Chapter: BertemuBulan cepat-cepat membalik layar ke bawah. Wajahnya pucat. Di layar tertera ‘Air Raksasa’.Untung saja Yona belum sempat melihat namanya.Yona menatap curiga. “Kenapa, Lan? Kayak orang ketakutan gitu.”“Lagi nunggu telepon dari Papi… tadi titip beli makanan,” kilah Bulan, suara dan senyumnya sedikit dipaksakan.Yona mencibir. “Ck. Aku kirain gebetan baru. Reaksinya lebay banget! Ya udah, buruan angkat. Aku juga sudah lapar.”“Iya, ini aku jawab dulu ya…”Bulan menekan tombol hijau, “Pi, makanannya sudah dikirim? Kebetulan Yona juga datang.”Di seberang sana, Air sempat mengernyit heran mendengar sapaan ‘Pi’. Tapi ia cepat menangkap maksud Bulan. Ia menghela napas pendek, lalu menjawab tenang, seolah paham situasinya.Sementara itu, Bulan melirik Yona yang sibuk bermain game di sofa. Hatinya masih berdebar“Kamu pesan makanan apa?” tanya Air, suaranya tenang dan penuh perhatian.Nada itu langsung menenangkan Bulan. Ia menjawab dengan nada manja, “Oh… sudah habis ya, Pi. Emm, kalau gitu
Huling Na-update: 2025-05-08
Chapter: Seperti Menelan Duri“Morning, Papi…” seru Bulan sembari menuruni anak tangga terakhir bersama suaminya.“Morning, princesnya Papi. Kok turun, sayang? Kamu belum sembuh betul. Kenapa nggak istirahat saja di kamar? Biar nanti sarapannya Papi minta Bi Tini antar ke atas,” ujar Tuan Lukman sambil menyambut kedatangan putri dan menantunya. Nada suaranya terdengar khawatir, terlebih saat melihat Bulan berjalan perlahan dengan bantuan rangkulan Air.“Bulan ingin sarapan di meja makan, sama suami Bulan… dan sama Papi juga,” jawab Bulan lembut.Ia sudah bosan harus terus-menerus sarapan di kamar. Lagi pula, hari ini tubuhnya terasa sedikit lebih kuat, meski kadang rasa pusing masih datang tiba-tiba.Tuan Lukman segera menarik kursi di sebelahnya, memberi ruang bagi Air untuk membantu Bulan duduk dengan nyaman. Setelah memastikan Bulan duduk dengan aman, Air pun mengambil tempat duduknya sendiri, diikuti oleh Tuan Lukman.Cara Air memperlakukan Bulan—penuh perhatian, sabar, dan pelan-pelan—entah mengapa mengingatk
Huling Na-update: 2025-05-07
Chapter: Demi IstriTuan Lukman menatapnya dengan mata yang mulai berkaca-kaca, rasa haru jelas terlihat dari sorot matanya. “Terima kasih, Tuan Air.”“Panggil saja ‘Air’, Papi mertua. Kita ini keluarga, tak perlu pakai formalitas,” sela Air cepat, tersenyum ramah, menunjukkan niat tulusnya untuk lebih dekat dengan keluarga barunya.Tuan Lukman mengangguk pelan, senyum hangat terpahat di wajah pria setengah baya itu saat kembali menoleh ke arah putri kecilnya yang masih tertidur lelap. Dari sorot matanya, terpancar rasa syukur dan harapan akan masa depan Bulan bersama Air.“Kalau dia nanti manja, rewel, atau bahkan cengeng, harap dimaklumi,” ujarnya lirih, penuh kasih. “Justru di saat-saat seperti inilah—saat dia sakit—kamu bisa melihat siapa Bulan sebenarnya. Dia gadis yang rapuh, butuh diperhatikan, ingin didengar setiap keluh kesahnya. Mungkin karena sejak kecil dia tidak pernah merasakan kehadiran Maminya…”Ia menarik napas, sejenak menahan sesak di dadanya sebelum melanjutkan, “Meski saya sudah beru
Huling Na-update: 2025-05-06
