PEMBALASAN ANAK LELAKIKU

PEMBALASAN ANAK LELAKIKU

last updateTerakhir Diperbarui : 2021-04-25
Oleh:  ReineeTamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
5 Peringkat. 5 Ulasan-ulasan
80Bab
45.3KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Sakit hati ibunya akibat pengkhianatan yang dilakukan oleh ayahnya membuat Raka ikut menyimpan dendam yang begitu dalam. Setelah diusir dari rumah, dirinya bertekad untuk membalaskan apa yang dirasakan ibunya pada ayahnya dan juga keluarga barunya. Dendam telah membutakan mata dan hati Raka. Pemuda berhati keras itu bahkan tak merasa punya iba sedikit pun kala melihat ada orang-orang yang ikut tersakiti akibat aksi balas dendamnya pada keluarga sang ayah. Namun anehnya, saat semua orang yang dibencinya satu per satu tumbang di hadapannya, Raka justru tak bisa merasakan kebahagiaan. Ada sesosok gadis bernama Mayla yang tersisa dari balas dendamnya pada sang ayah. Pada akhirnya gadis itulah yang kemudian berhasil melembutkan kembali hati Raka melalui pengorbanan dan perjalanan yang berliku.

Lihat lebih banyak

Bab 1

BAB 1 - KELUARGA BARU SANG AYAH

Dua remaja berseragam sekolah menengah itu terlihat sangat menikmati grilled steak di salah satu sudut area foodcourt mall terbesar di pusat kota kala seorang dari mereka yang sedang mendongak langsung menyentuh lengan kakaknya.

"Eh, Kak! Itu papa kan?" Antara kaget dan bingung, dia menatap sang kakak yang masih fokus dengan hotplate di depannya. Namun demi mendengar nada keterkejutan sang adik, remaja bersorot mata tajam itu pun sontak mengikuti telunjuk yang mengarah pada sosok pria bergaya kantoran, sedang menggandeng seorang wanita dan anak perempuan berusia sekitar enam tahunan. 

Merasa tak perlu menjawab apapun, Raka segera bangkit usai meletakkan kasar garpu dan pisau di tangannya ke atas meja. Melihat gerakan cepat kakaknya, wajah Rio berubah tegang. Sepertinya dia telah salah langkah memberitahukan keberadaan ayah mereka pada sang kakak beberapa saat lalu. 

"Mau kemana, Kak?" Rio yang masih mengenakan seragam putih birunya dengan panik menyusul kakaknya. Langkah Raka yang lebar membuatnya sedikit kewalahan untuk mengejar. 

"Berhenti!" Remaja berseragam putih abu-abu itu berteriak dengan muka merah padam saat hanya tinggal beberapa meter saja jaraknya dari orang-orang yang dituju.

 

Pria dengan kemeja biru langit dengan dasi berwarna senada sontak menghentikan langkah usai mendengar sebuah suara yang begitu akrab di telinganya. Raut mukanya seketika pias melihat dua anak lelakinya setengah berlari menghampiri. 

 

"Ngapain kamu di sini?!" Si sulung berkata dengan raut sungguh tak bersahabat begitu sampai di hadapannya. 

Romi terpaku di tempatnya. Sebutan ‘kamu’ yang didengarnya dari mulut anak sulungnya membuat kerongkongannya kelu. Sebutan itu seolah memberi isyarat bahwa semua tak akan baik-baik saja setelah hari itu. 

Rio yang akhirnya berhasil menyusul, langsung memegangi lengan kakaknya dengan cemas. 

 

"Kak, sudahlah! Ayo kita pulang!" rengeknya.

 

"Ka-lian ber-dua ngapain di sini?" Meski sedikit gugup, akhirnya Romi berhasil menguasai keadaan. Namun siapa sangka, pertanyaan itu justru makin memicu amarah Raka.

"Harusnya kita yang tanya, ngapain kamu di sini?!” 

Raut muka pria itu berangsur merah begitu kata ‘kamu’ kembali disebut. Harga dirinya koyak sebagai orang tua. 

Sementara di sampingnya, si wanita mulai terlihat panik. Romi pun langsung bisa merasakan pegangan yang makin erat di lengannya. Tangan mungil anak perempuan dalam genggamannya juga mulai berkeringat. Dia semakin merapatkan tubuh ke ibunya. 

 

"Sudahlah! Kalian jangan bikin ribut di sini. Ini tempat umum. Nanti saja papa jelaskan semuanya di rumah," ujarnya setengah berbisik, berharap tak ada yang memperhatikan apa yang terjadi di antara mereka. 

 

"Aku nggak perlu penjelasan! Brngsk!" Dengan gerakan cepat, Si Sulung mendaratkan puklan keras ke wajah ayahnya hingga membuat pria itu terhuyung, nyaris ambruk. Romi tak sempat untuk menghindar. 

 

Suasana pun mendadak gaduh. Wanita yang terlepas dari pegangan itu berteriak histeris, menghampiri suaminya yang tergeser beberapa jengkal darinya. Sementara anak perempuannya mulai menangis ketakutan. Tangan ringkihnya yang gemetaran berpegangan makin erat pada tali tas selempang yang dipakainya.. 

Tak lama kemudian, orang-orang pun mulai berkerumun. Romi terlihat memegangi hidungnya yang berdarah saat beberapa petugas keamanan datang. Raka hanya tersenyum tipis melihat adegan itu. Ada raut puas di wajahnya. Dia bahkan tak melakukan perlawanan saat para petugas keamanan itu membawanya menjauh. 

