720 Jam
Di 720 jam berikutnya,
Aku tidak tau apa yang akan terjadi kepadaku, hidupku dan juga hubungan kita.
Di 720 jam ke depan,
Aku tidak tau.
Apakah kau tetap mencintaiku seperti ini?
Apakah kita tetap bersama seperti ini?
Apakah kau yang ku kenal sekarang ini akan tetap sama atau berubah?
Apakah kita tetap baik-baik saja?
Aku tidak tau.
Itu semua adalah rahasia sang pencipta,
Yang harus kita lakukan hanyalah berjuang, berusaha, berikhtiar dan berdoa agar hubungan ini tetap baik-baik saja.
Lire
Chapter: XLVI. Day-oneGibran sudah berangkat, subuh ini wanita itu bangun dengan suara telepon yang berdering bukan alarm melainkan telepon dari suaminya. "Assalamualaikum sayang, sudah bangun?" tanya seseorang dari seberang telepon ketika Anita menggeser ke arah tombol hijau layarnya."Waalaikumsalam, mas. Sudah baru aja, mas sudah selesai subuh?" tanya Anita melirik jam digital besar yang ada di dinding kamarnya."Ini masih mau subuh, mas mau cek kamu dulu sudah bangun atau masih tidur." ujar Gibran diujung sana."Yasudah, mas. Kamu sholat duluan ya, Tata mau siap-siap dulu nanti selesai Tata video call ya, mas ku sayang." ujar wanita itu yang langsung diangguki oleh Gibran.Anita segera turun dari ranjang, ia segera pergi ke kamar mandi untuk segera bersih-bersih karena sudah masuk waktu subuh. Biasanya pagi akan disambut dengan suara gerakan dari Gibran yang bangun terlebih dahulu daripada dirinya tapi pagi ini menjadi hari pertamanya untuk bersiap siap sendiri.Selesai bersih-bersih dan menunaikan iba
Dernière mise à jour: 2025-12-15
Chapter: XLV. Hari Keberangkatan"Loh anak papa kenapa mukanya mendung gitu?" tanya Radiga melihat Anita turun dari lantai dua, melihat wajah sang putri yang pagi ini tidak seperti biasanya."Papaaaa" rengek Anita, berjalan gontai ke arah Radiga yang duduk di sofa."Sini sayangg, bilang sama papa siapa yang udah buat kamu sedih. Kok berani banget dia." ujar Radiga seperti berbicara dengan gadis kecil, sudah lama ia tidak melihat wajah Anita dan sifatnya yang seperti ini. "Mbak Mbak..." ucapan Adit terpotong melihat wajah Anita yang hampir ingin menangis lalu ia panik mendekati Anita yang duduk bersama dengan papanya."Mbak kenapa?" tanyanya khawatir, Adit paling tidak bisa melihat wajah Anita yang seperti ini."Mbakmu mau ditinggal suaminya jadi sedih, Dit." ucap Ivan yang baru turun dari lantai dua lalu duduk bergabung bersama mereka.Mendengar hal itu Adit menegakkan tubuhnya lalu duduk di samping kakak perempuannya itu. "Ohh, kirain kenapa Mbak." "Udah ah mbak jangan sedih lagi, lagi pula kan kita bisa nyusul ma
Dernière mise à jour: 2025-12-10
Chapter: XLIV. Kumpul"Anita?"Anita dan Gesa menoleh ke sumber suara, keduanya melihat Habib yang baru saja keluar dari kamar mandi. "Mbak duluan ya, Sa udah gak tahan." ujar wanita itu kepada adik iparnya lalu langsung masuk ke area toilet wanita.Tinggalah Habib dan Gesa yang ada di tempat itu. "Pak Habib?" panggil Gesa dengan nada bertanya karena atasannya di firma itu terus melihat ke arah kakak iparnya menghilang."Eh iya, Sa." jawab Habib sedikit terkejut tapi berhasil ia tutupi dengan cepat."Ada acara di sini juga, pak?" tanya Gesa berbasa-basi."Iya, Sa sama kelurga. Kamu ada acara sama keluarganya Anita?" tanya laki-laki itu.Gesa mengangguk cepat. "Kata mas Gibran, mas Ivan abis menang tender besar jadi mau buat acara syukuran kecil-kecilan makan sama keluarga." jelas perempuan itu semangat.Habib yang mendengar itu seperti merasa dejavu karena dulu juga ia dan keluarganya akan bergabung dengan acara itu juga. "Oh begitu." balas laki-laki itu s
