Gara adalah pria kaya yang menyamar. Dia datang dengan penampilan lusuh dan menikahi Mia. Ketika dirinya dihina, dia tidak membalas, tetapi ketika istrinya yang direndahkan, dia sangat marah. “Mulai detik ini, tidak ada yang boleh menghina istriku lagi!” Gara membawa Mia keluar dari rumah itu dan membuka mata semua orang. Suatu saat adik iparnya berlutut, “Maafkan atas semua kesalahanku.” Ibunya juga berkata pada istrinya dengan menangis, “Maafkan kesalahan ibu dan saudara-saudaramu.”
Lihat lebih banyakIya, suami Dinda benar pengusaha. Tapi kalimat hanya orang kepercayaan, ditambah Perusahaan cabang kecil Gara, itu sudah cukup menjadi semacam kata hinaan halus dari Mia untuk suami Dinda yang ibu bangga-banggakan sampai rela berhutang kesana-sini.Dan kenyataan memang seperti itu adanya, selama persiapan pesta sampai pesta berakhir, seperak pun yang namanya Alex belum memberi bantuan kepada pihak keluarga wanita."Ya sudah, Mia. Ibu mau coba ngomong sama Dinda dulu." Suara ibu lemas, menutup panggilan tanpa sempat mengucapkan salam.Lemas sudah tubuh Bu Rita. Apa yang dikatakan oleh Mia tadi semua benar.Malu jika harus meminjam uang pada Gara, menantu yang dihina semasa ada di rumah ini.Penyesalan Bu Rita, kenapa tidak berbaik sedikit saja pada Gara kala itu? Kalaupun tidak suka setidaknya jangan diperlihatkan. Mungkin saat ini dirinya akan aman.Ada tempat meminta atau untuk menghutang.Terus sekarang dia mau kemana?Mana sejak pagi tadi Bibi Wati terus menelponnya. Puluhan kali t
"Iya. Nanti kapan-kapan ibu akan meminta maaf pada suamimu. Sekarang, bisakah ibu minta bantuan kamu dulu, Mia?" Jawab ibu terdengar begitu berterus terang jika perlu bantuan."Iya bu, bantuan apa? Kalau masalah biaya berobat ayah, tidak perlu khawatir. Suamiku sudah berencana untuk membawa ayah berobat ke rumah sakit besar dengan dokter spesialis agar Ayah sembuh dan tidak kambuh-kambuh lagi."Itu sudah pasti, Mia memang sudah pernah merundingkan ini dengan suaminya. Tujuan utama agar ayahnya bisa sehat kembali tanpa harus bolak balik berobat rutin bulanan. Tujuan yang kedua, Mia bisa menebak jika suatu hari nanti sakit ayahnya, bisa menjadi alasan Ibu dan saudaranya untuk memanfaatkan suaminya. Tentu saja Mia tidak ingin itu terjadi.Disamping dia ingin Ibu dan saudaranya sadar, agar bisa sedikit menghargai apa arti kekeluargaan tanpa harus memandang kedudukan dan uang, di samping itu juga, dia tidak ingin Gara salah paham jika sampai di manfaatkan oleh mereka. Sebagai istri, Mia
Mendengar ucapan istrinya seperti itu Gara sedikit tercengang. Dalam pikirannya, benarkah Mia sudah berbicara seperti itu pada ibu? Padahal selama ini Gara mengenal baik Mia. Istrinya ini adalah wanita yang lembut dan penyabar. Lalu dia langsung bertanya, “Kamu bicara seperti itu pada ibu?” Mia menggelengkan kepalanya, “ Enggak kok, cuma di dalam hati saja. Mana mungkin juga Mia tidak bicara sopan pada ibu. Biar bagaimanapun, aku tidak akan mungkin berbicara seperti itu. Terus apa bedanya Mia dengan ibu kalau begitu, kan?”Gara ingin tertawa jadinya, dia mengira jika istrinya benar-benar sudah bicara kasar seperti itu pada ibunya. “Terus, tadi bicara apa saja?”Saat Gara di kamar mandi tadi Mia melihat ponselnya berdering. Saat diperiksa, ternyata itu adalah ibunya yang memanggil.Itu sebenarnya Mia ragu untuk menjawab panggilan, tapi tidak bisa dipungkiri jika hatinya memang selalu merindukan ibunya. Rindu bukan karena telah lama tidak bertemu. Tetapi merindukan sentuhan tangan dan
