720 Jam

720 Jam

Oleh:  twonefr  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel12goodnovel
Belum ada penilaian
37Bab
2.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Di 720 jam berikutnya, Aku tidak tau apa yang akan terjadi kepadaku, hidupku dan juga hubungan kita. Di 720 jam ke depan, Aku tidak tau. Apakah kau tetap mencintaiku seperti ini? Apakah kita tetap bersama seperti ini? Apakah kau yang ku kenal sekarang ini akan tetap sama atau berubah? Apakah kita tetap baik-baik saja? Aku tidak tau. Itu semua adalah rahasia sang pencipta, Yang harus kita lakukan hanyalah berjuang, berusaha, berikhtiar dan berdoa agar hubungan ini tetap baik-baik saja.

Lihat lebih banyak
720 Jam Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
Tidak ada komentar
37 Bab
Prolog
Pacaran setelah kurang lebih 3 tahun lamanya, akhirnya Anita dan Habib memutuskan untuk melangkah ke jenjang yang lebih serius. Habib memutuskan untuk melamar Anita dan mereka juga memutuskan 3 bulan setelah itu akan melanjutkannya dengan pernikahan karena Habib tidak ingin jarak waktu yang terlalu lama begitu juga dengan Anita, mengingat umur mereka yang sudah bisa dikatakan pantas untuk menikah.   Anita adalah putri sulung dari keluarga Radiga, perempuan itu adalah salah satu arsitek terbaik yang ada di kota itu. Walau usianya masih terbilang muda hasil gambarnya juga sudah banyak diakui dan dipakai di beberapa gedung besar yang ada di berbagai kota.    Sementara, Habib adalah seorang pengacara terkenal mempunyai banyak klien dan relasi. Salah satu pengacara sukses di kota ini. Keduanya sudah mengenal saat masa kuliah karena Habib adalah kating Anita dan akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin hubungan.   Kini k
Baca selengkapnya
I. Undangan
Hari ini, Mita -sahabat- Anita akan melangsungkan pernikahan disalah satu hotel ternama di kawasan Jakarta. Sebagai seorang bridesmaid yang sudah diminta dan ditunjuk secara langsung oleh Mita bersama Fika -sahabatnya-, Anita diwajibkan untuk datang lebih cepat dan harus rela berpisah dengan Habib yang akan datang menyusulnya nanti setelah pulang kerja karena laki-laki itu diwajibkan untuk tetap stay di Firma sampai jam kerja usai. "Gue gak nyangka, Ta." ujar Fika mulai mendrama yang hanya didengarkan baik-baik oleh Anita. "Mika secepat ini ninggalin gue sendiri." tambah perempuan itu lagi. Anita yang mendengarkan itu langsung mengucap istighfar berulang kali. "Nyebut, Ka. Kamu ngomongnya kayak Mita udah ninggalin kita ke mana aja, pamali itu." "Eh astagfirullah gue lupa, Ta. Maksudnya itu, gue ditinggal jomblo sendiri." Fika segera meralat ucapannya agar tidak menimbulkan kesalahpahaman lagi. "Makanya cari jodoh
Baca selengkapnya
II. Kebersamaan
"Assalamualaikum ma, pa. Anita pulang." langkah Anita memasuki rumah yang didominasi warna putih diikuti Habib di belakangnya, keduanya sampai saat waktu sudah hampir menjelang magrib." Waalaikumsalam." Radiga muncul dengan setelan sudah siap akan pergi ke masjid. Anita menyalami sang papa begitu pula dengan Habib. "Udah mau ke masjid, pa?" perempuan itu bertanya kepada laki-laki yang sangat disayanginya itu. "Sebentar lagi, Ta. Nunggu Adit, masih pakaian, baru pulang dia." Anita mengangguk. "Mama mana, pa?" "Mamamu di kamar, Ta. Udah siap-siap nunggu azan untuk salat." Anita yang mendengar itu mengangguk. "Ta, aku mau ikut papa sama Adit ke masjid ya. Kamu cepet naik mandi dan salat." ujar Habib membuat Anita tersenyum mengangguk. "Pa, aku ke atas." ujar perempuan itu pamit lalu melangkah menuju tangga lantai dua rumahnya. "Gimana bib, klien kamu l
