MasukMarco adalah seorang CEO perusahaan raksasa dalam bidang makanan instan. Kekayaan berlimpah namun kehidupannya terasa kesepian dan menyedihkan. Laura, Istri yang Dia cintai dengan sepenuh hati ternyata tega mengkhianatinya, istrinya bercinta dengan mantan kekasihnya dahulu. Memanfaatkan kekayaan Marco untuk kesenangan pribadinya. Marco membalas Laura dengan menghianatinya juga, menjelajahi cinta untuk menemukan pelabuhan hati yang bisa membuatnya nyaman dan bisa melupakan Laura. Hingga pencarian Marco terhenti kepada sosok gadis cerdas bernama Bella yaitu karyawan baru berstatus karyawan kontrak di perusahaan Marco sendiri, yang berpenampilan lugu dan polos tetapi cerdas, menjadi sugar baby nya. Mampukah Bella membuat nyaman Marco hingga merebut Hatinya? Banyak intrik dan kejutan manis di dalam novel ini. Selamat membaca.
Lihat lebih banyakDi sebuah kelab malam dengan hingar bingarnya, musik keras dan banyak pemuda pemudi berjoget riang di altar dansa mengikuti alunan musik.
Namun di balik keramaian itu tidak bisa membuat kesepian seorang laki-laki tampan bernama Marco Pratama terobati.
"Marco, Ayo kita nikmati malam panjang ini dengan kesenangan."
Ajak Charles kepada temannya, Marco. Lagi, Marco menolak ajakan Charles untuk kesekian kalinya.
"Biar Aku disini saja, Char. Kamu saja yang berdansa, Aku sedang minum." Alasan Marco lalu menyesap winenya.
"Lalu untuk apa kamu datang kemari jika tidak untuk menikmati hiburan disini? Banyak wanita cantik yang akan membuatmu melupakan Laura!"
"Diamlah Char! Jangan ungkit Laura saat ini, saat ini Aku sedang tidak ingin membahas wanita itu."
"Jika wanita itu membuatmu terluka, ceraikan saja Dia, Co! Carilah wanita yang akan mencintaimu dengan tulus."
Marco tertawa kecut mendengar penuturan Charles itu.
"Tidak ada wanita yang bisa membuatku jatuh cinta seperti Laura, Char."
"Wanita cantik, sexy tentu kamu bisa dengan mudah mendapatkannya lebih dari Laura. Kenapa kamu tidak mencari kebahagiaanmu sendiri?"
Marco tersenyum kecut karena Charles begitu Sok tahu.
"Gairah! Hanya Laura yang bisa membuatku bergairah di ranjang maupun di kehidupan ini, kamu tidak akan mengerti karena kamu belum pernah jatuh cinta."
Charles malah terbahak mendengar alasan Marco, bagi Charles wanita adalah hiburan. Sedangkan cinta itu membuat hidup menjadi sengsara. Prinsip Charles , Kenapa harus jatuh cinta jika bisa menikmati wanita kapan saja walau Charles sudah menikah dengan Frisca, pernikahan bisnis tentunya, Charles tidak pernah menganggap Frisca ada.
"Kamu itu seorang CEO perusahaan terbesar di kota ini , Co. Perusahaan M&P yang hampir memiliki saham senilai ratusan triliun, kenapa harus terpaku dan menderita karna satu wanita?"
"Maksudmu? Aku harus menikah lagi? Jangan bodoh kamu, Char. Pasti hal itu akan membuat huru hara di berbagai media sosial karena pernikahan keduaku. Tentu akan berpengaruh terhadap saham perusahaanku!"
Charles kembali menertawakan sahabatnya itu. Walau Marco seorang CEO dari perusahaan raksasa, berpenampilan gagah dan mewah, tapi hatinya berwarna merah muda. Marco seorang yang tidak mudah jatuh cinta dan tentu setia.
Berbeda dengan Charles yang seorang pemain, bagi Charles, cinta adalah hal konyol yang tidak ingin Charles rasakan. Charles hanya ingin bersenang-senang dengan para wanita , mendapat kepuasan lalu berganti dengan wanita lainnya.
"Bukan untuk menikah lagi, Marco. Tapi memiliki wanita simpanan , zaman sekarang lebih di kenal dengan sugar baby."