Langkahnya terlihat tanpa gentar, seolah menyuarakan kemenangan bahwa dia telah berhasil membalaskan sakit hati ibunya.

Raka tak sengaja mendengar ibunya selalu menangis tiap malam selama beberapa bulan terakhir. Ayahnya memang sering tak terlihat di rumah beberapa tahun belakangan. Bahkan terkadang sampai beberapa hari. Awalnya dia pikir hal itu karena masalah pekerjaan. Dia juga tak pernah tahu apa penyebab tangisan ibunya hingga hari itu tiba. Rupanya, sang ayah telah berkhianat dan dia pun merasa sangat terluka. 

Sementara itu, Rio yang berjalan mengikuti rombongan yang menggiring kakaknya ke pos pengamanan hanya bisa mengunci mulut, bingung, membayangkan apa yang akan terjadi saat mereka pulang nanti. 

Sore harinya, dengan membonceng motor sport sang kakak, Rio pulang. Saat memasuki rumah, dilihatnya ayah dan ibunya sudah ada di ruang tengah. Terlihat olehnya, sang ayah sesekali menutupi hidung dengan sapu tangan, sementara ibunya hanya tertunduk lesu di hadapannya. 

 

Melihat dua anak lelakinya datang, Rani pun segera bangkit. 

 

"Kalian dari mana saja? Kenapa baru pulang?" tanyanya cemas. 

Romi membuang muka melihat tingkah istrinya yang tak terlihat kesal sedikitpun pada anak-anak mereka. 

 

"Duduk kalian semua!" Jengah melihat ibu dan anak-anaknya itu seolah tak peduli dengan kemarahannya, Romi mulai membentak. Rio dan ibunya yang kaget segera melangkah ke sofa, menuruti perintah ayahnya. Namun, Raka sama sekali tak bergeming di tempatnya berdiri. 

 

"Kamu tidak mau duduk, Anak bandel?! Duduk kamu! Aku mau bicara sama kalian semua!" Tak mau terus-terusan diremehkan, Romi mulai menunjukkan kekuasaannya.

 

"Kalau mau ngomong, ngomong aja! Nggak perlu pakai nyuruh-nyuruh duduk," ujar remaja tujuh belas tahun itu ketus. Tak terlihat sedikitpun takut di wajahnya. Ucapannya itu tentu saja membuat mata sang ibu membelalak. Ternyata, apa yang diceritakan suaminya benar adanya, Raka sudah mulai berani melawan orang tua.

 

"Raka, jangan bicara seperti itu sama papa, Nak! Ayo duduk sini, dengarkan papa bicara," ujarnya lembut. 

 

"Raka nggak sudi punya orang tua seperti dia!" Dia bahkan tak mau melihat wajah sang ayah.

 

"Kamu lihat itu kan, Ran?! Itu anakmu! Apa seperti itu kamu mendidik anak kamu selama ini?! Lihatlah hasil dari didikanmu!" Wajah Rani mulai pucat. Dia sama sekali tak ingin membela diri. Satu hal yang dia pikirkan hanya keselamatan anaknya. Wanita yang fisiknya sudah mulai terlihat lebih tua dari usianya itu pun segera bangkit, menghampiri putra sulungnya. 

 

"Ka, kamu jangan mempersulit mama, Nak. Duduklah dulu, kamu tidak boleh bicara begitu sama papa kamu!" 

"Nggak! Aku nggak akan lagi mau mendengar apapun omong kosongnya itu, Ma!" Remaja itu makin bersungut. 

 

"Anak kurang ajar kamu! Anak tidak tahu diuntung! Kamu pikir selama ini kamu bisa hidup dari siapa, hah?!" Romi tak bisa mengendalikan diri lagi. Harga dirinya hancur sudah oleh anak kandungnya sendiri. 

Rani makin pucat melihat kemarahan sang suami yang semakin menjadi. Dia panik saat tiba-tiba lelaki itu bergerak maju, bermaksud melayangkan tinju pada Raka. Namun beruntung, Raka bisa dengan gesit menghindar. Senyumnya mengembang sinis, menatap sang ayah yang terlihat sangat kesal karena tak berhasil melampiaskan kemarahan padanya. 

 

"Sudah, Pa, sudah! Dia itu anakmu." Rani menangis, berusaha menahan suaminya untuk tak berbuat lebih jauh dengan memegangi lengannya.

 

"Dasar anak tidak tahu diri! Mulai hari ini, dia bukan anakku lagi! Pergi kamu dari rumah ini, Anak kurang ajar!"

 

Bersambung …

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

default avatar
Intan Suriani Abdul Razak
.........
2022-11-25 23:11:51
0
user avatar
Senada
Hay kk, sukses terus yah. Maaf mau numpang promo. siapa tau kk² disini berkenan untuk mampir juga kecerita aku. "Radit dan Tia" by Senada. Berharap banget atas kehadirannya. terimakasih 🥰🙏🥰🥰
2021-06-03 13:37:22
0
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-30 12:52:48
1
user avatar
Anggit Priyanto
mantap dan bagus sekali
2021-04-24 11:50:54
1
user avatar
Authoring
Cerita, alurnya bagus sekali, kak. Dapat salam dari >> My Girl is mine
2021-04-16 12:31:36
1
80 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status