Baca selengkapnya
III. Janji
Setelah seminggu pulang dari rumah sakit, segala aktivitas Anita baik urusan pekerjaan atau urusan hal lain dibatasi oleh Radiga. Pria itu tidak menginginkan putrinya masuk rumah sakit untuk kedua kalinya maka dari itu selain membatasi kegiatan Anita, Radiga juga memutuskan Ivan akan bekerja menjadi sekretaris perempuan itu tanpa menerima penolakan ataupun protes sama sekali. Saat ini, Radiga sedang berbincang dengan Ivan di ruang tamu sembari menunggu Anita yang masih bersiap-siap di kamarnya. "Inget ya Van, pesen tadi." ujar Radiga akhirnya setelah melihat sang putri kesayangannya turun. Ivan mengangguk, wajah tegasnya tampak serius. Laki-laki itu adalah anak angkat Radiga yang sejak umur 5 tahun sudah diasuh oleh Radiga dan Talita, saat itu keduanya sudah memiliki Anita yang belum genap berumur setahun. Radiga membawa Ivan dari panti asuhan karena tidak ada yang berniat untuk mengadopsi Ivan karena anak itu memiliki sikap buruk dan su
Baca selengkapnya
IV. Pertemuan Tidak Disengaja
Anita sedang celingukan mencari Ivan yang belum terlihat oleh pandangannya, padahal sang Abang mengatakan bahwa ia sudah duduk di dalam restoran yang lumayan ramai ini karena jam makan siang sedang berlangsung. Di mana sih mas Ivan? batin Anita bertanya-tanya. Tangan perempuan itu bergerak mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menelpon Ivan, saat ingin melangkah menuju sudut restoran pandangan secara tidak sengaja menangkap keberadaan Habib yang sedang makan dengan seorang perempuan memiliki rambut panjang melebihi bahu beberapa senti. Saat ingin melangkah menghampiri Habib, tangan Anita ditarik secara halus oleh Ivan menuju meja di sudut restoran tepatnya dekat dengan jendela besar. "Ke mana sih, Tata? Udah ditungguin malah berdiri di depan situ kayak orang bingung." Ivan bertanya saat keduanya sudah duduk. Anita yang mendengar pernyataan itu tiba-tiba dihinggapi rasa kesal. "Ya, aku memang lagi bingung karena
Baca selengkapnya
V. Berbohong
Di dalam rumah keluarga Radiga memiliki perpustakaan yang cukup luas dengan koleksi buku dari berbagai macam bahasa. Terdapat novel, buku self improvement, psikologi, bisnis, ekonomi, politik, budaya dan juga agama. Selesai melakukan salat isya, Anita terkadang menghabiskan waktunya di dalam perpustakaan jika kedua orang tuanya sibuk berduaan di kamar mereka dan juga ketika pikirannya sedang penat, Anita akan menghabiskan malamnya di dalam perpustakaan yang memiliki suasana yang tenang ini. Anita duduk di kursi santai yang menghadap balkon sembari membaca buku yang baru ia beli minggu kemarin bersama sang adik ketika berkunjung ke negara tetangga untuk melakukan kunjungan bisnis dan mengikuti acara seminar, keduanya memang sengaja menyempatkan diri untuk belanja buku. Anita yang tengah fokus membaca tiba-tiba terhenti setelah mendengar ponselnya bergetar menandakan sebuah pesan masuk. Perempuan itu membaca pesan yang baru saja m
Baca selengkapnya
VI. Pertemuan