"Aku tidak tertarik!" Tolak Marco mentah-mentah.
"Kamu akan merasakan sensasi tersendiri memiliki hubungan di belakang pasanganmu dan itu bisa membuatmu lebih bergairah saat memiliki hubungan yang sembunyi-sembunyi."
"Saranmu tidak masuk akal , Char!"
"Akupun memiliki sugar baby, Co, karena memiliki hubungan di belakang pasangan kita itu membuat hati berdebar terus karena harus terus menyembunyikan kenakalan kita."
Marco tercenung sejenak untuk mencerna perkataan sahabatnya itu.
"Apakah harus Aku coba saran dari Charles? Laura sangat acuh kepadaku walau kami telah memiliki seorang anak laki-laki berusia enam tahun, tapi cinta di antara kami tidak pernah ada. Laura terpaksa menikah denganku karena perjodohan dari Ayahnya. Lebih tepatnya pernikahan bisnis." Ucap dalam hati Marco.
"Woy Bos.. kenapa malah melamun?"
Marco segera tersadar dan berusaha biasa saja walau sebenarnya saran dari Charles cukup membuatnya tertarik.
"Aku ingin bertanya dulu, bagaimana mendapatkan sugar baby itu?"
"Kamu tertarik juga dengan saranku?" Ledek Charles.
"Jangan banyak tanya, jawab saja yang Aku tanyakan."
"Baiklah Bos, maafkan Saya." Charles menjeda ucapannya, menundukkan kepala dengan tangan memutar lalu terhenti di dadanya, layaknya seseorang yang meminta maaf kepada Raja.
"Aku bisa Carikan wanita yang tepat untukmu. Aku punya kenalan yang bisa membantu mencarikan sugar baby untukmu, bagaimana?"
"Wanita seperti apa yang mau menjadi simpanan? Hanya wanita murahan yang mau." Ketus Marco.
"Tenang, wanita yang akan menjadi simpananmu tentu wanita yang sudah melalui banyak proses sebelum Aku menyerahkannya kepadamu."
"Aku belum berminat, Aku masih mengharapkan Laura bisa membuka hatinya untukku dan menerimaku. Agar kami bisa menjalani rumah tangga yang bahagia."
Charles terus nyerocos meyakinkan Marco untuk memiliki seorang sugar baby, mau tidak mau Marco mendengarkan sahabatnya itu bercerita, seorang Charles walau sebre*ng*sek itu tetapi dia teman yang baik dan setia. Hanya Charles satu-satunya teman yang di miliki Marco.
Seorang waitres wanita yang cantik dengan tubuh cukup berisi tapi bukan gemuk, memiliki rambut hitam bergelombang, berkulit putih dan bibir sensual berwarna merah merona, tanpa sengaja menjatuhkan minuman pada Marco yang sedang menjadi pendengar Charles.
Pluk.. prang... Minuman berakohol itu tumpah dengan sempurna di baju mahal Marco, dan gelas kaca itupun pecah ke lantai dan mengenai kaki mulus waitres tersebut.
"What the fuck!" Sinis Marco karena bajunya harus basah karena ketumpahan air.
"Ma.. maafkan saya Tuan, saya tidak sengaja." Waitres itu ketakutan setengah mati setelah mendengar suara bariton Marco tak berani melihat ke arah Marco waitres itu menundukkan kepala.
Marco langsung melihat ke arah waitres itu, melihat waitres itu ketakutan dan bergetar badannya lalu ada sedikit luka di kakinya yang mulus itu karena terkena serpihan gelas yang pecah.
Sang manajer kelab pun segera datang karena ada keributan, tahu waitres barunya telah membuat masalah terlebih kepada Marco yang merupakan pelanggan VVIPnya.
"Maafkan kami Tuan, Bella baru bekerja sebagai waitres baru di kelab ini, saya akan mengajarinya dengan baik lagi." Ucap pak Hendrik manajer kelab itu meminta maaf.
Melihat waitres dan manajernya meminta maaf dengan tulus, Marco tak sampai hati untuk memarahi waitres wanita itu. Terlebih wanita itu yang terluka oleh serpihan kaca dari pecahan gelas.