Dernière mise à jour: 2025-11-29
Chapter: XLIII. PersiapanAnita sedang melipati baju Gibran yang akan dibawa suaminya untuk pergi ke luar kota, sementara Gibran masih sibuk di depan laptop karena tiba-tiba harus meeting dadakan dengan pada petinggi lain. Anita berdiri dari duduknya melangkah menuju lemari pakaian, mengambil beberapa celana dan kemeja yang belum sempat ia ambil.Gibran berdiri karena acara meeting sudah selesai, ia melihat Anita yang membawa tumpukan pakaiannya segera membantu sang istri. "Kenapa gak tunggu mas sayang? Kan capek diangkati sendiri kayak gini." ujar Gibran khawatir."Gak papa, mas. Tata ambil cuti kan emang mau bantui mas siap-siap untuk besok." ujar perempuan itu duduk di kasur karena pakaiannya sudah dibawa kan oleh Gibran."Mas, kopernya mana yang mau dipakai untuk besok?"Gibran yang mendengar pertanyaan itu langsung menuju ruangan mengambil koper abu-abunya yang berukuran 24 inchi, ia membuka koper tersebut sementara Anita berdiri dari duduknya mengambil sesuatu dari dal
Dernière mise à jour: 2025-11-28
Chapter: XLII. CikaAnita masih setia duduk di sofa yang ada di area tamu firmanya, menunggu sang suami datang menjemput dirinya. Ia ditemani oleh Rifa yang juga sedang menunggu pacarnya yang akan datang menjemputnya juga. "Mbak jadi masih tinggal di rumah orang tua, mbak?" tanya Rifa membuka topik pembicaraan mereka.Anita mengangguk. "Iya, Fa. Mas Gibran dua hari lagi juga mau berangkat dinas." ujar wanita itu ia merasa moodnya kembali memburuk jika diingatkan kembali tentang hal itu.Ponsel Anita berdering, nama sang suami muncul dilayarnya yang menyala. "Fa, mbak duluan ya mas Gibran sudah sampai di depan. Kamu hati-hati pulangnya." ujar wanita itu diangguki Rifa.Melihat sang istri keluar dari firma, Gibran turun dari mobil lalu berjalan membukakan pintu untuk sang istri. "Terima kasih ya, mas." ujar sang istri mencium pipi sang suami dengan gerakan cepat dan karena adegan kecil itu sekujur tubuh Gibran meremang karena tidak menyangka akan mendapatkan hadiah seperti itu dari sang istri."Sama-sama s
Dernière mise à jour: 2025-11-27
Chapter: XLI. KesibukanAnita mendapat email dari Regan pagi ini setelah selesai melakukan rapat pagi, wanita itu melirik ke arah Rifa yang sudah sibuk di depan layar komputernya Lalu matanya melihat ke arah sudut ruangan. "Raja." panggil wanita itu."Iya mbak Ta?" jawab Raja sudah berdiri di samping meja wanita itu siap diberi arahan."Nanti kamu temani saya ke R & H Law ya. Kemarin mereka minta update, sudah selesai kamu cek kan?" tanya Anita sembari menggulir layar yang ada di depannya."Sudah mbak, nanti saya up di tim." jawab Raja, Anita mengangguk puas. "Setelah makan siang kita berangkat." Setelah mendengar arahan itu, Raja pamit undur diri untuk menyiapkan berkas yang akan mereka bawa nanti. Anita menyandarkan bahunya, mengecek ponsel ia melihat ada pesan dari sang suami yang belum terbuka, senyum wanita itu mengembang setelah membaca pesan lalu segera mengetik balasan untuk sang suaminya.Suamiku : Sayang lagi apa? Lagi sibuk, ya?'Anita segera mengetik balasan chat untuk suaminya. Lagi sedikit
Dernière mise à jour: 2025-11-22