"Kalau kamu nggak terima, antar Mia ke ibu kamu saja. Atau kamu bawa saja dia kerja!"Wibowo tidak lagi bisa protes. Dalam diam, dia hanya bisa bersabar menghadapi istrinya.Wibowo lebih memperhatikan Mia mulai saat itu. Sebelum berangkat kerja, dia akan memandikan Mia terlebih dahulu dan menyuapnya sampai kenyang kemudian berpesan, "Jangan nakal Nak ya, di rumah. Jangan ngerepotin Ibu. Nanti kalau mau mandi atau makan, tunggu ayah saja ya?"Mia yang pada waktu itu belum mengerti apa-apa hanya bisa mengangguk saja dan selalu menunggu ayahnya pulang di sore hari.Begitu Wibowo pulang, pertama yang dilihat adalah Mia. Segera memandikannya dan memberinya makan. Jika tidak, Mia tidak akan mandi dan makan seharian.Mia kecil tidak tahu apa-apa, kenapa ibu tidak menyukainya? Kadang dia bertanya pada ayahnya."Kenapa ibu tidak suka padaku, ayah?”“Ibu hanya capek saja. Makanya Mia jangan nakal ya nak. Nanti ibu juga sayang kok, pada Mia.” Ayahnya akan selalu menjawab demikian.Karena itu Mia
"Ya iyalah. Masa salahku? Apa salah ayah, atau Mia, begitu? Bahkan mereka sudah memperingatkan kalian! Tapi kalian ngotot. Kalau tidak, salahkan saja adik kamu yang manja itu! Suruh saja dia minta uang sama suaminya buat membayar hutang. Kan suaminya itu pengusaha. Cabang dari Perusahaan Mahendra Group. Kaya kan?" Sahut Farhan penuh kekesalan.Lalu Farhan ingin melangkah untuk keluar dari kamar."Kamu mau kemana, mas? Aku belum selesai bicara!" Silvia menarik tangan Farhan."Kerja!" Farhan menarik kembali tangannya."Ini kopinya diminum dulu, aku sudah buat, sayang!” Rayu Silvia, mau tidak mau dia harus bisa membujuk suaminya agar bisa mencarikan dana lagi untuk menutupi hutang-hutangnya.Tetapi rupanya Farhan sudah malas pusing."Nggak usah. Ini sudah siang. Nanti telat masuk Kantor, aku bisa dipecat pula, jadi pengangguran, tambah pusing malah!" Jawab Farhan kemudian melangkah keluar dari kamar.Saat membuka pintu, ada ibu mertuanya yang sedang berdiri di sisi depan pintu."Ibu.. Nga
Pesta pernikahan Dinda sudah selesai.Dekorasi pelaminan sudah mulai dibongkar satu persatu dan para staf wo sudah mengemas kembali barang-barang sewaan.Rumah keluarga Wibowo kembali terlihat sepi.Sebagai pengantin baru Dinda seharusnya terlihat bahagia sebagaimana mestinya pengantin baru pada umumnya.Tetapi saat ini Dinda tidak begitu. Sepertinya kedatangan Mia dan suaminya ke pestanya semalam begitu mempengaruhi perasaan hatinya dalam sekejap. Terbukti saat ini dia terlihat sedang melamun menatap kotak perhiasan di tangannya.Kenapa Mia bisa bernasib begitu sangat beruntung?Kerjanya hanya dirumah. Tidak pernah bergaul dan tidak pernah keluar rumah selain ke toko dan ke pasar saja. Tetapi bisa mendapatkan suami pengusaha terkenal seperti Gara.Sedangkan dirinya saja yang sudah mati-matian bekerja dari pagi hingga sore, bergaul kesana kemari dan berbaur dengan anak-anak orang kaya, hanya mendapatkan seorang Alex.Tadinya dia mengira jika Alex adalah seorang Pengusaha. Pebisnis! Te