"Baiklah, lain kali lebih hati-hati ya mbak."
"I..iya Tuan." Jawab Bella gugup.
"Kami akan mengganti rugi atas baju Tuan yang basah." Ujar pak Hendrik lagi.
"Tidak perlu, bawa saja waitres itu, kakinya terluka."
Setelah meminta maaf Pak Hendrik meminta OB untuk membersihkan lantai dari serpihan kaca yang berserakan, pak Hendrik lalu menuntun Bella ke arah belakang kelab.
Marco kembali duduk ke tempatnya, Charles yang hanya jadi penonton saja dari tadi kini mulai membuka mulutnya."Bajumu ini mahal, Co. Kenapa kamu membiarkan mereka untuk tidak mengganti rugi?"
"Aku melihat mereka meminta maaf dengan tulus, baju seperti ini banyak dan mudah aku beli, tapi ketulusan orang meminta maaf itu sangat langka."
"Yakin hanya itu alasanmu tidak marah? Bukan Karena waitres itu cantik?" Cecar Charles menggodanya.
Wajah Marco bersemu merah beruntung Charles tidak melihatnya karena cahaya yang remang, jujur saja, Marco juga sedikit tertarik dengan waitres cantik tadi, dengan pakaian mini yang dikenakannya menonjolkan bagian tubuhnya yang indah, terutama bagian dadanya yang cukup besar.
"Aku tidak memperhatikan wajahnya." Jawab Marco acuh.
"Tapi kamu memperhatikan bagian yang lainnya kan?" Kembali Charles menggoda Marco.
"Ya. Aku memperhatikan kakinya yang berdarah karena terluka kena serpihan kaca."
Charles masih tetap tidak percaya, karena biasanya Marco akan sangat marah ketika ada yang menghancurkan harinya.
"Aku akan tanya kepada pak Hendrik, apakah wanita itu bisa menjadi sugar baby untuk bos Marco." Charles hendak berdiri tapi langsung di tarik untuk duduk lagi oleh Marco
Marco memukul kepala Charles untuk menghentikan bualannya.
"Jangan pukul lagi, baiklah aku diam." Ujar Charles dengan mengisyaratkan mengunci mulutnya, karena takut kena pukul lagi.
Benda pipih Marco bergetar, ada telepon dari sus Jenah, suster yang menjaga Raffa putranya dengan Laura.
"Halo sus ada apa?" Jawab Marco panik karena tidak seperti biasanya Suster anaknya itu menelepon.
(Ini Tuan, Den Raffa badannya panas sekali, padahal sudah sus kasih Paracetamol.)
"Bawa Raffa ke rumah sakit segera sus, bilang sama Nyonya Laura untuk mengantar Raffa ke rumah sakit."
(Maaf Tuan, Nyonya belum pulang sejak pergi pagi tadi, nomor teleponnya pun tidak bisa dihubungi jadi sus hubungi Tuan Marco.)
Degg, Istrinya bahkan tidak di rumah, ada rasa mencelos di hatinya, Laura telah mengabaikan dirinya, tapi tidak seharusnya Laura mengabaikan anaknya, Raffa.
"Baiklah sus, bawa Raffa segera ke Rumah Sakit Cahaya Anak bersama dengan pak Wahid, kita bertemu di rumah sakit saja." Titah Marco agar Sus Jenah dan Raffa segera ke rumah sakit bersama sopir keluarga Mereka.
(Baiklah Tuan.) Tut...telepon dimatikan.
"Aku harus pergi, Char. Anakku sakit."
"Baiklah, kabari saja jika kamu butuh sesuatu." Ujar Charles sembari memegang bahu sahabatnya itu.
"Tentu."
Marco segera pergi ke rumah sakit, Marco sengaja tidak menjemput dulu Raffa dari rumah karena agar Raffa bisa langsung di bawa ke Rumah Sakit dan tidak menunggunya lebih dulu. Dalam perjalanan Marco begitu marah kepada Laura, sikap baiknya selama ini kepada Laura justru membuat wanita itu bertindak sesuka hatinya.
Marco telah tiba di rumah sakit, lalu tak berapa lama mobil yang pak Wahid bawa pun tiba.
"Biar saya gendong Raffa, sus."