Chapter: Menebus LukaSetelah kehebohan yang ditimbulkan oleh Ny. Malika, seluruh anggota keluarga berkumpul di ruang keluarga, sementara Bulan diminta beristirahat. Jantung gadis itu masih berdebar kencang usai pertanyaan soal kehamilan terlontar. Ia sadar dirinya masih terlalu muda, masih duduk di bangku sekolah, dan tentu belum siap untuk menjadi seorang ibu.“Padahal Mommy senang kalau Bulan hamil,” ujar Ny. Malika dengan nada kecewa. Setelah tadi mendengar penjelasan dari putranya. “Mom, Bulan masih bersekolah. Dari awal kita sudah sepakat untuk memberinya waktu menyelesaikan pendidikan, dan tidak perlu terburu-buru memikirkan soal anak. Mereka butuh waktu untuk saling menyesuaikan diri. Menikah, apalagi secara mendadak, bukan hal yang mudah. Jangan lupa, Mom, menikah dan pacaran itu dua hal yang sangat berbeda,” sahut Tuan Aksa dengan nada bijak.“Iya, Dad. Maaf…” ucap Ny. Malika, kini terdengar menyesal. Ekspresi wajahnya pun melunak. “Mommy cuma terlalu khawatir sama menantu kita… sampai kepikiran
Huling Na-update: 2025-05-05
Chapter: Jangan Bandingkan SayaBulan meringis, meraba punggung tangannya dan merasakan nyeri menusuk. Saat pagi datang, ia terbangun dengan mata yang masih berat. Begitu mencoba bangkit, rasa sakit luar biasa menghantam kepalanya. Ia memejamkan mata rapat-rapat, satu tangan menekan pelipisnya.“Sakit...” rengeknya lirih, alisnya berkerut menahan denyutan di kepala.Tiba-tiba pintu terbuka. Air masuk dengan nampan di tangan.“Jangan banyak gerak. Kamu belum pulih,” katanya lembut.Bulan membuka sedikit matanya. Tatapan yang biasanya tajam, kini redup dan berair. Suaranya lemah saat bertanya, “Aku kenapa? Kepalaku sakit sekali...” keluhnya.“Kamu demam tinggi semalam.” Air meletakkan nampan di meja, wajahnya tampak khawatir. “Tunggu, aku panggil dokter, ya?”“Jangan,” cepat-cepat Bulan menahan. “Aku cuma mau duduk, tapi kepala berat banget. Bola mata juga perih... kayak ditusuk.”Air menatap lekat, lalu mengambil semangkuk bubur. “Makan, ya? Setelah itu minum obat, terus istirahat lagi.”Bulan diam sejenak. Ketulusan
Huling Na-update: 2025-05-04
Chapter: SakitPintu lift terbuka. Air langsung melangkah cepat ke arah kamar. Begitu tiba, ia mendorong pintu hingga terbuka lebar. Ruangan luas itu sunyi. Terlalu sunyi. Dan justru itu yang membuatnya makin gelisah.Matanya menyapu sekeliling kamar. Tidak ada suara, tidak ada keributan, tidak ada teriakan khas Bulan yang biasanya memenuhi tempat itu.Dengan langkah berat, Air berjalan menuju area tempat tidur yang agak tersekat. Baru akan memanggil saat—“Bul—”Suara itu tertahan. Matanya menangkap sosok mungil yang meringkuk di atas ranjang. Napasnya tercekat. Lega… tapi hanya sebentar.Ia cepat-cepat mendekat. Suara lirih terdengar dari arah ranjang—gumaman pelan, nyaris seperti erangan. Bulan menggigil. Tubuhnya gemetar halus. Bibirnya bergerak pelan, seperti sedang meracau.“Bulan? Hei... kenapa kamu?” Suara Air terdengar panik, nada dingin yang biasa melekat padanya menghilang begitu saja.Ia duduk di sisi ranjang dan menyentuh lengan Bulan. Tapi baru saja menyentuh, ia langsung menarik tanga
Huling Na-update: 2025-05-03