Gara menatap Alex dengan seksama."Iya benar? Kamu kenal denganku?""Astaga! Tuan! Tuan Gara, saya ini Alex. Pengurus Perusahaan Cabang Mahendra Grup X. Yang menggantikan Paman Martin. Kita sudah beberapa kali bertemu. Anda tidak mengingat saya?"Gara terdiam sejenak, tampak mengingat-ingat. Grup X adalah cabang kecil milik Gara yang kesekian. Dia agak sedikit susah mengingat karena Cabang Perusahaan miliknya memang banyak."Sebentar. Grup X. Pak Martin yang beberapa bulan kemarin mengundurkan diri dan mengusulkan keponakannya sebagai penggantinya?" Gara mulai mengingat."Tepat sekali , Tuan. Iya benar.” Jawab Alex begitu mantap."Oh… Alex Fernando?" Sekarang Gara sudah bisa mengingat dengan jelas siapa pria di depannya ini."Iya, Tuan.""Astaga! Jadi kamu yang menikahi Adik iparku ini rupanya?" Ucap Gara.Alex mengangguk mantap, dan terlihat begitu bangga. Ternyata dia mendapatkan istri yang punya hubungan dekat dengan atasan tertingginya.Lalu menoleh pada Dinda, Ibu, Bapak dan Sil
"Ibu, maaf ya. Baru bisa datang. Soalnya, Gara sibuk sekali dengan kerjaan. Sampai nggak sempat antar Mia kesini." Mia menyambut tangan ibu dan ayah secara bergantian setelah itu diikuti oleh Gara.Silvia melongo seperti Kerbau. Menatap Gara dan Mia secara bergantian.Farhan juga sama saja, sementara Wibowo langsung berdiri."Kalian? Ya ampun. Gara, Mia! Kenapa baru pulang?" Wibowo yang sudah menduga sebelumnya jika menantunya ini tidak semiskin yang mereka kira, masih hampir jantungan melihat penampilan menantunya seperti ini."Maaf, Ayah. Gara sangat sibuk belakangan ini. Tapi ayah sehat kan?" Jawab Gara dengan sopan."Ayah sehat kok, jangan khawatir.""Syukurlah."Mia beralih pada Silvia dan menyalaminya."Kak Silvia, bagaimana kabarnya?""Baik kok, ini beneran kamu Mia ya?" Sambil bertanya, sambil melirik perhiasan yang dikenakan Mia."Ya iyalah kak, masa lupa sih?""Oh.. Kamu bisa cantik juga ya? Hem, itu Gara, pakai sewa-sewa mobil segala kesini." Ucapnya."Gara nggak sewa mobi
Hari yang dinantikan keluarga Bu Rita akhirnya datang juga!Pesta Pernikahan Dinda digelar secara meriah sore ini, di halaman luas milik rumah mereka dengan dekorasi cantik dan tentunya mahal bagi mereka yang tinggal di perkomplekan seperti ini.Sementara pernikahan sudah dilaksanakan pagi tadi di kantor KUA yang tidak jauh dari rumah mereka.Tamu undangan sudah mulai berdatangan, meskipun belum seberapa ramai.Sanak famili juga sudah datang untuk menghadiri pesta. Pihak keluarga pengantin pria pun sudah sejak tadi datang untuk mengantar mempelai prianya.Mobil-mobil bagus milik keluarga pengantin pria berjejer di parkiran, tanda bahwa Besan Bu Rita ini benar-benar dari keluarga kaya raya.Para tetangga banyak yang berdecak kagum."Dinda beruntung banget ya? Dapet suami orang kaya. Tidak seperti Mia, katanya suaminya kerjaannya cuma kuli, ngajak minggat pula!" Bisik-bisik para tetangga.Pasangan pengantin terlihat sudah duduk manis di pelaminan yang indah.Keluarga pengantin pria di
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.