Suster Jenah memberikan Raffa kepada Tuan Marco, badan Raffa begitu panas bahkan sampai membuat Raffa mengingau.
Raffa segera mendapatkan pertolongan intensif dari Dokter di ruang UGD, dokter curiga jika Raffa terkena Demam Berdarah.
Marco di luar menunggu bersama suster Jenah dan pak Wahid.
Ponsel Marco kembali bergetar, sebuah pesan foto dari mata-mata yang diperintahkan Marco untuk mengawasi semua kegiatan Laura, Istrinya.
Hati Marco bagai di sayat pisau saat melihat gambar yang di kirim oleh mata-matanya. Sebuah foto Laura bersama seorang laki-laki tengah bercinta dengan panasnya.
Marco meremas ponsel mahalnya yang bergambar Apel itu, ingin sekali melampiaskan kekesalannya jika tidak mengingat sedang berada di rumah sakit.
Marco menarik nafas dan berusaha untuk setenang mungkin. Sebuah ide muncul di benak Marco. Marco segera menghubungi Charles.
"Charles, Aku ingin kau Carikan Aku seorang sugar baby. Besok Aku tunggu kabarmu."
---------------
Mohon bantuannya untuk buku keduaku ya teman-teman... Votenya dan likenya..Terimakasih ^_^
Sikap dingin dan penolakan dari Axel seolah membuat hati Anjani begitu sesak. Tatapan cinta yang dulu ada di kedua mata suaminya itu kini tidak terlihat lagi, hanya tatapan kosong memikirkan istrinya yang lain. "Makanlah sup ikan ini Mas, bukankah kamu sangat menyukai sup ini?" bujuk Anjani bahkan sampai berusaha menyuapi Axel. Sudah seharian Axel sama sekali tidak makan, Anjani melihat suaminya hanyalah raga saja yang bersamanya tetapi jiwanya bersama dengan Sandra. Axel menatap Anjani dengan tatapan sayu, wajah Anjani tersenyum, di saat itu Axel melihat Sandralah yang berada di hadapannya kini. "Sandra sayang," Axel tersenyum merasa senang Sandra ada di hadapanya. Sakit sekali Anjani melihat suaminya seolah depresi, bahkan tidak mengenali lagi Anjani yang berada di hadapannya. Namun Anjani berusaha tersenyum walau hatinya merasa begitu getir. "Iya, Ini aku Sandra, Ayo buka mulutmu dan makanlah dulu." Axel terus menatap Anjani dan membayangkan Sandra yang ada
"Aku cacat!" saat itu juga Claire seperti melayang tidak tentu arah. Pandangan mata Claire kosong memikirkan nasibnya nanti. Tristan mencoba untuk menggoyangkan pundak Claire agar gadis itu tersadar dari lamunan panjangnya. "Claire... Claire..." seru Tristan nampak khawatir. Claire manatap Tristan, takdirnya kini begitu berat. "Tidak mungkin! Aku tidak mungkin cacat!" Kembali Claire berusaha keras untuk menggerakkan kedua kakinya, tapi tetap saja kakinya tidak mau menuruti instruksi Claire, kakinya hanya diam tanpa ada gerakan sedikitpun. "Ayo bergeraklah.. ayo...." Claire memaksakan diri sampai wajahnya memerah karena terlalu keras berusaha menggerakkan kakinya. Nihil, sekuat apapun Claire mencoba, kakinya tetap tidak mau bergerak. "Kenapa kalian tidak mau bergerak ketika aku memerintahkannya!" Claire histeris sampai memukuli kedua kakinya dengan keras. Melihat Claire begitu terpuruk dan histeris, ada sedikit rasa kasihan di hati Tristan tetapi tetap saja Trista
Tristan menatap gadis yang hanya terbaring lemah dan tidak sadarkan diri di hadapannya, sebelum Marco dan Bella pergi beberapa jam yang lalu. mereka meminta calon menantunya itu menjaga Claire selama mereka pergi. "Kamu tidak salah, tetapi kedua orangtuamu yang telah melakukan kesalahan fatal dengan merenggut orangtuaku!" tatapan Tristan berubah menjadi dingin. "Kamu harus menanggung akibat dari kesalahan orangtuamu, gadis yang malang!" Setiap ucapan Tristan tersimpan kebencian, dia akan mencampakkan Claire begitu dia telah membuat Claire tergila-gila kepadanya. Hal itu pasti akan sangat menyakiti Marco dan Bella, sakit yang perlahan akan jauh lebih menyakitkan, bukan? Tristan berencana akan meninggalkan Claire di hari pernikahan mereka, dengan beralasan tidak bisa menerima keadaan Claire yang telah lumpuh. Rasa malu dan kecewa akan mereka rasakan menjadi satu, sampai Claire tidak bisa memilih jalan lain selain bvnvh diri! Seulas senyum licik mengukir wajah tampan Tristan