125 Panggilan tak terjawab50 Pesan belum dibaca   Itulah yang layar ponsel Anita tunjukkan setelah hampir seharian tidak disentuh karena sang pemilik sibuk dengan pekerjaannya yang tiba-tiba membeludak dan meminta perhatian penuh, ia juga tidak menyentuh ponselnya bukan karena sedang menghindari Habib melainkan waktu yang selalu tidak tepat saat akan menerima panggilan dari laki-laki itu. Kini jam dinding yang ada di ruangan Anita menunjukkan hampir pukul 8 malam dan dia belum juga selesai melakukan pekerjaannya yang harus selesai hari ini juga. Perempuan itu setelah menunaikan ibadah salat isya menyempatkan diri untuk memesankan makanan untuk seluruh timnya yang memang diminta untuk lembur. Anita adalah orang yang mempersiapkan segalanya sebelum waktu selesainya tiba tetapi kali ini berbeda, pagi tadi saat ia masih sarapan di rumah salah satu klien yang ada di luar kota menelpon untuk memberikan proyek kecil yaitu mendesain sebuah
Baca selengkapnya
VII. Bukan Penjelasan
Sudah hampir 5 menit mereka berdiri di depan rumah Anita tanpa suara, baik Habib maupun Anita hanya terdiam setelah pertanyaan yang diberikan perempuan itu dan akhirnya Anita hanya tersenyum mencoba untuk mengerti laki-laki yang berdiri di depannya ini. "Maaf mas, kamu gak lupakan hari ini adalah hari dimana aku ke tempat dia. Jadi, kita gak mungkin bahas itu sekarang." ujar perempuan itu tersenyum dan mencoba berbicara baik-baik agar Habib tidak salah paham. "Jadi kamu lebih mentingi dia daripada hubungan kita?" Anita yang mendengar itu terdiam sebentar lalu ia melihat wajah Habib, laki-laki yang sudah hampir 3 tahun lamanya menetap dihatinya, perempuan itu melangkah menuju mobilnya yang sudah berada tepat di depan pintu rumahnya. Anita masuk ke dalam mobil setelah itu dengan cepat mobil melaju meninggalkan rumah putih berlis abu-abu itu. Wajah Anita yang biasa tersenyum dan lembut kini tidak, ekspresinya datar dan tat
Baca selengkapnya
VIII. Kepergian
Baik Anita maupun Hega masih berdiri di atas lantai boarding pass menunggu giliran mereka untuk pengecekan tiket. Setelah acara berpelukan yang cukup panjang dengan keluarganya ditambah dengan kekecewaannya karena Habib tidak datang untuk mengantarnya, Anita tersenyum kecil mengingat kembali ucapan Ivan bahwa ia tak perlu mengambil pusing hubungannya dengan Habib, karena akan bagaimanapun ia menjaga hubungannya itu dengan baik jika Allah tidak berkehendak, hubungan itu akan hancur juga walau sudah berjalan selama tiga tahun. Anita hanya bisa berdoa, jika Habib memang jodohnya, pasti Allah akan mempermudah jalan keluar untuk masalah mereka, jika tidak mungkin saja Habib adalah jodoh orang lain yang sedang Anita jaga untuk sang pemilik. Apapun itu Anita yakin, itulah yang terbaik untuk hubungannya. Pesawat yang ditumpangi Anita dan Hega akan take off sebentar lagi. Hega yang duduk di sebelah Anita tampak sibuk mengel
Baca selengkapnya
IX. Pertemuan Tidak Terduga
Hari ketiga di kota Medan, hal yang menjadi rutinitas perempuan itu ketika bepergian ke luar kota bersama Hega adalah wisata kuliner sebelum kembali pulang ke Jakarta. Anita sudah di lobby menunggu Hega turun, perempuan itu berbusana kasual dengan warna pastel yang tampak sangat pas untuknya. Senyum Anita mengembang setelah melihat Hega yang baru ke luar dari lift bersama beberapa orang. "Mas Hega." panggil Anita melambaikan tangan seperti anak kecil yang senang karena akan pergi ke taman bermain.Hega yang melihat senyuman Anita yang kian manis ikut tersenyum. "Lama nunggu, Ta?" tanya laki-laki itu tersenyum.Anita menggeleng. "Enggak kok, mas, Tata baru aja turun tapi udah pegel sih berdiri aja karena udah gak sabar." Perempuan itu tersenyum.Hega yang mendengar itu juga ikut tersenyum, baginya Anita adalah sosok adik yang sangat ia sayangi karena laki-laki itu adalah anak semata wayang. "Yaudah, ayo. Kayaknya kamu udah gak sa
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status