong. Ia berpura-pura sibuk scrolling media sosial, padahal pikirannya melayang ke hal-hal yang sejak beberapa minggu terakhir mengganggu hatinya.Ardi keluar dari kamar mandi, rambutnya masih basah dan meneteskan air, hanya mengenakan kaos tipis dan celana pendek. Dengan handuk di bahunya, ia berjalan santai lalu menjatuhkan diri ke sofa di sebelah Nisa.“Kok bengong, Sayang?” tanya Ardi sambil menatapnya, senyum kecil tersungging di bibirnya.Nisa mengangkat wajah, lalu tersenyum tipis. “Enggak. Cuma lihat-lihat aja, banyak temen upload foto-foto zaman kuliah. Jadi nostalgia gitu.”“Oh, iya ya. Seru pasti kalau lihat foto lama.” Ardi meletakkan handuknya, kemudian bersandar. “Eh, besok aku lembur lagi ya. Project kantor belum kelar, deadline udah mepet banget.”
Last Updated: 2025-09-30
Chapter: Flasback 2Hujan deras mengguyur kampus sore itu. Suasana yang biasanya ramai mendadak jadi seperti pasar malam yang bubar mendadak. Mahasiswa berlarian ke teras gedung, ada yang menutup kepala pakai buku, ada juga yang pasrah basah kuyup.Di depan gedung perpustakaan, Rani berdiri dengan wajah sebal. Rambutnya sudah agak lepek, jaket tipisnya jelas tak bisa menahan dingin.“Ya Allah, kayaknya hujan ini emang konspirasi semesta deh biar aku nggak jadi anak rajin,” gumamnya.Tiba-tiba dari samping terdengar suara khas yang bikin Rani langsung mendengus.“Kalau kamu butuh jasa payung berjalan, sini aku kebetulan masih single.”Rani menoleh, menemukan Ardi dengan payung hitam besar dan senyum usil.“Ardi…” Rani mendengus. “Kamu tuh ya, setiap muncul pasti kayak iklan YouTube, ngeselin tapi nggak bisa di-skip.”Ardi terkekeh. “Ih, berarti aku penting dong. Kan iklan itu sumber penghasilan.”Rani menatapnya sambil lipat tangan. “Penghasilan apaan? Penghasilan dosa gara-gara bikin orang kesel.”Ardi p
Last Updated: 2025-09-30