Candra terkekeh melihat Axel yang berusaha melindungi ibunya, seolah menampakkan lelaki sejati yang mampu melindungi. Tetapi kenapa dia tidak bisa menjadi suami yang bisa melindungi istrinya! "Sepertinya kedua orangtuamu sangat rapat menyimpang rahasia kelam meraka?" Candra berhenti tertawa lalu menatap dingin kepada Axel. "Atau mungkin kedua orangtuamu sangat malu akan masalalu mereka hingga tidak membiarkan kamu untuk tahu!" "Cukup Candra!" Kini Marco mulai bersuara. "Kami tahu kamu sedang sangat marah karena keadaan Sandra saat ini, kedatangan kami karena kami juga sangat mengkhawatirkan keadaan menantu perempuan kami, jadi Saya mohon tahanlah dulu emosimu, kita bisa seleseikan permasalahan ini dengan kepala dingin." Bella lantas memegang tangan Marco karena sangat setuju dengan pendapat suaminya, walau Bella tahu dalam hati suaminya itu sangat kecewa karena besannya sendiri telah merendahkan martabat istrinya dengan membahas masa lalu. Candra kembali tersenyum getir
Malam ini Anjani dan Axelo tidur terpisah, begitu mereka berdua sampai di apartemen, Axel langsung memilih untuk masuk ke kamar tamu tanpa mengatakan sepatah kata apapun pada Anjani. Berulangkali bahkan Anjani mencoba untuk membujuk Axel dengan membuatkan makanan kesukaan Axel agar mau keluar dari kamar, tetapi suaminya tidak meresponnya sama sekali. "Mas, Baby Boy ingin sekali makan bersama Ayahnya," kembali Anjani berusaha menggunakan bayi yang di kandungnya lagi agar Axel mau keluar. Tetapi tetap saja, Axel tidak menjawab ataupun keluar, biasanya calon anak mereka mampu membuat Axel luluh namun kini tidak berhasil. Anjani sebenarnya sangat kesal atas sikap dingin dan diam suaminya, tetapi perutnya sudah begitu lapar, mengingat saat di restoran tadi dia bahkan tidak berselera mencicipi makanan apapun karena ada Sandra. Kehamilannya yang sudah cukup besar memang sering membuatnya lapar, terpaksa malam itu Anjani menghabiskan masakan yang telah di buatnya hanya seorang d
Hening! Di dalam mobil mewah yang dikendarai oleh Axel dengan Anjani tidak ada percakapan apapun. Biasanya mereka berdua akan saling bertukar cerita ataupun meminta pendapat satu sama lain. Kini Anjani pun enggan untuk menegur suaminya yang hanya fokus menatap ke arah jalanan dengan raut wajah yang... sulit di jelaskan. Perlahan Anjani memalingkan wajahnya ke arah jendela, nampak butiran air hujan mulai turun, membuat Anjani kembali teringat kejadian di restoran beberapa waktu yang lalu. Bagaimana kekesalan Sandra dan juga suaminya yang terlihat begitu hancur karena keputusan yang akan Sandra ambil. Bukankah seharusnya Anjani merasa senang ketika tahu bahwa Sandra akan menuntut cerai? Namun saat ini, hati Anjani justru merasa semakin merana karena melihat suaminya yang seolah kehilangan semangat hidup tentang keputusan cerai itu. Bukankah, jika Sandra benar-benar mengajukan perceraian itu, dia akan kembali memiliki Axel seutuhnya, hanya untuknya seorang. "Axel ak






Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen